Feature
Buku, Pesta, dan Cinta ala 90-ers
JAYAKARTA NEWS – Jargon “Buku, Pesta, dan Cinta” sudah lama dicetuskan mahasiswa Universitas Indonesia. Bahkan menjadi semacam penanda gaya pada masanya.
Jargon itu masih menjadi gaya yang tak lepas dari kampus jaket kuning ini. Tentu tak selalu dimaknai dengan cara yang sama. Bagi alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia angkatan 90, tahun ini seharusnya menjadi tahun penanda tiga dasa warsa. Seandainya pandemi Covid-19 tak menerpa, rasanya temu sua dengan gaya memaknai buku, pesta, dan cinta di usia yang sudah mendekati setengah abad, akan lebih penuh gaya.
Sayangnya tahun ini warna Indonesia memang tak terlalu ceria. Panjangnya beban ekonomi dunia dan pengaruhnya pada Indonesia. Persoalan politik yang berkelindan dengan persoalan sosial. Dan yang paling memberi batas ruang dan waktu dalam menebus masa 30 tahun adalah hajaran pandemi Covid-19 yang belum juga usai.
Namun usia tak menunggu. Dan pesan dari 90’er untuk almamater dan dunia terbuka harus tetap disampaikan. “Ayolah, udah mau selesai nih tahun 2020,” cetus Mutiara Hikmah, akrab dipanggil ‘budos’ karena posisinya sebagai dosen di almamater di group whatsapp. Group yang di awal tahun sebelum pandemi riuh dengan segudang rencana, seolah sunyi menyebrangi beberapa bulan pandemi.
Seperti terbangun, sontak dalam waktu hanya tersisa tiga minggu tahun 2020 berakhir, kepingan rencana mulai dikumpulkan kembali. Berkejaran dengan waktu, disepakati untuk menggelar webinar selama dua hari pada tanggal 28 dan 29 Desember 2020. Sementara tanggal 30 Desember 2020 dilakukan pembagian donasi untuk kegiatan berbagi 305 paket bantuan. “Angka itu (305) harus tercapai, karena 30 angka usia tahun angkatan kami, dan 5 itu kode fakultas kami di UI,” jelas Farid Allaudin, Ketua Panitia.
Tak butuh lama, menyebar undangan lewat media sosial dan jejaring. Persiapan acara pun memasuki pelaksanaan pada tanggal 28-29 Desember lalu. Pagi hari Senin, tanggal 28 Desember 2020, upacara resmi pembukaan webinar series sebagai bagian dari peringatan 30 tahun 90ers FHUI pun dibuka. Acara secara resmi dihantar oleh Dekan Fakultas Hukum UI, Dr. Edmon Makarim, SH., S.Kom,.LL.M. Dan webinarpun dibuka oleh Ketua Ikatan Alumni UI, secara daring, Andre Rahadian.
Webinar series diawali dengan kamar berbagi. Kamar berisi wanita-wanita angkatan 90 yang sukses bergelut di dunianya masing-masing. Dikemas dengan cara talk show menggali pengalaman dan tips bagi para mahasiswa FHUI maupun umum tentang profesi maupun aktivitas mereka berbekal gelar sarjana hukum. Pada sesi ini pembicara yang berbagi kisah adalah Ester Yusuf seorang ahli patologi sosial peraih Yap Thian Hien award, Yasmin Mumtaz seorang praktisi media, jurnalis dan politisi. Juga hadir Astrid Wirajuda sebagai Penerjemah Tersumpah dan Praktisi Hukum, dan Ratih Amri Senior Vice President Mining and Minerals Industry Institute (MMII) PT Inalum (Persero) – Mining Industry Indonesia (MIND ID).
Agar lebih luwes dan menyenangkan meski bicara hal yang mungkin akan mengernyitkan dahi, hadir sebagai moderator Retno Wulandari. Perempuan arek Malang, akrab dipanggil Onter ini, selain praktisi hukum juga penggiat budaya perempuan berkebaya.
Percakapan hari pertama, sedikit terganggu dalam audio daring, namun tak menghilangkan keseruan dan minat peserta.
Webinar hari kedua sukses menghadirkan para praktisi dan ahli dari angkatan 90 dengan dua tema besar. Pertama mengangkat UU Omnibus Law dan kedua serbaneka dalam dunia perbankan. Kedua tema ini telah banyak melahirkan forum-forum baik secara ilmiah yang dilakukan oleh Instansi, organisasi, lembaga-lembaga negara maupun swasta juga menjadi bahan pembicara yang digemari juga di warung kopi. Reaksi yang hadir beragam, namun selalu menarik melihat dari ragam sudut pandang baru.
Sesi kesatu dengan tema “Dinamika Pembentukan dan Penerapan UU Cipta Kerja” menghadirkan tiga pembicara. Satya Bhakti Parikesit selaku Deputi Bidang Ekonomi Sekretaris Kabinet akan menjadi pembicara kunci. Didampingi dua nara sumber lain yatu Ichwan Sukardi seorang ahli dan praktisi Hukum Perpajakan, dan Heru Susetyo yang juga Pengajar dan Pengamat HAM.
Sesi ini mengundang animo yang luar biasa, sesi hari pertama yang tinggi ternyata mampu dikalahkan sesi pertama hari kedua ini. Bukan hanya peserta yang angkanya melampaui ekspektasi, namun aktifnya forum bertanya menunjukkan ketertarikan dan minat peserta. Memang, topi UU Cipta Kerja masih sangat hangat, namun lepas dari itu para nara sumber yang menguasai persoalan, pemaparan yang runut dan mudah dimengerti dengan bahasa yang enak, memuaskan peserta. Anggapan itu bahkan menjadi pesan melalui chat dari salah satu peserta Biro hukum Riau yang mengapresiasi acara ini. Dan tak boleh dihilangkan memang peran moderator Fauzul Abrar yang santai, memikat, namun tetap terarah.
Sesi Kedua, meski tingkat pembahasan tak sesengit pertama, namun tetap mampu tampil ciamik dengan pembicara yang memukau. Tiga pembicara hadir memberikan dan mengeluarkan keahliannya berbagi. Topik “Masa Depan Perbankan Indonesia dan Perlindungan Konsumen” tak membuat ngantuk di bawah kendali moderator Ency Siti Darojah dari BSM. Para praktisi dan ahli tak mengendorkan minat meski percakapan sangatlah teknis.
Keseriusan nara sumber dan peserta tampak dari beberapa kali paparan dan jawaban melampaui waktu dan terpaksa dihentikan moderator. Nara sumber pertama Yosea Iskandar, memberikan informasi yang lengkap dan menarik tentang open banking dan fintech. Disela pemaparan Irfan Lesmana Head of Legal dari Bank Syariah Mandiri, mengupas tentang Tantangan dan Peluang Bank Syariah”. Diskusi ditutup dengan kehadiran nama yang tak asing dalam hal perlindungan konsumen, David Tobing.
Yang patut dicatat, seluruh pembicara dan moderator adalah lulusan FHUI di angkatan yang sama yaitu angkatan 90 sebagai penyelenggara acara bertajuk, Webinar Series 30th Angkatan 90 FHUI -“Giving Back to Society through Sharing”. Antusiasme acara webinar dipungkasi oleh Ketua ILUNI FHUI, Ashoya Ratham.
Tak hanya peserta, namun nara sumber pun memanfaatkan momen ini sebagai momen temu muka teman lama melalui daring. “Setelah kepergian ayah saya sebulan lalu, baru hari ini saya bisa ketawa lepas lagi,” aku David Tobing di akhir acara saat hanya tinggal angkatan 90. Hal yang sama juga disampaikan nara sumber lain. Rangkaian ini untuk tahun 2020 ditutup keesokan harinya dengan membagikan 305 paket donasi ke beberapa titik. Dan rencananya akan berlanjut di tahun 2021 dengan peluncuran buku dan satu kegiatan lainnya. Pungkas sudah episode berbagi ilmu (Buku), dalam kegembiraan (Pesta), dan membagikan bantuan (Cinta). (decy widjaya)