Connect with us

Feature

Mengunyah Nasi Kucing Diiringi Campursari

Published

on

Angkringan di tepi jalan menuju Terminal Satu Bandara Juanda, Surabaya. (foto: poedji)

Jayakarta News – Angkringan mulai menjamur di kota Sidoarjo, Jatim. Istilah angkringan yang asli dari Yogyakarta ini mulai dikenal oleh masyarakat secara getok tular. Di kecamatan Waru, tepatnya di tepi Jalan Raya Tropodo ada empat tenda tempat angkringan. Rata-rata membuka bisnis makanan tersebut malam hari.

Bahkan di kompleks perumahan Wisma Tropodo juga ada satu angkringan, pemiliknya anak muda bernama Wawan. Pemuda asal Yogya ini mengaku awalnya tidak banyak yang datang ke tempatnya. Namun dalam hitungan minggu angkringan sudah dikenal banyak orang.

Untuk menyiapkan makanan dan minuman ia menyiapkan sendiri termasuk saat melayani para pelanggan yang datang ‘ngangkring’. Para langganan Wawan tidak saja dari kaum laki-laki tapi juga ada ibu-ibu bahkan para cewek juga senang jajan di angkringan.

Dua cewek kece menunggu makanan angkringan yang dipesan. (foto: poedji)

Angkringan Wawan menyediakan nasi kucing dengan lauk dadar, teri, tempe, dan bandeng. Selain itu,  ada berbagai jajanan sate yang terbuat dari sate cecek, usus, uritan, pentol, putih telor dan lain-lain. Aneka menu itu bisa dipilih sendiri oleh pelanggannya kemudian dibakar dan disuguhkan dalam kondisi panas.

Minumannya juga ada berbagai pilihan seperti teh, jahe, wedang uwuh, kopi, susu dan lain sebagainya. Wawan juga melengkapi angkringannya dengan sound system yang memperdengarkan lagu-lagu campursari.

Lagu campursari itu menghibur mereka yang datang. Sembari makan nasi kucing dan jajan lainnya dimajakan oleh lagu-lagu campursari atau klenengan (musik gamelan) khas Yogya.

Seorang pengunjung asyik ‘ngangkring’ sambil bermain HP. (foto: poedji)

Angkringan lainnya juga yang berada tepi jalan raya menuju Bandara Juanda, terminal satu. Di sini juga dirasakan keasyikannya saat menikmati makanan. Di tempat tersebut orang yang sedang jajan bisa menikmati lalu-lalangnya kendaraan bermotor dengan sorot lampu menuju atau keluar dari bandara.

Harga makanan di sana juga tidak begitu mahal. Untuk 1 nasi kucing, 3 sate, tahu isi dan teh hangat cukup merogok kocek Rp 15 ribu.

Yang membedakan dengan angkringan Wawan, di tepi bandara yang diberi nama oleh pemiliknya “konco lawas” dilayani oleh 5 anak muda. Menjamurnya angkringan di Sidoarjo bisa menjadikan alternatif masyarakat yang suka jajan di luar mencari suasana baru. (poedji)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *