Feature
Paranormal Menerawang Capres-Cawapres
PILPRES 2019 akan menyandingkan dua pasang capres-cawapres untuk dipilih langsung oleh rakyat Indonesia. Mereka adalah pasangan Joko Widodo – Ma’ruf Amin, dan Prabowo Subianto – Sandiaga Uno. Jayakartanews berbincang-ringan dengan sejumlah spiritualis.
Spiritualis asal Bali, Bunda Biyung AR mengaku langsung melakukan penerawangan lewat semedi (meditasi) pasca didengar pasangan pasti yang bakal maju dalam Pilpres mendatang. Menurutnya, dalam penerawangannya suasana Pemilu mendatang makin kondusif. Rakyat makin sadar dan pintar.
Rakyat makin terseleksi dalam aliran laksana arus sungai yang mengalir. Ia justru mengingatkan pada sejarah sumpah palapa. Untuk melaksanakan sumpahnya (menyatukan Nusantara), Mahapatih Gajah Mada harus bertempur melawan Mahapatih kerajaan Bali, yang bernama Kebo Iwa.
Dalam pertempuran yang tiada akhir, karena sama-sama sakti, Kebo Iwa membisikkan sesuatu ke Gajah Mada. Apa yang dibisikkan adalah ihwal “pengapesan” atau sisi lemah dari kekuatan yang ada pada dirinya. Jika itu yang diserang, maka Kebo Iwa akan binasa. Benar. Setelah mengetahui kelemahannya, maka Gajah Mada akhirnya bisa mengalahkan Kebo Iwa.
Apa yang bisa dipetik dari pelajaran Gajah Mada melawan Kebo Iwa? Seperti kesadaran Gajah Mada, bahwa sejatinya ia tidak lebih unggul dari Kebo Iwa. Sebaliknya, karena menyetujui cita-cita Gajah Mada (menyatukan Nusantara), ia rela mengorbankan diri. “Silakan dipetik pelajaran itu dalam Pemilu mendatang. Hakikatnya adalah persatuan dan kesatuan harus diutamakan. Jika itu yang dipegang oleh kedua pasangan, maka tidak penting siapa yang menang, karena yang menang adalah persatuan Indonesia,” ujar Biyung.
Sementara itu dari Yogyakarta, spiritualis Ki Ageng Agung Jati mengibaratkan Pilpres mendatang adalah perebutan pesona bumi dan langit. Apa maknanya? Jokowi dan Ma’ruf Amin ia ibaratkan kayu dan air yang menyejukkan serta menyuburkan. Ditinjau dari sisi perbedaan usia, maka yang muda yang memimpin, yang tua tut wuri handayani.
Sementara itu, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno ia ibaratkan api dan angin. Prabowo mantan senopati atau manggala yudha Nusantara. Mengedepankan semangat heroisme untuk kejayaan. Sedangkan Sandiaga adalah angin memberi kesegaran, serta karakternya yang bisa menelusup ke semua sisi. Keduanya ia ibaratkan kepemimpinan yang mengandung unsur Hasta Brata, Wulang Reh, Tripama, dan Dasa Darma Raja.
Ki Ageng Agung Jati tidak mau masuk ke ranah pasangan mana yang akan menang. Bicara tentang itu, ia berdalih, “Pada galibnya, takdir manusia sudah ditentukan. Dan terkait dua pasangan capres-cawapres, secara spiritual memiliki keunggulan masing-masing. Saya rasa hati kecil rakyat Indonesia juga mengetahui ihwal itu, karena tidak ada manusia yang sempurna seperti halnya tidak ada pemimpin yang sempurna, sepanjang dia bernama manusia,” urainya.
Di kesempatan berbeda, Jayakartanews menghubungi Bunda Dhani Maharsi, tokoh spiritual yang juga Sekjen Forum Komunikasi Paranormal dan Alternatif Indonesia untuk meminta penerawangannya melalui media tarot (kartu) yang biasa ia gunakan. Ihwal pasangan Jokowi – Ma’ruf Amin. Menurutnya, pasangan ini tidak kuat secara finansial dan tidak mengandalkan finansial. Ihwal sosok Ma’ruf Amin, kartunya menunjukkan nuansa “ketergesa-gesaan”. Kartunya juga tidak menunjukkan nuansa emas kencana, melainkan hijau dan biru. Jika diartikan, di tangan Jokowi – Ma’ruf Amin, tidak atau belum akan tercapai kemakmuran. Warna yang ada melambangkan kedamaian.
Sedangkan pasangan Prabowo – Sandiaga Uno, menampakkan cahaya keemasan. Tentu bisa diartikan bahwa pasangan ini memiliki kemampuan finansial. Bisa diartikan pula di bawah kepemimpinan mereka, bisa meningkatkan kemakmuran. Di sisi lain, ia melihat adanya “loyalitas yang dipaksakan”. Ini bisa menimbulkan potensi ketegangan di kemudian hari.
Jika dianalisa dari perisitwa yang terjadi sebelum deklarasi, barangkali yang dimaksud “loyalitas yang dipaksakan” sebagai sebuah “keterpaksaan” Partai Demokrat bergabung dalam koalisi yang mengusung Prabowo – Sandiaga. Sekali lagi, apa yang ia sampaikan semata dari hasil kocok-kartu-tarot. ***