Kabar
Denny JA Bicara Dinasti Politik, Salahkah?
JAYAKARTA NEWS— Denny Januar Ali atau kerap ditulis Denny JA, seorang konsultan politik juga pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyoroti maraknya pemberitaan terkait terbentuknya dinasti politik Jokowi, terutama pada periode kedua kepemimpinannya.
Dijelaskan Denny, setiap warga negara berhak untuk ikut Pemilu dan terpilih sebagai pemimpin. Ketentuan itu berlaku, baik untuk anak seorang petani, ataupun untuk anak seorang presiden. Berlaku bagi putri seorang buruh ataupun bagi putri seorang menteri.
Ketentuan itu juga diterapkan, baik untuk keturunan seorang guru, seniman, ataupun keturunan dari gubernur, walikota maupun bupati. Menjadi pemimpin melalui Pemilu itu adalah hak asasi setiap warga negara.
“Prinsip inilah yang menjadi asal muasal lahirnya dinasti politik , bahkan di negara demokrasi paling modern sekalipun,” ujar Denny.
Sebagaimana diberitakan, saat ini banyak dari keluarga Jokowi yang menjadi pemimpin. Di samping Jokowi sendiri sebagai presiden, juga anaknya Gibran sebagai Walikota Solo sejak tahun 2021.
Juga menantu Jokowi: Bobby Nasution, Walikota Medan tahun 2021. Dan Kaesang anak bungsunya kini menjadi Ketua Umum PSI sejak tahun 2023.
Salahkah ini? Baikkah atau burukkah?
Mari kita melihat sejarah dan data. Di Amerika Serikat sekali pun yang selama ini dikenal sebagai pusat dari demokrasi modern dinasti politik juga terbentuk.
Salah contohnya di tahun 60-an keras terdengar dinasi Kennedy. Atau populer dengan sebutan The Kennedy Clan.
Di tahun 1961-1963, John F. Kennedy terpilih sebagai presiden Amerika Serikat. Lalu pada periode yang sama, bahkan ia sendiri yang mengangkat adiknya Robert Kennedy sebagai Jaksa Agung.
Juga terjadi pada periode yang sama, di tahun 1962, adiknya yang lain, Edward Kennedy atau Ted Kennedy terpilih sebagai Senator di Massachusset.
Dinasti politik tidak hanya terjadi di Amerika Serikat. Itu juga terjadi di negara lain. Di India ada dinasti Nehru, lalu turun temurun ke anak cucunya: Indra Gandhi, Rajiv Gandhi, Sonya Gandhi.
Juga di Filipina ada dari keluarga Marcos ke anaknya. Di Brazil, Jepang, Itali, jejak dinasti politik berlangsung dalam bingkai negara demokrasi.
Baik atau burukkah ini? Dalam sejarah, dinasti politik paling tua itu adalah kerajaan. Pada bingkai kerajaan pun, tetap lahir raja yang hebat, peduli pada rakyat, ataupun raja yang buruk.
Kita mengenal misalnya di kerajaan Romawi pernah memerintah raja yang sangat buruk: Caligula.
Tapi hadir juga di Romawi yang sama, raja Agustus Caesar. Ia dianggap pemimpin besar yang memberi banyak sekali pelajaran tentang cara membangun sebuah pemerintahan yang kuat.
Dalam bingkai dinasti politik era demokrasi, John F Kennedy dan Ted Kennedy dinilai sebagai pemimpin yang berhasil. Legacy mereka merawat liberalisme di Amerika Serikat sangat kental. Kegigihan mereka melindungi kaum minoritas, juga populer.
Tapi dalam dinasti politik era demokrasi, juga ada keluarga seperti Marcos. Ia dianggap buruk karena korupsi besar -besaran.
Baik dinasti politik ataupun bukan dinasti politik, dua-duanya terbukti dalam sejarah mampu menghasilkan pemimpin yang baik ataupun pemimpin yang buruk.
Pada ujungnya, leadership seorang pemimpin, kualitasnya, tergantung pada individu pemimpin itu sendiri, terlepas ia bagian dinasti politik atau bukan. Apalagi kata akhir yang menentukan ia terpilih atau tidak adalah rakyat banyak melalui Pemilu.***