Connect with us

Feature

Wanita Berhijab ini Selamatkan Ratusan Anjing Liar

Published

on

Foto Courtesy  Baiq Desy Marlina

KISAH yang dilakoni Baiq Desy Marlina, 37, mungkin dapat dianggap kurang  heroik dibandingkan dengan  kisah mashur dalam Islam. Masih ingat kan, bagaimana seorang pelacur mengantongi tiket ke surga dengan modal merelakan  air minum yang dengan susah payah untuk mendapatkannya, justru diberikan kepada seekor anjing yang kehausan.

Tetapi, kalau melihat biaya bulanan yang harus Desy keluarkan untuk menyelamatkan anjing dan kucing liar, boleh jadi Anda akan menyatakan apa yang dilakukan Desy sangat luar biasa. Paling tidak, apa yang diperjuangkan amat heroik untuk ratusan anjing dan puluhan kucing. Nyawa mereka terselamatkan oleh aksi Desy.  Bukan itu saja, keselamatan masyarakat dari kemungkinan tertular rabies yang dibawa anjing liar yang menyerang warga masyarakat Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Benar, Desy memang telah menjadi penyelamat anjing dan kucing liar selama dua dekade. Tetapi, liputan media yang tidak bersahabat, yang lebih mementingkan aspek bombastisnya, telah merepotkan kerja sosial yang dilakukannya, Gara-gara liputan media yang tidak tidak memahami konteks, yang mempermasalahkan  bagaimana seorang muslim di masyarakat yang masyoritas Islam, justru sehari-hari bergaul dengan anjing, hewan yang air liurnya mengandung unsur najis besar.

Liputan  tak konstekstual yang menjadi viral itu, kemudian memaksa Desy harus memindahkan setidaknya 105 anjing dan 39 kucing –beberapa di antaranya telah dipeliharanya  selama enam hingga 10 tahun– ke tempat lain. Setelah viral di media, tetangganya keberatan kalau anjing-anjing liar itu berada di lingkungan mereka.

Padahal, langkah Desy menyelamatkan binatang liar itu  juga mengusung  misi yang  menguntungkan masyarakat luas. Beberapa media  tampaknya hanya lebih tertarik untuk menyajikannya hal yang  kontroversial dari aspek agama Islam. Ya, sekali lagi, bagaimana seorang wanita Muslimah yang mengenakan jilbab kok  merawat anjing.

Desy adalah warga  Lombok, Nusa Tenggara Barat, sebuah provinsi  yang berpenduduk mayoritas Muslim. Kalangan Muslim umumnya beranggapan, bahwa  anjing  tidak bersih. Umat Islam umumnya menghindari bersentuhan dengan anjing.

Kontroversi di media sosial yang berujung bully, juga  dialami wanita lain yang merawat anjing, Hesti Sutrisno, 37. Warga Tengerang yang juga berjilbab dengan  11 anjing itu juga mengundang polemik di medsos.

Desy mengaku, ketika dirinya diminta untuk memindahkan anjing-anjing liar tersebut, dia telah meminta tambahan waktu, setidaknya sampai Desy  dapat mensterilkan semua anjing ada di rumahnya.

Tantangan yang harus dihadapi Desy bukan hanya harus memindahkan anjing-anjing liar, tetapi juga  mendapatkan ancaman melalui panggilan telepon dan pesan teks (SMS) terkait dengan kemarahan pihak tertentu atas anjing-anjing itu.  Menurut Desy, beberapa pesan yang diterimanya di antaranya bahkan merupakan ancaman pembunuhan.

Kalau Anda jalan-jalan di  Pulau Lombok, salah satu destinasi  wisata yang kini sedang berkembang itu, akan tidak asing lagi dengan  banyaknya anjing liar yang berkeliaran. Di sepanjang pantai selatan Lombok, diperkirakan  lebih dari 500 anjing liar ada di sana.  Populasi tersebut akan terus meningkat, jika tidak ada campur tangan manusia. Selain hewan-hewan liar tersebut rentan terhadap rabies, mereka juga sering menyebabkan kecelakaan lalu lintas, terutama para pengendara sepeda motor.

Menjelajahi Lombok 

Setiap akhir pekan atau pada hari libur nasional, Desy menyusuri jalan-jalan di Lombok untuk mencari dan menyelamatkan kucing dan anjing liar. Jika dia menemukan, dia membawa mereka pulang, merawat mereka, termasuk yangterluka. Anjing jantan disterilisasi, untuk menghindari perkawinan yang berlebihan.

Untuk kucing-kucing dipelihara  di rumah, beberapa di antaranya diberikan kepada keluarga dekat. Hal ini bisa dilakukannya, karena kucing lebih diterima di kalangan masyarakat Muslim. Kucing, bahkan dipahami sebagai hewan kesawangan Rasulullah Muhammad SAW.

Desy  pada akhirnya tak bisa memelihara anjing-anjingnya di rumahnya di desa Kopang, Kabupaten Lombok Tengah, dimana dia dilarang memiliki anjing sebagai hewan peliharaan. Dia kemudian  memelihara anjing-anjingnya di Kota Mataram dan Lombok Barat.  Desy toh kemudian juga harus mencari tempat baru untuk menampung mereka, ketika penduduk setempat mulai memprotes setelah  cerita dirinya menjadi viral.

“Kucing bukan masalah, tapi saya harus menyediakan tempat khusus untuk anjing. Saya telah menawarkan dua anak anjing untuk diadopsi, tetapi saya akan membayar makanan dan proses sterilisasi ketika mereka tumbuh besar, ” katanya.

Misi Desy ternyata tidak murah. Ia menghabiskan Rp 6 juta  hingga 7 juta per bulan hanya untuk makanan hewan-hewan tersebut. Biaya yang harus dikeluarkan Desy  bahkan lebih besar, jika hewan peliharaannya sakit atau harus disterilisasi. Untuk sterilisasi, Desy membayar Rp 650.000 per anjing betina dan Rp 400.000 per anjing jantan. Desy berharap, bahwa hotel dan restoran setempat dapat membantunya menyediakan makanan bagi para hewan.

“Anjing liar akan terus ada. Harus ada upaya untuk mengendalikan populasi tanpa membunuhnya. Saya sudah melakukan ini sejak lama, dan sejak itu selalu ada kritik dari orang-orang, ” kata Desy.

Desy mengaku, sejauh ini dirinya belum menerima  bantuan dari pemerintah daerah, terlepas dari kenyataan bahwa misinya juga menguntungkan masyarakat. Dua tahun yang lalu, dia pernah meminta bantuan dengan mengirimkan surat permohonan  perlindungan dari pemerintah. Apa yang terjadi? Sampai saat ini, surat itu tetap tidak terjawab.

 

Pentingnya Memiliki Iman  

Misi sosial Desy  ini dimulai pada tahun 2009. Saat itu  Desy bekerja freelance dalam penjualan mie instan. Dia ditugasi mengembalikan mie instan kadaluwarsa ke pabrik di Mataram.

Desy merasa mubazir  jika mie instan itu hanya dibuang begitu saja. Dia   berpikir, bukankah akan lebih bermanfaat  bagi hewan, karena ada banyak kucing dan anjing liar yang kelaparan.  Begitulah, akhirnya mie itu dia manfaatkan untuk makanan hewan liar.

“Itu selama krisis moneter 1999. Saya hanya dibayar Rp100.000 per bulan, ”katanya.

Sekarang, untuk menopang misi sosialnya itu, Desy menjalankan bisnis online. Dia juga menempatkan hewan untuk diadopsi melalui Facebook. Melalui media sosial, ia menerima sumbangan dari sesama pecinta hewan, mulai dari Rp 100.000 per bulan. Beberapa bahkan menawarkan untuk membayar sterilisasi anjing-anjingnya.

Desy meyakini bahwa  apa yang telah dia lakukan ini dan percaya bahwa Allah telah membantunya untuk terus menjalankan misi ini.  Dia mengatakan, dia memahami ajaran Islam tentang anjing dan memiliki sistem untuk mematuhinya.

“Saya tahu apa yang saya lakukan. Saya menyiapkan pakaian cadangan dan membersihkan diri. Saya percaya bahwa semua hal baik akan menghasilkan kebaikan juga, dan hal-hal buruk akan mambawa keburukan, bahkan untuk anjing yang tersesat (kita bisa berbuat baik menolongnya), ”katanya.

“Percayalah, ada kebahagiaan yang tak terlukiskan ketika Anda rela memelihara satu anak anjing yang liar, karena itu juga membantu kita untuk hal-hal yang lebih besar di masa depan.” Ya, keselamatan masyarakat dari ancaman gigitan anjing liar yang berpotensi menularkan rabies.***

JP

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *