Connect with us

Feature

Geliat Saudagar Online di Era Covid-19

Published

on

Jayakarta News – Social distancing dan physical distancing adalah dua kata yang sangat sering kita dengar sekarang. Seruan “jaga jarak” untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona (Covid-19).

Seruan itu dibarengi berbagai imbauan dan keputusan lain. Misal, gerakan “di rumah aja”, work from home, belajar jarak jauh (online), hingga belanja online.

Kondisi itu memunculkan fenomena bermunculannya pada saudagar online. Ada yang melakukannya secara iseng mengisi waktu luang, ada pula yang melakukannya dengan serius sebagai alternatif nafkah setelah kena PHK dari kantornya.

Geliat tadi dirasakan hampir setiap pengguna gadget. Setiap hari, grup-grup WhatsApp atau postingan medos lain seperti Facebook, Instagram, atau twitter, banyak yang menawarkan aneka jualan. Satu di antaranya adalah Dina Savana.

Sebelumnya, Dina adalah pemilik usaha travel agent (biro perjalanan). Gara-gara pandemi Covid-19, bisnianya mati suri. Hidup segan mati tak mau. Spontan, per Februari 2020, Dina banting stir menjadi saudagar online.

Produk yang ia jual antara lain alpukat Gayo, emping Aceh, cheese stick, madu, ikan teri, dan lainnya. Untuk pengantaran, ia memberdayakan karyawannya menjadi kurir. Dengan begitu, karyawan juga tetap mendapat penghasilan.

“Insya Allah berjalan, asal pandai promosi dan memberdayakan relasi yang kita punya,” katanya. Selain itu, ia juga mengupayakan pola marketing menggunakan sistem reseller. “Sebagian barang kami ambil dari luar daerah, jadi kalau permintaan tinggi agak kewalahan,” ujar Dina kepada Jayakarta News melalui pesan WhatsApps.

Salah satu menu masakan dapur mamaAya, rendang daging. Kontak person 0812 8938 0079. (Foto. Ist)

Saudagar dadakan lain bernama Irawati Achjar. Ia berstatus karyawan di salah satu BUMN, dan berkantor di Jakarta. “Saya memulai bisnis online sudah sejak tahun 2012. Jadi, bukan dadakan karena corona. Justru gara-gara corona, omzet agak turun,” ujarnya

Aya, panggilan akrabnya, menjual makanan seperti rendang daging, rendang jengkol, dendeng lambok, ayam lado hijau, ayam lado merah, gulai ayam dan beberapa varian lainnya. Ia juga memasak ikan goreng balado dan ikan asam pedas jika ada permintaan. Merek usahanya Rendang MamAya.

Selama ini strategi marketing hanya mengandalkan WhatsApp, pesan berantai dari mulut ke mulut, Facebook, dan media sosial lainnya. “So far, bisnis online saya masih berjalan dengan baik,” ujar Aya pula.

Pesanan pembeli, ayam pinadar, salad dan lainnya. Salah satu menu jualan online Imah. Kontak person 0813-7670-8222. (Foto. Ist)

Lain lagi dengan Tiarma S. Ia sudah lama menggeluti usaha makanan. Bahkan pernah jadi chef di rumah salah satu bupati di Sumatera Utara. Lepas melakoni profesi juru masak di kediaman pejabat, Tiarma bahkan pernah usaha catering. Masakan-masakan yang Imah panggilan Tiarma tawarkan khususnya menu khas Batak dan Padang seperti, ikan mas arsik, ayam pinadar, udang sambal pete, rendang padang, gulai ikan saleh, dan sebagainya.

“Selain itu, kami juga melayani pesanan menu khusus selain menu reguler,” kata Imah. Sudah setahun lebih ia menerjuni usaha online. Awalnya, ia mempromosikan jualannya dengan cara nge-share foto-foto makanan di grup-grup WhatsApp, FB, IG dan ke nomor-nomor kontak teman. “Alhamdulillah orderan di bulan puasa tetap jalan,” katanya.

Pedagang online lain adalah Kamalia Devina. Ia pedagang makanan yang biasa mangkal di kantin salah satu perguruan tinggi. Namun karena Covid-19 jualannya stop, seiring dihentikannya kegiatan perkuliahan. Maka Devi panggilan Kamalia Devina mengalihkan ke online.

Laksa Penang salah satu menu masakan Devi. Kontak person 0819810800. (Foto. Ist)

Menu-menu makanan yang akan dijual pun sering di-share ke grup WhatsApp, kerabat dekat, direct selling, dan usaha pemasaran lain. Makanan yang dijual yaitu, ada bubur pedas melayu, mie laksa, mie rebus medan, bitterballen, dan lainnya. Ia bahkan siap menerima pesanan partai besar. “Mungkin karena terbiasa jualan langsung, begitu jualan online, rasanya tidak sabar menunggu orderan, he… he… he…,” kata Devi.

Sosok penjual online lain adalah Budi Alamsyah. Ia seorang hotelier yang memiliki usaha makanan bahkan sudah bekerjasama dengan Gofood. “Dalam kondisi Covid 19 ini merupakan peluang untuk membantu para customer agar tetap di ruma. Biar kami yang memasak dan melayani melalui food delivery express. Sekaligus membantu program pemerintah untuk social distancing,” ujar Budi.

Nama usaha Budi warung “Ayam Penyet 36”. Kiat bisnisnya adalah menjaga rasa dan kebersihan. Selain itu, ragam menu yang tidak membuat pelanggan bosan. Budi juga siap menerima orderan porsi besar.

Aneka menu yang dijual ada, pepes ikan bakar, lalio jengkol, sambal ikan teri Medan, daun ubi tumbuk dan sebagainya. “Kita sama-tama tahu, pemain bisnis online di bidang kuliner sangat banyak. Jadi yaaa… harus sabar dan menjaga kualitas,” kata Budi, yang banyak melayani warga di kota Medan.

Lain lagi pengalaman Theresia S. Ia selama ini bekerja di travel agent (Biro Perjalanan). Gara-gara corona, ia beralih jualan online, sebagai reseller donuts aneka rasa. Dalam kondisi sekarang apa saja yang penting menghasilkan dan halal, katanya. Untuk pemasaran, ia melakukannya melalui berbagai platform medsos. (Monang Sitohang)

Donut dengan aneka rasa yang dijual reseller Theresia atau Ma Gerrald. Kontak person 0811-6002-122. (Foto. Ist)
Continue Reading
Advertisement
1 Comment

1 Comment

  1. Sukarja

    August 17, 2020 at 10:51 am

    Teruslah jaga kondisi tubuh agar tetap fit. Jangan lupa konsumsi madu setiap hari untuk seisi keluarga.
    Dapatkan madunya di… https://toko.ly/semangatstore/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *