Connect with us

Feature

Toba Diakui Unesco, Wan Hidayati pun Menjerit

Published

on

General Manager (GM) GKT, DR. Ir. Wan Hidayati MSi dan Danau Toba. (foto: monang sitohang)

Jayakarta News – Tidak ada perjuangan yang sia-sia, apalagi dilakukan dengan keuletan, ketekunan dan kesungguhan dalam meraih atau mewujudkan satu tujuan besar. Proses panjang serta pengorbanan waktu, pikiran dan lain-lain, adalah sebuah keniscayaan yang harus dibayar dengan perasaan ikhlas.

Itu yang terjadi dalam proses awal Geopark Kaldera Toba (GKT) menuju pengakuan Unesco Global Geopark (UGG). Tahap demi tahap telah dilalui, langkah demi langkah dijejaki, sehingga sampai ke pencapaian akhir yang berbuah manis.

General Manager (GM) GKT, DR. Ir. Wan Hidayati MSi menuturkan ihwal jalan terjal yang telah dialui, dalam rangka memperjuangkan GKT mendapatkan pengakuan Unesco Global Geopark. “Benar-benar perjuangan yang butuh keuletan, kebulatan tekad, berani, dan tulis,” ujar Wan Hidayati kepada Jayakarta News di cafe Tongs Jl. Kejaksaan No.7-D, Petisah Tengah, Kec. Medan Petisah, Kota Medan, Sumatera Utara, Kamis (12/9).

Bermula tahun 2015, ketika banyak tokoh menyuarakan aspirasi agar Danau Toba bisa masuk ke dalam Unesco Global Geopark. Beberapa tokoh yang gencar menyuarakan itu antara lain dari Kementerian Pariwisata, Pemprov Sumatera Utara (Dr Ir Hj R. Sabrina Msi, sekarang Sekda Provinsi Sumut), RE Nainggolan, Alimin Ginting, Gagarin Sembiring, dan masih banyak lagi.

Tahun itu juga perjuangan dimulai, hingga akhirnya mendapat predikat dossier. Artinya, masih harus dilengkapi banyak dokumen. Bisa dibilang, itu sedikit lebih baik dari predikat rejected (penolakan).

Lalu di tahun 2017 dibentuk tim percepatan yang diketuai Nur Azijah Marpaung yang pada waktu itu menjabat Wagubsu masa Gubernur T. Erry Nuradi. Ia memerintahkan agar membentuk tim percepatan Kaldera Toba, dan ini adalah atas desakan Luhut Binsar Panjaitan sebagai Menko Kemaritiman.

Pada saat itulah perjuangan mereka berlanjut di Badan Pengelola GKT, yang terdiri dari GM Wan Hidayati, Wakil GM Gagarin Sembiring, disertai Debbie Rianni Panjaitan, Unggul Sitanggang dan banyak lagi. Termasuk pakar-pakar yang diketuai RE Nainggolan, Prof. Zulkifli Nasution termasuk juga di dalamnya Wilmar Simanjorang. Kesimpulan sementara, terdapat 16 geosite yang terbentuk dan dua information centre (Corry Panjaitan dan Wilmar Simanjorang).

DR. Ir. Wan Hidayati MSi

Hidayati mengatakan perjalanan ini tidaklah mudah. Perbaikan demi perbaikan sesuai kreteria Unesco terus dilakukan dengan pola self assessment. “Kami juga melakukan assessment terhadap diri kami sendiri. Lalu membuat dossier dan itu harus selesai November tahun 2017. Kami kerja tak kenal waktu, pagi, siang, malam menggumpulkan data melihat bagaimana dossier yang baik agar dapat diterima Unesco. Kami juga dibantu Indio Patomo, Hanang Samudera untuk mendatangkan advisor yaitu Mr. Guy Martini dari Prancis dan juga Ibrahim Komo dari Malayasia,” tambahnya.

Di bawah dua orang advisor itulah, tim Badan Pengelola GKT dibimbing untuk melengkapi semua persyaratan. Tepat November, dossier selesai lalu dikirim ke Unesco disertai surat Kemenko Kemaritiman. Menko Luhut memberikan dukungan penuh atas proses ini. “Akirnya, dossier pun diterima,” ungkap Wan Hidayati.

Dossier itu bukanlah buku atau dokumen yang gampang. Di dalamnya terdapat janji-janji dari badan pengelola, terdapat juga informasi potensi Kaldera Toba Geopark, di samping terdapat international meaning Kaldera Toba itu sendiri. “Akhirnya, kami mendapat satu rekomendasi yaitu di bulan Februari harus memperbaiki peta deliniasi. Setelah peta garis batas tersebut dikirmkan, maka keluarlah rekomendasi Unesco pada April 2018. Tak lama kemudian, Badan Pengelola GKT mendapatkan surat pernyataan lulus dalam persyaratan pertama. Artinya, dossier diterima.

Akhirnya keluarlah surat bahwa tahap kedua akan dijalani yaitu kunjungan assessor di Agustus 2018. Ketika itu, Gubernur Eko Subowo memerintahkan BP GKT bersiap-siap, didukung BPODT (Badan Pelaksana Otorita Danau Toba) dan seluruh stakeholder serta dan partnership. Mereka yang mendukung termasuk perusahaan-perusahaan yang ada disekitar Danau Toba, yaitu PT Inalum, Pertamina. Dukungan lain datang dari Bank Indonesia dan Pelindo 1.

Assessment dilakukan empat hari. Selama itu pula, pihak Unesco menguji secara ketat. “Kmai harus bisa menjawab apa yang mereka tanyakan dan harus bisa memperlihatkan apa yang sudah kami jawab sehingga terjadilah ujian yang sangat berat. Dari 16 geosite kami berkeliling di enam geosite karena keterbatasan waktu, lalu assessor Unesco mencatat semua apa yang terjadi. Akhirnya keluarlah rekomendasi yang isinya ada sembilan dan rekomendasi harus selesai selambat-lambatnya dalam waktu dua tahun,” ujar Wan Hidayati.

Setelah itu, Badan Pengelola GKT minta arahan Kementerian, Pemprovsu, dan juga Kemenko Kemaritiman. Kami diberi waktu tiga bulan untuk menuntaskan rekomendasi Unesco tersebut. “Semua bahu-membahu menuntaskan rekomendasi-rekomendasi Unesco. Antara lain aspek visibility sepeti gapura, penunjuk arah, dan lain-lain. Yang kedua, master plan. Ketiga, pendidikan berbasis sekolah dasar, dilengkapi pendidikan lingkungan hidup serta mitigasi bencana. Keempat, kelengkapan standar seperti information center termasuk informasi geopark dunia. Kelima, komitmen perlindungan terhadap situs-situs dalam bentuk regulasi. Keenam, peta overlay kebudayaan dan deliniasi. Semua hasil kerja keras kami, segera dikirim ke Unesco,” tambahnya.

Tahun lalu, Wan Hidayati bertolak ke Yunani. Selaam 40 hari ia di sana, melewati bulan Puasa dan Idul Fitri. Ia manfaatkan waktu di sana untuk mengikuti kursis geopark yang diselenggarakan Unesco. Di situlah, Indonesia dipandang serius oleh Unesco. “Saya juga manfaatkan waktu untuk berkomunikasi dengan seluruh council yang ada dan orang-orang Unesco. Ini bentuk keseriusan kami,” tambah Wan Hidayati.

Waktu bergulir, tiba momentum 31 Agustus 2019, pengelola Rinjani, Lombok menjadi tuan rumah Simposium Asia Pasific Geoparks Network (APGN). Hadir 16 council yang ikut rapat tetapi ada dua yg keluar, sehingga ada 14 council yang mengatakan setuju atas kelulusan Toba Kaldera Geopark menjadi UGG.

“Tentu saja membuat kita semua bersyukur, bukan hanya saya tentu seluruh masyarakat di sekitar danau Toba, Sumatera Utara dan Indonesia. Hal ini adalah sesuatu yang sangat luar biasa dimana Kaldera Toba menjadi geopark kelima di dalam anggota Unesco di Indonesia, selain Sewu, Batur, Rinjani, dan Ciletuh,” tambahnya.

Ia sebagai GM Geopark Kaldera Toba pun merasa lega atas hasil akhir yang didapat. “Meski begitu, masih ada tugas besar, antara lain meningkatkan semua performance yang ada di Toba sehingga benar-benar sesuai dengan kriteria Unesco,” ujarnya.

Disini tentu saja pertama kita mengharapkan konservasi yang optimal, revitalisasi budaya optimal, selanjutnya pemberdayaan masyarakat dan keluarga berketahanan harus dijaga dan ditingkatkan selain itu juga pentingnya penguatan dan pemberdayaan semua partnership atau mitra kerja saling mendukung untuk bangga memiliki Toba Kaldera Geopark.

Demi mengingat peristiwa yang membahagiakan itu, Wan Hidayati tak kuasa memendam rasa haru dan bahagia, sehingga meneteskan air mata, bahkan sampai histeris menjerit sebagai ungkapan rasa senang, bahagia, dan bersyukur saat itu. “Mungkin orang tidak dapat merasakan apa yang saya rasakan saat itu. Dan memang saya menjerit spontan. Bahwa apa yang saya upayakan itu tidak sia-sia karena pada saat itu saya tidak lagi memikirkan diri saya. Saya ingin ada sesuatu keajaiban yang timbul sehingga Unesco dapat mengakui Kaldera Toba yang demikian perkasa dan hebat kita bisa melihat bagaimana kita bangga dengan laboratorium alam ini saya tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata tapi air mata saya pada waktu itu adalah bentuk rasa syukur kepada Tuhan, kepada alam kepada semua yang mendukung. Apa yang kita usahakan dengan keseriusan dan kita cintai dan hayati dari hati kita insya Allah akan menghasilkan hasil yang sempurna,” papar Wan Hidayati penuh semangat.

Lalu kita akan bertanya setelah masuk Unesco apa keuntungannya? Maka Unesco akan mempromosikan Danau Toba ke seluruh dunia dalam website Unesco dan seluruh negara akan melihat bagaimana indahnya Danau Toba. Mungkin selama ini orang-orang hanya mengenal Bali tetapi saat ini sudah waktunya Danau Toba dikenal dunia. Karena diakuinya oleh dunia, pastilah orang-orang ingin melihat apa yang bagimana objek yang diakui oleh Unesco tersebut. Karena kita tahu Unesco (United Nation Educational, Scientific and Cultural Organization) adalah badan dunia yang sangat dipercaya. Akhirnya kita akan melihat dan mendoakan bagaimana wisatawan akan datang berkunjung, kemudian investor-investor akan menawarkan untuk pembenahan Danau Toba.

Namun semua itu harus kita persiapakan jangan nanti jadi bumerang. Setelah diakui maka kita harus menjaga dan memelihara. Itu bukaan hal mudah. “Karena itu saya bermohon ayo kita bersama-sama memikirkan Kaldera Toba, Sumut, Indonesia, bukan hanya memikirkan kepentingan pribadi. Mari sama-sama melihat bahwa kita penting berjabatan tangan, berpelukan bersama untuk Toba kita ini,” harapnya.

Ia sendiri berencana mewujudnyatakan apa-apa yang menjadi rekomendasi Unesco. Ia harus membuktikan, bahwa Danau Toba memang pantas mendapat pengakuan dunia. Dalam bentuk konkret, ia tidak ingin Danau Toba berserak sampah.

Masyarakat di sekitar Toba harus produktif. Harus ada kegiatan peningkatan kapasitas warga memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar Danau Toba. Jika perlu, pihaknya akan mendatangkan pakar untuk mendidik masyarakat menjadi lebih baik dan lebih sejahtera.

Yang tak kalah penting, pihaknya akan meningkatkan sinergitas seluruh kabupaten yang ada di sekitar Danu Toba, lalu mengkoordinasikan dengna pemprov  dan juga pemerintah pusat. Itu semua agar tidak ada potensi konflik di sana. “Dengan para mitra, kami akan mengadakan berbagai event untuk melahirkan Toba sejahtera. Unesco pasti akan mendukung kegiatan-kegaitan seperti Toba Go Grean, Toba Supervolcano, dan lain-lain. (Monang Sitohang)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *