Connect with us

Feature

Namaste Over Handshake

Published

on

Jayakarta News – Sebegitu hebatnya momok virus corona, sampai-sampai bisa mengubah tradisi umat manusia. Adalah Mendikbud Nadiem Anwar Makarim yang terang-terangan mendukung kampanye “Namaste Over Handshake”.

Tujuannya jelas, agar terhindar dari virus. Selain, untuk menjaga kesehatan dan kebersihan sekaligus kembali ke budaya leluhur bangsa Indonesia.

Topik ini menjadi relevan, di tengah merebaknya virus corona ke berbagai negara, termasuk ke Indonesia. Masyarakat pun khawatir. Apalagi setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan adanya dua warga Indonesia yang sudah positif terpapar virus corona.

Cuitan Nadiem Makarim tenteng Namaste.

Namun tulisan ini  tidak akan menjabarkan panjang lebar mengenai Covid-19 yang sudah banyak dibicarakan dan ditulis di media masa maupun Medsos. Tetapi lebih ke arah gaya hidup, perubahan dalam cara berinteraksi sebagai bagian dari upaya mengurangi risiko tertular wabah Covid-19.

Ini tentang tata cara bersalaman. Sudah jadi budaya, jika kita bertemu orang diawali dengan bersalaman. Bahkan tak jarang ditambahi cium pipi kiri dan kanan, alias cipika-cipiki.

Dalam “era corona”, bersalaman menjadi hal yang patut dicermati, mengingat telapak tangan disebut-sebut sebagai “pengantar”  berpindahnya virus. Sekalipun, jika tidak menyeka wajah, apalagi mata, hidung dan mulut, belum tentu juga virus tadi bisa masuk ke dalam tubuh.

Atas nama “kehati-hatian”, dalam acara resepsi pernikahan, sudah mulai dibudayakan jabat tangan ala Namaste. Setidakbya sudah berlangsung di salah satu hotel berbintang lima di Jakarta Selatan.

Apakah itu Namaste? Namaste adalah ekspresi verbal, juga sikap tubuh (gesture) simbol untuk saling memberi salam. Atau jika Anda praktisi yoga tentu familiar dengan frase Namaste.

Namaste merupakan salam Hindu paling populer yang dilakukan dengan menyatukan kedua telapak tangan di dekat hati dengan kepala ditundukkan dengan hormat, ketika seseorang mengatakan Namaste.

Tentu bagi tamu undangan yang baru pertama menghadiri perhelatan dengan salam Namaste sedikit tanda tanya. Tetapi ketika kita sudah berada dalam antrean jalur memberi selamat pada acara resepsi yang biasanya meliuk-liuk itu dengan sendirinya akan mengikuti cara itu (namaste). Setidaknya kita melihat para tamu yang berada di depan, sebelum sampai giliran kita.

Keramahtamahan penyelengara resepsi tidak membuat tamu berkecil hati atau dikecilkan oleh pengundang, karena orang tua kedua belah pihak ataupun pasangan pengantin benar-benar konsekuen bernamaste dengan siapa pun tamu yang hadir. Tanpa membedakan satu dengan yang lain.

Memang resepsi pernikahan dengan pengucapan selamat cara ini belum membudaya. Semuanya tergantung penyelenggara. Atau bisa jadi akan membudaya jika itu menjadi bagian dari kemasan WO (wedding organizer).

Bagaimana? Apakah anda sudah siap untuk mengganti cara bersalaman atau memberi salam, dari berjabat tangan menjadi ber-namaste? Patut dicoba, setidaknya sampai corona berlalu dari jagad manusia. (srh)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *