Connect with us

Feature

Olahan Emak-emak di Zaman “Rebahan”

Published

on

Sambel Roa, Abon Cakalang, Empon-empon hingga Cilok

JAYAKARTA NEWS – Masa Pandemi Covid 19 diplesetin dengan jaman rebahan. Karena banyak waktu di rumah. Entah mau melakukan apa. Akhirnya hanya rebahan sambil pegang android. Jempol pun bergulir, tubuh berbaring nikmat. Namun berbeda dengan tiga emak-emak di bawah ini. Ada yang mengolah sambel roa hingga jualan bantal, ada pula yang meramu empon-empon kemudian dijualnya, bahkan ada yang mencoba menjajakan cilok yang semula untuk penganan iseng anak-anaknya.

Sambel, Abon hingga Bantal

Jam belum menunjukkan pukul tiga siang. Masih ada satu jam lagi. Bagi Ribkha ini tanda harus buru-buru ke tempat pengiriman barang di dekat rumahnya. “Lewat dari jam tiga, barang kita tidak bisa dikirim besok. Musti tunggu sehari lagi,” ujar Ribkha kepada Jayakarta News, ketika disambangi ke rumahnya di Villa Mutiara Cinere, Depok, Senin (2/11/2020).

Perempuan bernama lengkap Ribkha Gultom Mantiri ini, belakangan memang sibuk berjualan online. Ada Sambel Ikan Roa dan  Abon Tongkol Cakalang, produk yang dihasilkannya sendiri di  masa pandemi Covid 19 ini.

Dimasa Covid 19 ini lah, Ribkha mulai menerima pesanan secara rutin untuk sambel dan abon olahannya yang khas Manado ini.  “Sebelumnya, paling sesekali saya bikin sambel atau abon, kemudian baru saya tawarkan ke teman-teman sesuai yang saya bikin.  Tapi sekarang ini, saya gencar memasarkannya, dan saya buka PO (pre-order). Syukurlah, banyak juga yang menyukai sambel dan abon saya ini,” ujar ibu dari dua anak putri remaja ini dengan  semangat.

Dalam masa-masa penantian pandemi berlalu, Ribkha terus berusaha untuk tetap bisa berusaha dari rumah. Karena itu, ia tidak jemu-jemu mencari barang apa saja yang bisa dijualnya dengan harga yang pantas dan memang dicari masyarakat. “Khususnya dicari ibu-ibu,” kata Ribkha sambil tertawa.

Karena itu, Ribkha tidak hanya mengandalkan sambel dan abonnya. Ia kreatif menggunakan ‘smartphone’-nya. Ia rajin berselancar di google, gesit mengintip market place. Maka,  jadilah   ia juga berjualan bantal nan empuk bak bantal hotel berbintang, memasarkan sabun cuci piring nan ampuh menghilangkan berbagai noda di alat-alat dapur para ibu, bahkan hingga menawarkan serbet nan murah namun sangat berguna di dapurnya emak-emak. 

Sebagaimana ia mendapatkan barang-barang dagangannya, Ribkha pun memanfaatkan hanphonenya untuk mempromosikan jualannya. Ia tidak segan-segan menawarkan melalui WA dan FB secara rutin.

Jika ingin mencoba Sambal Ikan Roa, cukup bayar dengan 40 ribu rupiah, sedangkan Abon Tongkol Cakalang bisa dibeli dengan harga 35 ribu rupiah. Sementara bantal empuk dijualnya 38 ribu dengan guling 40 ribu, sabun nan ampuh dihargainya 35 ribu untuk delapan pieces dan serbet dapat dibeli 50 ribu satu lusinnya.

Ribkha kini bisa tersenyum sumringah. Dengan label Michelle’s Kitchen, Sambal Ikan Roa dan Abon Tongkol Cakalang yang tanpa pengawet itu, kini sudah mempunyai pelanggan sendiri. “Sudah banyak juga yang repeat order,” ujarnya.

Jika Ribkha kreatif memasak sambal dan abon serta mencari barang dagangan melalui dunia maya, maka lain lagi dengan Rosmeli Clara Harianja. Wanita dengan panggilan akrabnya Meli, kini berjualan empon-empon yang diramunya sendiri.

Kiri: Warsiti Telaumbanua dengan olahannya donat mini. Kanan: Abon Tongkol Cakalang hasil olahan Ribkha Gultom Mantiri. (ist)

Empon-empon

Wanita dengan profesi guru ini, merasa perlu menjaga stamina tubuh keluarganya di masa pandemi ini. Karena itu, dia meneruskan kebiasaannya memasak Empon-empon untuk keluarganya secara kontinyu setelah memasuki masa-masa merebaknya virus Corona ini.

“Semula, saya masak empon-empon untuk keluarga,ramuannya hanya  sederahana saja, jahe, biang kunyit, gula merah. Dan menyediakannya pun hanya kalo lagi sempat saja, ” ujar Meli melalui media WA.

Sebelum pandemi, Meli memang sibuk menjadi tenaga pengajar privat. Ada delapan murid yang diajarnya secara privat dengan waktu-waktu tertentu. Namun ketika masa lockdown mulai diberlakukan, perlahan muridnya berkurang, “Kini hanya dua orang, kaka adik, yang masih kontinyu saya kunjungi untuk mengajar mereka,” papar Meli.

Mempunyai waktu yang cukup banyak, Meli mencoba lebih kreatif. Empon-empon yang semula hanya dengan bahan yang sederhana, maka selanjutnya diberikan ramuan yang komplit demi kesehatan keluarganya.  “Empon-empon itu kan baik untuk kesehatan kita. Bagus untuk kekuatan tubuh. Saya bikin untuk keluarga biar imunitas kami terjaga,” ujar Meli. Maka ia pun menyediakan empon-empon dengan bahan yang komplit dan bahan pilihan. “Bahannya berkualitas dan komplit. Khasiatnya pasti bagus untuk kesehatan kita,” ujar Meli mempromosikan ramuannya.

Dan, memang benar, setelah mengkonsumi empon-empon ramuannya, ia sendiri merasakan tubuhnya makin bugar. “Biasanya saya kontinyu memeriksakan diri ke dokter. Kontrol darah, tapi setelah beberapa waktu mengkonsumsi empon-empon, saya tidak ke rumah sakit lagi. Apalagi dengan kondisi covid begini, saya tidak berani ke rumah sakit,” paparnya pula.

Setelah menikmati khasiat dari ramuannya, Meli merasa perlu untuk membagi ke teman-teman terdekatnya. Maka ia pun menawarkan ntuk dicoba mereka lebih dahulu. Dengan protokol kesehatan yang lengkap, Meli membawa contoh empon-empon segar ke beberapa teman. Hasilnya? Meli kini berjualan empon-empon dengan harga satu liter 35 ribu rupiah. “Kalo dingin, lebih segar rasanya,” kata ibu dari tiga anak ini dengan senyum manisnya.

Diawali dengan niat menjaga kesehatan keluarga, Meli kini terus mencoba memasarkan ramuan kesehatannya itu. Dengan menggunakan medsos, nenek dari satu cucu ini, gencar memunculkan postingan empon-emponnya.

Tidak hanya empon-empon, Meli lebih kreatif lagi. Ia menyediakan bahan ramuan dengan cukup banyak dan kemudian ia menawarkannya ke teman dan saudara. Maka kini Meli berjualan juga bahan mentah empon-empon. Ada jahe merah, sereh, biang kunyit, temulawak, gula aren dan lainnya. ‘Empon-empon saya bahannya berkualitas. Bahan pilihan. Karena itu, saya tidak ragu untuk memasarkannya,” ujar Meli lagi.

Merasa tanggung dengan menyediakan bahan-bahan tersebut, Meli menambah dengan yang lainnya. Ada bawang merah, bawang putih, bawang bombay, cabai, tomat, kentang bahkan beberapa sayuran pun dijualnya. Tidak sungkan Meli kerap muncul di grup-grup wa-nya menawarkan barang dagangannya dan buka PO.

Lain lagi dengan Warsiti Telaumbanua. Wanita dengan tiga anak ini, selama pandemi tidak mau memberikan jajanan sembarangan untuk anak-anaknya. Berpikir untuk membuat makanan ringan atau jajanan mudah dibuat dengan bahan yang terjangkau, mulailah Warsiti mencoba membuat cilok dilengkapi bumbu kacang.

Cilok Bumbu Kacang

Tidak disangka, putranya menyukai Cilok buatannya. Senang melihat anak-anak menyukainya, maka ia pun mencoba yang lain. Perempuan yang tinggal di bilangan Sawangan ini, mulai belajar membuat donat dan roti goreng.

Dengan rasa percaya diri, Warsiti yang sehari-hari sebelumnya tidak pernah mencoba berjualan, maka ia pun menawarkan olahan jajanan anak-anaknya itu. Ia mencoba menawarkan ke teman-teman dan saudara.

“Bersyukur, ada juga beberapa teman yang pesan,” ujarnya tertawa kecil. Adanya pesanan dari beberapa teman itu, menyemangati Warsiti untuk terus memperbaiki kualitas donat dan roti gorengnya, tentu juga cilok dengan bumbu kacangnya.

Sebagaimana dua emak-emak di atas, mempromosikan melalui medsos, maka Warsiti pun menggunakan medsosnya untuk berjualan. Ia akan mengolah makanan ringan tersebut, jika ada pesanan. Cilok buatannya dihargainya 5000 rupiah setiap porsinya.

Warsiti memang tidak pernah menduga jika dirinya  bisa berjualan Cilok,  jajanan anak-anak yang cukup populer itu bersama donat dan roti goreng. 

Empon-empon ramuan Meli Harianja.

Kreatif 

Pandemi Covid 19 di tahun ini, memang tidak pernah diduga dan disangka akan berlangsung sedahsyat ini. Berdampak serius terhadap perekonomian nasional. Usaha-usaha kecil dan menengah tidak sedikit mengalami kendala. Ada kendala penyediaan bahan baku, kendala pengiriman atau pendistribusian barang, kendala pembiayaan atau menggaji karyawan sehingga tidak heran jika banyak orang yang kehilangan pekerjaan.

Kondisi ini tentu tidak bisa hanya disikapi dengan rasa putus asa atau amarah terhadap keterpurukan. Harus ada kemauan untuk bangkit walaupun sulit menjalaninya.

Bangkit bukan berarti harus melakukan hal-hal besar dan dikenal banyak orang. Namun, apa yang dilakukan Ribkha, Meli dan Warsiti bisa menjadi contoh untuk keluar dari rasa jemu terhadap pandemi ini.

Dimulai dari teman di dunia maya, dimulai dari peredaran di komplek, dimulai dari hal-hal sederhana yang bisa dilakukan di dapur rumah,  membuat hidup jauh lebih berarti di tengah pandemi covid 19 ketimbang banyak rebahan.  Ribkha dengan Sambel Roa dan Abon Cakalangnya, Meli dengan Empon-emponnya, dan Warsiti dengan Cilok sambel kacangnya, memang layak diacungi jempol.(melva tobing)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *