Connect with us

Entertainment

Fenomena Bioskop Masuk Rumah

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Badai pandemi belum berlalu. Bioskop terkena imbasnya. Meski di PPKK bioskop boleh buka 25% penonton, tapi masih banyak yang tutup.

“Kecepatan produksi film nasional terhambat 40 % karena harus mengikuti protokoler Covid 19,” beber sineas dan budayawan Garin Nugroho dalam diskusi webinar bertopik ‘Indonesia bangga OTT APPS Anak Negeri’ yang dihelat lewat aplikasi Zoom, Selasa (2/2).

Dipandu oleh Arul Muchsen dari Demi Film Indonesia, Garin memaparkan budaya ‘bioskop masuk rumah’ dengan maraknya media film pindah ke digital OTT (Over The Top). OTT adalah layanan streaming digital seperti Netflix, Disney HotStar, Hulu dll (OTT multinasional) dan Go Play, Mola TV, Klik Film, Max Stream, Stro, Vidio dll (OTT lokal).

“Ini ‘pertempuran luar biasa’. Laju OTT cepat bagai deret ukur. Industri film terguncang, bukan saja di luar negeri tapi juga di Indonesia,” ujar Garin. Dengan sendirinya, OTT menumbuhkan eko sistem baru yang menuntut adopsi cepat.

“Ini tantangan baru bagi film pasca pandemi. Bisakah bioskop yang menayangkan film tetap eksis atau harus tutup enggak tahan menghadapi revolusi perubahan zaman ini,” tanya Garin. Terjadi tranformasi kultural dan perang harga langganan antar-OTT.

Tina Arwin selaku  Chief Content Officer Vidio mengaku hal tersebut. “Persaingan OTT makin ketat. Tapi kita tetap mengutamakan kualitas film nomor satu,” ungkap Tina Arwin.

Senada pendapat Ilhamka Nizam dari Stro. “OTT sudah masuk ke kamar kita. Dan jelas, belakangan makin banyak judul film lokal tayang di OTT,” kata Ilhamka Nizam. Hal tersebut memang tidak mengejutkan.

Pengamat film Yan Widjaya mengamati data perkembangan film nasional sepanjang tahun 2020. “Ada 120 judul film Indonesia diproduksi. Namun, hanya 30 judul film saja yang tayang di bioskop dan ini jauh dari target penonton,” urai Yan Widjaya seraya menambahkan, “daan hanya beberapa film yang dibeli OTT. Yang lain bimbang untuk menjual ke bioskop atau ke OTT.”

Dalam webinar yang digelar oleh Direktorat Perfilman, Musik dan Media Baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI ini juga menghadirkan nara sumber yaitu Emha Al Bana, Marcomm Oke Flix dan Tubagus Andre selaku Kepala Pokja Media Baru dan Arsip Film dan Musik yang membuka diskusi ini.

Tubagus Andre mewakili Ahmad Mahendra (Direktur Perfilman, Musik dan Media Baru Kemdikbud) yang berhalangan hadir. Hiruk pikuk dan lontaran pendapat  kerap mencuat dalam diskusi virtual ini dari para pengamat film, pelaku film serta dari lembaga sensor dan komunitas/organisasi perfilman dari Makassar serta budayawan dan cendekiawan. (pik)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *