Connect with us

Feature

Sang Pelopor Plating Modern, Hanapi Nurmawan

Published

on

Jayakarta News – Hanapi Nurmawan (80), di penghujung tahun 60-an melakukan perubahan penting dalam sejarah industri plating di tanah air, dari konvensional menjadi modern.

Ulet dan berpendirian teguh dalam bekerja adalah kepribadian mutlak Hanapi Nurmawan. Hans begitu ia biasa disapa, di awal menjalankan usaha di dunia industri plating sudah berprinsip dan bercita-cita jauh ke depan untuk melakukan perubahan dalam industri plating.

Pra kemerdekaan atau di tahun 40-an elektro (listrik) sudah ada di Indonesia, tapi kala itu pengerjaan metal finishing masih cara manual atau konvensional (polishing). Seiring waktu berlalu, di akhir tahun 1969, pengerjaan plating atau pelapisan/penyepuhan logam pada benda-benda padat konduktif telah mengalami perubahan atau awal dari era baru metal finishing.

Perubahan itu dimulai oleh Hans dengan mendirikan perusahaan elektroplating, pertama dan satu satunya perusahaan plating modern di Indonesia, yaitu PT. Hans Elektroplating, berlokasi di Gunung Sahari, Jakarta Pusat.

Hanapi Nurmawan di salah satu ruang kerja di Depok, Provinsi Jawa Barat. (Foto. Nurdin)

Di perusahaan itulah ia uji coba perdana plating modern, terutama dalam proses pengerjaannya. Sebab proses pengerjaan cara lama atau konvensional kurang efisien dan kualitasnya juga kurang memuaskan konsumen, sementara nilai bisnisnya terletak pada tingkat efisiensi kerja dan kualitas barang atau benda tersebut.

Pelapisan logam tak terpisahkan dari berbagai peralatan untuk kebutuhan rumah tangga, dan bahkan pesawat luar angkasa sekalipun membutuhkan sentuhan plating. Istilahnya, mulai ‘jarum pentol hingga jet’ pastilah membutuhkan sentuhan plating, tanpa itu jarum pentol atau jet setidaknya akan lebih mudah terkena korosi. Artinya, bisnis plating takkan pernah berhenti sepanjang zaman dan akan terus berkembang mengikuti peradaban zaman tersebut.

Secara singkat dipaparkan perbandingan proses kerja plating cara konvensional dengan modern sesuai urutan kerjanya. Cara konvensional, dimulai dari dan seterusnya, benda, buffing – plating – lapisan – nikel – polishing – chrom – polishing – finish. Sedangkan cara moderen, dari benda – buffing – plating – nikel (proses kimia) – chrom (proses kimia) finish.

Tampak bahwa cara konvensional tidak menggunakan bahan kimia, tetapi menggunakan alat pengkilap untuk polishing. Hasilnya, cara modern lebih unggul baik dalam kualitas maupun efisiensinya. Sehingga, cost operasional kerja akan lebih ringan, kuantitas produk bisa lebih besar jumlahnya dan kualitas pun tentu lebih diterima pasar atau konsumen.

Memperkenalkan Modernisasi Plating

Hans memperkenalkan elektroplating kepada para pelaku plating ke berbagai daerah khususnya Pulau Jawa, mulai Jabodetabek, Bandung, Tegal, Semarang, Surabaya sampai Jogyakarta. Dan perkembangan industri elektroplating di luar Pulau Jawa masih sangat terbatas atau sebagian daerah saja, seperti Medan, Riau, Lampung, Bali, Makassar dan Banjarmasin.

“Caranya, mereka (pelaku plating – red) membeli peralatan/bahan plating dari saya, dan sekalian saya ajarin bagaimana proses pengerjaan plating modern tersebut sampai hasil produknya memuaskan. Contohnya, mengajarin cara kerja proses nikel, gold, silver dan tembaga,” cerita Hans.

Terbukti, kini sebagian para pelaku industri plating dibawah asuhan Hans telah mendulang sukses.

Peralatan-peralatan di bekas pabrik plating. (Foto. Nurdin)

Perjalanan Usaha

Awalnya, Hans adalah seorang penjual alat-alat penghalus metal. Alat-alat metal dibeli dari Bandung, jumlahnya relatif sedikit atau berkisar 20 – 40 lembar. Kemudian dijual ke Semarang, Jogyakarta, Magelang sampai ke Surabaya dengan naik turun bus dan kereta api.

Kota Semarang menjadi kota penuh kenangan bagi Hans, bukan saja karena pernah barang dagangannya terjual habis di salah satu bengkel, tepatnya di Jalan Dr. Cipto No.77, Semarang. Tetapi si pemilik bengkel yang bernama Oscar malah memesan barang/alat-alat bengkel selain penghalus metal, dan kesempatan itupun tidak disia-siakan.

Tengah malam itu juga Hans naik kereta api menuju Surabaya untuk mencari barang/alat yang dipesan oleh Oscar. Dan di saat bersamaan, selain belanja barang pesanan Oscar, Hans juga membeli sejumlah buffing compound bermerek Langsol yang akan dijual di Bandung dan Jakarta.

Begitulah cara usaha jual beli yang dialami Hans selama beberapa tahun hingga ia dikenal oleh sebagian pengusaha plating, saat itu masih home industri dan konvensional.

Suatu ketika dan di luar dugaan, Hans mendapat order pemolesan dari perusahaan ikat/tali pinggang (sabuk), dan order itu merupakan order yang pertama kali. Bagi Hans, order itu dijadikan spirit untuk lebih menekuni usaha industri plating. Dan order berikutnya pemolesan velg sepeda. “Waktu itu satu hari bisa mendapat order pemolesan velg sepeda sebanyak 2 truk,” jelas Hans.

Hans semakin dikenal, kali ini permintaan jasa plating datang dari perusahaan ternama Astra Motor, saat itu masih bernama Honda Federal Motor. “Boleh dibilang saat itulah usaha kami mulai booming,” kenang bapak 4 anak ini, 3 putri dan 1 putra.

Pada 1973 merupakan tahun prestasi dan kebangkitan perjalanan usaha PT. Hans Elektroplating.

Sebagai pendiri perusahaan, Hans semakin termotivasi dan berkeinginan untuk membesarkan serta mengembangkan usahanya dalam bisnis elektroplating.

Demi mewujudkan keinginan, tahun itu juga ia menjual salah satu mobilnya guna membeli barang ke Singapura dan sekaligus ingin belajar pengetahuan tentang plating modern.

Singkatnya, kata Hans, dari perkenalannya dengan pihak perusahaan di Singapura itulah yang menghantarkan ia bisa meraup sukses dan menjadi salah satu dari lima perusahaan elektroplating terbesar di Indonesia pada zamannya. Perusahaan Singapura tersebut cukup mempercayai PT. Hans Elektroplating untuk diberikan satu jalur kerjasama usaha keagenan miliknya di Indonesia.

Disamping itu, pihak perusahaan Singapura tersebut juga menyarankan Hans jika ingin belajar dan memperdalam pengetahuan tentang plating supaya pergi ke Birmingham, disana ada satu perusahaan plating yang sudah berumur sekitar 200 tahun, dan berjarak tempuh kurang lebih dua setengah jam dari Kota London, Inggris. Dari Birmingham inilah Hans membawa perubahan plating modern ke Indonesia dan bahkan sampai ke salah satu perusahaan plating di Jepang. (NS/Nur)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *