Connect with us

Kesehatan

Temuan, Vaksinasi Tanpa Jarum Suntik

Published

on

VAKSINASI yang identik dengan jarum suntik, bakal berakhir. Hal ini tentu kabar menggembirakan bagi ibu-ibu di negara berkembang seperti di Indonesia, yang kadang merasakan  kerepoten tatkala mengantar anak ke dokter atau Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) untuk mendapatkan vaksin.

Serius, vaksin tanpa jarum suntik?  Betul. Inilah kabar baik dari dunia kedokteran yang memungkinkan pemberian vaksin tanpa jarum suntik. Ini menjadi asa terbesar dalam dunia medis tentu saja.

Dengan vaksin tanpa jarum suntik ini, berarti akan mempermudah masyarakat untuk mendapatkan vaksin. Ibaratnya, untuk divaksin semudah minum obat sakit kepala. Hal ini juga akan mempermudah masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, karena mereka dapat “divaksin” tanpa harus ada kehadiran dokter atau perawat.

Vaksin tanpa   jarum suntik jelas merupakan “revolusi” besar yang bisa mengubah dunia menjadi lebih sehat. Membuka peluang anak-anak berumur panjang, karena vaksin yang melindungi mereka.

Masyarakat mengenal umumnya vaksinasi selama ini dilakukan dengan  jarum suntik. Ada pengecualian untuk vaksinasi polio, yang dilakukan dengan meneteskan vaksin di mulut anak. Tetapi, era jarum suntik dalam vaksinasi akan berubah dengan melalui  kapsul mucojet. Dengan alat ini, vaksinasi diberikan melalui mulut. Caranya, dengan  menyemprotkan vaksin yang  melewati sel-sel kulit dan lendir. Jadi,  tak perlu lagi jarum suntik dalam vaksinasi.

Peneliti dari Universitas California di Berkeley, Niren Murthy menjelaskan, dalam metode baru itu, obat akan disemprotkan dari pil dengan kecepatan yang tinggi. Degan cara itu, maka dengan cepat vaksin akan masuk ke sel-sel epithelial kemudian lanjut melewati  lapisan lendir. Cara demikian memungkinkan masyarakat memperoleh vaksin dari dokter  untuk dibawa pulang.

Cara ini akan mempermudah vaksinasi bagi orang-orang yang tidak atau enggan pergi ke dokter. Ini karena vaksinasi tidak lagi memerlukan kehadiran tenaga medis: dokter, perawat atau bidan.

Dorian Liepmann, peneliti kolega Murthy menjelaskan, metode ini akan sangat membantu untuk pelaksanaan vaksinasi di daerah pedalaman. Langkah ini juga menjadi jalan keluar bagi orang tua yang mengkhawatirkan anaknya mendapatkan begitu banyak vaksin pada waktu bersamaan. Dengan demikian, orang tua bahkan bisa  mengatur kapan  vaksin-vaksin bisa diberikan kepada anaknya, mengingat pemberiannya bisa dilakukan  di rumah, tidak perlu harus  di klinik.

Memang, penelitian ini masih dalam tahap awal, namun sukses diujicobakan pada kelinci. Penelitian ini tengah dalam ucicoba pada mamalia yang lebih besar.***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *