Connect with us

Entertainment

‘Suami Yang Menangis’ – Cerita Dalam Cerita Ustad Arifin Ilham

Published

on

Salah satu adegan dalam film ‘Suami Yang Menangis’—foto istimewa

JAYAKARTA NEWS— Biography picture (biopic)  tentang seorang tokoh sudah banyak diangkat ke layar putih. Dari sosok pahlawan nasional, atlet, pengusaha hingga ulama.Kali ini, Faridsyah Zikri alias Farid Ongky memfilmkan kisah hidup – dari kecil, dewasa sampai masa tuanya – ulama KH M Arifin Ilham yang diangkat dari novel berjudul ‘Suamiku Menangis’ karya Wahyuniaty Al Waly. 

Judul filmnya diubah menjadi ‘Suami Yang Menangis’. Guna menghidupkan cerita, film biopic ini tidak melulu berkisah ihwal true story Arifin Ilham, Farid Ongky membuat cerita dalam cerita dari biopic Arifin Ilham ini. Maka, ada sosok fiktif lain, yaitu pelukis bernama Dahlan, jemaah pengajian Arifin Ilham.

Dahlan (Ariyo Wahab), pelukis, pemuda yang baru memiliki seorang anak, sejak menikahi Aisyah (Poppy Bunga), hidupnya selalu susah. Segala usaha dan upaya telah dilakukannya tapi masih saja rejekinya seret. 

Namun, bukannya dia istiqomah memohon pada Allah melainkan dia frustrasi dan benci pada Tuhan. 

Isterinya, Aisyah hanya bisa bersabar menasehati suaminya. Hingga suatu hari, anak mereka bernama Humaira meninggal dunia terkena demam berdarah. Ini ujian terberat bagi Dahlan dan Aisyah. Karena tak punya uang, hingga terlambat Humaira ke rumah sakit. Dahlan sangat terpukul dengan peristiwa itu. Hari-harinya selalu diiringi dengan tangis dan rintihan penderitaan.

Alkisah, di sebuah masjid, usai salat, Dahlan menangis. Ustad Arifin Ilham mendengar tangisan nan merintih itu, menghampiri Dahlan. Dahlan lalu bercerita tentang kisah hidupnya yang penuh maksiat di masa lalunya. Kemudian Arifin Ilham menenangkannya dan menceritakan kisah masa lalunya dan menikah penuh keberkahan. Mendengar nasehat dan bimbingannya, Dahlan memeluk erat ustad terkenal itu dan berjanji akan bertobat.

Setelah perjumpaan dengan Arifin Ilham, Dahlan kembali menjual lukisan-lukisannya di jalanan. Hingga, seorang kolektor tertarik lukisan Dahlan dan membeli semua lukisan karya Dahlan. Kecuali sebuah lukisan yang tidak dijual yaitu lukisan tentang anaknya, Humaira.

Sang kolektor memberikan investasi sebuah galeri seni kepada Dahlan. Subhanallah, kini Dahlan menjadi seorang pelukis yang sukses, terkenal, kaya raya, memiliki rumah dan mobil.  Ia berterima kasih kepada Arifin Ilham atas nasehat dan bimbingannya. Juga, kepada Aisyah, isterinya. Hanya pesan isterinya agar Dahlan tidak berpoligami. Kalau pun menikah lagi, harus seizin isterinya.

Mona, seorang pelacur sedang menderita akibat kejahatan yang dilakukan oleh pelanggan-pelanggannya. Mereka menikmati tubuhnya, tapi tidak mau membayar. Hingga suatu hari, Mona dicampakkan ke tepi jalan, nyaris tertabrak mobil Dahlan. 

Dahlan merasa iba dan menolong Mona. Mona berjanji akan bertobat dan ingin menjadi wanita muslimah. Diajarinya salat di masjid, akhirnya rasa iba menjadi cinta. Dahlan meminta izin kepada Aisyah untuk menikah lagi. Bagai disambar geledek, Aisyah merasa schock dan tak mengizinkan suaminya menikah dengan wanita lain. 

Dahlan tercenung. Ia beribadah di masjid dan mengutarakan niatnya ke Arifin Ilham. Ustad bijak itu memberikan nasehat agar Dahlan minta izin kepada isterinya yang sah. 

Singkat cerita, Dahlan menerima kabar, Mona sedang kritis dan dibawa ke rumah sakit. Dokter memvonisnya terkena kanker paru-paru dan hidupnya tak lama lagi. 

Dinasehati Yuni (Betari Ayu), isteri Arifin Ilham, Aisyah bergegas menuju rumah sakit. Ia mendapati suaminya, Dahlan sedang menangis di depan jenazah Mona. Dengan tegar, Aisyah menyatakan maaf kepada Dahlan dan Mona. 

Sebuah ending yang cerdas. Semasa masih hidup, Arifin Ilham masih sempat menyaksikan film ini dan takdir tak bisa ditolak. Ia kritis dan dibawa ke rumah sakit di Singapura. Innalillahi wa inailaihi rojiun…manusia berasal dari Allah dan akan kembali kepada Nya. Sebuah film yang didedikasikan atas perjuangan dakwah Arifin Ilham yang tak kenal lelah dan putus asa , Arifin Ilham telah memuliakan nama Allah SWT di hampir semua pelosok tanah air Indonesia dan di luar negeri. (ipik tanoyo)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *