Connect with us

Feature

Ironis, Upaya Perlindungan Pekerja Trump Malah Menciptakan Pengangguran

Published

on

MICK Lang adalah pekeja pabrik besi baja selama 40 tahun, dan dia memilih Donald Trump dengan harapan presiden akan membangkitkan kembali industri besi baja Amerika. Sekarang, dia kuatir tarif impor besi baja Trump justru akan menyebabkan dia jadi pengangguran.

Mick Lang bekerja di Novolipetsk Steel PAO di Farrell, Pennsylvania, Amerika. “Saya memilih Trump sebab saya pikir dia akan memperbaiki keadaan, bukan seperti sekarang ini,” tutur Lang (59 th), generasi ketiga pekerja besi baja dan putranya juga bekerja di pabrik baja yang sama.

Trump menang besar di kawasan ini. Beberapa ahli strategi Parta Republik mengatakan pemilihan waktu pengumuman pengenaan tarif impor besi baja bertujuan untuk menggoyang negara bagian Pennsylvania, yang punya julukan negara bagian besi baja. Hari Selasa (13 Maret 2018) akan menyelenggarakan pemilihan sela memperebutkan kursi DPR AS.

Trump mengunjungi Kota Moon, sekitar 70 km baratlaut Farrel, pada hari Sabtu 10 Maret 2018. Dia akan berkampanye mendukung calon Partai Republik dan pasti disambut meriah di kota ini. Dia menang besar pada pemilihan presiden 2016. Apalagi perusahaan-perusahaan besi baja di wilayah ini, seperti US Stell Corp dan AK Stell Holding Corp memperoleh keuntungan dan menyambut baik pengenaan tarif Trump.

US Stell telah mengumumkan akan menghidupkan kembali satu dari dua pabriknya di Illinois dan menciptakan 500 lapangan kerja baru. Saat ini, Amerika adalah pengimpor besi baja terbesar dunia dengan 35 juta ton pada tahun 2017 lalu.

Mick Lang

Namun Lang adalah salah satu dari 760 pekerja di Novolipetsk Steel PAO, yang merupakan cabang AS dan perusahaan induk berada di Rusia. Tiap tahun perusahaan ini mengimpor 2 juta ton besi baja dalam bentuk lempengan dan mengolahnya jadi lembaran besi baja. Perusahaan ini memasok produknya kepada perusahaan Caterpillar, Deere & Co, Harley Davidson Inc dan Home Depot. Perusahaan ini tidak mungkin memperoleh bahan baku dari produsen AS.

Bob Miller, CEO NLMK, mengatakan jika konsumennya menolak kenaikan harga sampai 25 persen akibat tarif impor maka sekitar 1.200 pekerja akan kehilangan pekerjaannya dan pabrik di Farrell akan jadi yang pertama ditutup akibat pasokan bahan baku impor berupa lempengan besi baja akan segera habis.

Miller menjelaskan tarif itu juga akan memaksa perusahaan NLMK membatalkan rencana investasi pembangunan pabrik baru di Pennsylvania sebesar 600 juta dolar dan sekitar 400 juta dolar lainnya untuk memperbarui pabrik lamanya di Farrell.

Trump tetap berkeras dengan penggenaan tarif impor, kendati ada keberatan dari rekan-rekannya di Partai Republik dan juga dari berbagai negara mitra dagang AS, yang juga mengancam akan mengenakan tarif bea masuk barang-barang AS. Trump menetapkan tarif impor besi sebesar 25% dan 10% untuk aluminium.

Banyak petinggi perusahaan besi baja, seperti Miller, mengatakan langkah ini penuh dengan ironi, di satu sisi ingin melindungi para pekerja besi baja AS dan disisi lain justru menghapus lapangan kerja di bagian lainnya pada industri yang sama. “Pekerja di Farrell berada di deretan terdepan. Kebijakan ini ternyata menyebabkan ada pemenang dan ada yang kalah, kami kalah,” tutur Miller.

Tarif ini berdampak positif bagi produsen besi baja yang membuat besi baja dari bahan baku alam, seperti pasir besi. Tapi bagi perusahaan seperti NLMK yang bergantung pada bahan baku impor, akan jadi bencana.

Pabrik baja di Farrell ini menyumbang seperlima pendapatan pajak kota. Sementara Mercer County memiliki tingkat kemiskinan hampir dua kali lipat dari rata-rata nasional.

Wilayah ini pernah jadi pusat besi baja AS, banyak pabrik berdiri sampai industri ini turun pamornya pada tahun 1970-an karena peningkatan kompetisi global. Pabrik, yang dimiliki NLMK, sudah ada sejak awal abad 20 dan pernah mengalami dua kali penutupan panjang dan PHK masal pada tahun 1990-an.

Donald Trump

Pabrik ini menggunakan bahan baku berupa besi lempengan, yang biasanya seberat 25 ton, memanaskan lempengan ini sampai 1.316 Celcius. Kemudian memprosesnya jadi lembaran besi setebal selembar kertas. Pabrik dipenuhi oleh uap dan panas, kotor dan berisik, namun bagi lebih dari 600 pekerjanya memberi nafkah sebanyak 27 dolar per jam —- sebuah upah kelas menengah di AS.

Terry Day, ketua serikat pekerja United Steelworkers Union, menjelaskan pada era 1990-an penutupan pabrik telah menggoncang masyarakat sehingga terjadi banyak kasus bunuh diri dan perceraian. “Kali ini akan lebih buruk. Saat itu, ada lowongan kerja lainnya, tapi sekarang tidak ada apa-apa disini. Akan sangat menghancurkan,” tuturnya.

Sementara konsumen besi baja, seperti General Motors Co, yang membuat sedan Cruze di Lordstown, Ohio, hanya sekitar 30 kilometer ke barat dari Farrel, dan Ford Motor Co, bahkan sampai pabrik sup Campbell Soup Co dan juga pabrik bir Molson Coors Brewing Co akan jadi pihak yang ‘kalah’ dengan kemungkinan mengalami kerugian karena terpaksa menaikkan harga akibat tarif tersebut.

Tampaknya lenyapnya lapangan kerja didalam industri besi baja bertolak belakang dengan janji kampanye Trump tentang mengembalikan kembali lapangan kerja dibidang manufaktur.

“Cukup banyak pekerja di industri besi baja akan kehilangan pekerjaannya akibat tarif ini,” ujar analis metal Charles Bradford dari Bradford Research. ***

Sumber: Reuters.com

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *