Entertainment
Hari Film Nasional Dirayakan Sederhana Bersamaan Malam Takbiran

JAYAKARTA NEWS— Hari Film Nasional (HFN) yang jatuh hari Minggu (30 Maret 2025) dirayakan secara sederhana bersamaan dengan malam Takbiran.
Tanggal 30 Maret 1950 adalah hari pertama pengambilan gambar film ‘Darah dan Doa’ karya Usmar Ismail yang diproduksi oleh perusahaan pribumi yang dimiliki orang Indonesia.
Berbagai acara penting dihelat tanpa gembar gembor namun tetap khidmat.
Di PPHUI, Rasuna Said, Kuningan, Jakarta dari siang hingga malam diputar gratis film nasional bertajuk ‘Azrax : melawan sindikat perdagangan wanita’ yang dibuat tahun 2013 sutradara Dedi Setiadi.
Film laga berlokasi di Jakarta dan Hong Kong ini dibintangi oleh dua pemeran utama yaitu Gatot Brajamusti dan Nadine Chandrawinata.
Di Metro Cinema Kemang juga ditayangkan gratis beberapa film pendek yang dihadiri jurnalis dan komunitas film.
Dan masih menyambut HFN, ada 5 film nasional yang sekaligus juga merupakan film Lebaran 2025.
Ke lima film tersebut adalah ‘Jumbo’, ‘Komang’, ‘Norma’, ” Qodrat 2′ dan ‘Pabrik Gula’.
Selama akhir Maret dan pekan pertama April 2025, film nasional bakal merajai seluruh bioskop Indonesia.
Apa sebenarnya makna HFN ?
Berdasar Keppres No 25 tahun 1999, kini HFN dirayakan tiap tahun.
“HFN adalah momentum refleksi dan aksi kolektif yang membawa industri film Indonesia lebih maju,” ujar sineas Adi Suryaabdy.
Dikatakan dalam cuitannya, dengan dukungan semua pihak, film kita bisa menjadu cermin kemajuan budaya bangsa.
“Kami optimis dan memiliki harapan, HFN bertujuan guna mengembangkan industri film dan menguatkan peran film dalam masyarakat,” ungkap mantan pimpinan Sinematek Indonesia ini.
Diuraikannya, ada 6 tujuan jangka pendek tentang perfilman RI yaitu apresiasi terhadap karya dan pelaku pasar, promosi film lokal, melestarikan sejarah film Indonesia, pendidikan dan inovasi industri, melestarikan identitas budaya dan mendukung kebijakan pemerintah.
“Film sebagai media perubahan sosial tidak semata-mata menjadi hiburan tapi terselip pesan kritis tentang isu lingkungan, toleransi dan HAM,” tegas Adi Suryaabdy.
Selamat merayakan HFN ! (pik)