Connect with us

Global

Tentara Inggris Beli 30 Drone ‘Bug’ Nano untuk Pengintaian Lebih Baik

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Angkatan Darat Inggris telah membeli 30 drone “bug” nano untuk memberi kemampuan tentara dalam pengintaian udara  dari potensi ancaman dengan memanfaatkan  kendaraan udara tak berawak (unmanned aerial vehicle/UAV) yang diharapkan tidak mudah terdeteksi  oleh musuh.

Dengan berat hanya di bawah 200 gram, UAV yang seukuran dengan smartphone tersebut,  dikembangkan oleh BAE Systems dan UAVTEK. Drone ini  dapat terbang selama 40 menit, non-stop, dan mengirim kembali citra hingga dalam jarak dua kilometer, kata  produsen senjata Inggris itu dalam sebuah pernyataan.

Dengan desain quadcopternya menampilkan empat rotor kecil, drone tersebut   mampu terbang ‘melawan’  angin berkecepatan   80 kilometer per jam. Ditegaskan, “bug” dapat ditangani secara manual, tetapi juga bisa berfungsi secara mandiri.

Di masa depan, drone  bisa dilengkapi dengan kemampuan tambahan seperti kamera infra merah dan kemampuan mendengarkan. Di masa depan, itu bisa dilengkapi dengan kemampuan tambahan seperti kamera infra merah dan kemampuan mendengarkan, yang memungkinkannya digunakan sebagai hub data di medan perang. Dengan berbekal kemampuan tambahan tersebut, drone memungkinkan untuk digunakan sebagai hub data di medan perang.

Untuk mengingkatkan kemampuan pengintaian para tentaranya, Angkatan Darat Inggris telah membeli 30 drone “Bug”, demikian laporan Thedefensepost belum lama ini.

“Bug dapat memberikan intelijen taktis yang vital pada apa yang ada di sekitar sudut atau di atas bukit berikutnya, bekerja secara mandiri untuk memberikan pembaruan visual kepada pasukan,” kata James Gerard, ahli teknologi utama di bisnis Intelijen Terapan BAE.

“Dikombinasikan dengan produk informasi unggulan kami lainnya, umpan video ini dapat dibagikan ke banyak domain, sehingga memungkinkan komandan di darat, laut, dan udara untuk meningkatkan kesadaran situasional mereka dan menginformasikan keputusan mereka.”

Pengadaan tersebut dilakukan setelah Kementerian Pertahanan mengumumkan tahun lalu komitmen pendanaan sebesar 66 juta pound ($ 89 juta, sekitar Rp 1,257 Triliun ) untuk proyek-proyek robotik militer jalur cepat ke medan perang, termasuk drone mini yang akan memberi pasukan mata-di-langit untuk diberikan kepada mereka. kesadaran yang lebih besar untuk mengakali musuh.

Kepala Staf Pertahanan Jenderal Sir Nick Carter mengatakan pada November 2020  lalu, bahwa seperempat tentara Inggris bisa menjadi robot pada tahun 2030-an. Pernyataan ini muncul segera setelah kepala Angkatan Darat Inggris, Jenderal Sir Mark Carleton-Smith, mengatakan dia ingin tim manusia dan mesin menjadi hal biasa pada tahun 2025. [sm]

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *