Connect with us

Feature

Mencari Jalan Pulang

Published

on

Jayakarta News – Ini bukan kisah “penempuh jalan kembali” yang diakrabi kalangan sufi. Yang secara intens melakukan laku spiritual dengan keadaban dan ketundukan penuh untuk mendekat Illahi atas nama cinta. Namun ini sepenggal cerita anak negeri yang ingin pulang ke tanah air, ke kampung halaman karena situasi dunia yang terkepung wabah corona. 

Di kapal pesiar MV Artania, dimana ia melakoni pekerjaannya sebagai bagian 500-an kru kapal milik konglomerat Jerman itu terdampar di Fremantle, kota kecil di Australia Barat. Sedianya setelah beberapa hari di Sidney, kapal Artania akan lagsung menuju Jerman. Karena banyak kota-negara yang akan dikunjungi termasuk Amerika Serikat akhirnya menutup diri, lockdown. Beberapa negara membatalkan kunjungan kapal pesiar seiring merebaknya covid-19 yang diwarnai berjatuhannya korban.

Artania seperti tak tersentuh isu corona, kendati di beberapa negara kapal pesiar mulai bermasalah karena di antara penumpang terkonfirmasi positif covi19, seperti terdamparnya kapal pesiar Diamond Princess di Yokohama, Jepang. Artania pun kemudian harus berhenti di Fremantle setelah ada laporan dari Sidney bahwa di antara penumpang yang turun positif covid-19.

Semua penumpang yang masih ratusan dan kru dievakuasi ke hotel. Setelah cek kesehatan dinyatakan sekitar 20 orang positif covid 19. Mereka yang terpapar, selain kru termasuk tim medis kapal, juga tamu yang hendak kembali ke Jerman.

Di Bali 3 Hari     

Sebelum ke Australia, Artania sudah mengunjungi Bali selama 3 hari sekitar akhir Maret lalu. Pada pertengahan Maret Artania sudah tiba di Sabang, Aceh, namun tak bisa sandar. Badan Pengusahaan Kawasan Pelabuhan Bebas Sabang (BPKS) memutuskan menunda kedatangan kapal pesiar Artania ke Kota Sabang sebagai upaya pencegahan corona.

Selanjutnya Artania melanjutkan perjalanan sesuai yang diagendakan yakni Jakarta. Namun Jakarta juga menolak. Tentu saja tamu banyak yang komplain. Kata seorang kru, umumnya tamu kapal pesiar sudah mengagendakan tujuan kota/negara yang hendak dikunjunginya sekitar dua tiga tahun sebelumnya. Para tamu kemudian merasa terobati ketika diperkenankan turun di Benoa, Bali. Di sana selama tiga hari para turis yang kebanyakan asal Jerman, Austria dan negara Eropa lainnya mengunjungi beberapa pura. 

Adi Pramono

Sekitar 21 hari kapal Artania terdampar di Fremantle, sementara kru dan tamu dievakuasi di hotel. Yang terpapar dirawat di rumah sakit Sir Charles Gairdner, di Perth, Australia Barat. Salah satu kru, Adi Pramono asal Jember Jawa Timur dirawat 9 hari di RS. Ia kemudian dinyatakan sembuh setelah dua kali pengecekan “negatif” sebelum kembali ke hotel.

Meski sempat mengalami hari-hari sulit, karena masuk ICU, ia mulai merasa lega setelah masuk ruang perawatan. “Dokternya sudah gak pakai APD, hanya pakai masker,“ tuturnya.  “Panorama” itu rupanya berpengaruh terhadap psikologi pasien. Hari-hari berikutnya makin membaik. Ada pula kabar menyenangkan sebelum sepekan dirawat. Ia dihubungi pihak Kedutaan Indonesia di Australia. “Saya juga dapat paket dari kedutaan,“ paparnya pula. “Serasa dikunjungi keluarga dari kampung.“

Paket yang dimaksud adalah bingkisan berupa vitamin, seperti vitamin E dan Vitamin C dosis tinggi. Banyak isinya. Satu wadah ada yang berisi 300 butir vitamin. Pihak Kedutaan juga tanya-tanya seputar kondisi kesehatan warga negara Indonesia yang dirawat di RS. “Saya juga sempat diinterviu dari WHO tentang corona yang saya rasakan,“ kata Pramono lagi.

Ada hal-hal yang menggelikan selama dirawat di rumah sakit di Perth itu. Petugas pengantar makanan untuk pasien covid-19 seperti buru-buru saat meletakkan makanan di meja pasien. “Dari ekspresi muka dan langkah bergegasnya itu seperti takut tertular,“ kata Pramono.

Sekitar tanggal 15 April 2020 Artania harus meninggalkan Frementle. Namun bagi kru Indonesia yang berjumlah 80 orang diwarnai kecemasan saat menunggu keputusan Jakarta. Dalam situasi dunia dilanda wabah seperti ini tak mudah juga memasuki tanah air sendiri. Sementara Filipina lebih awal memberi jawaban bahwa Artania boleh sandar dan menurunkan ABK Artania berkebangsaan Filipina. Akhirnya beberapa jam sebelum kapal bertolak dari Fremantle kru asal Indonesia mendapat kepastian bahwa Artania boleh sandar dan menurunkan ABK WNI di Benoa, Bali.

Ternyata keputusan sandar di Benoa, Bali berubah, dan ABK asal Indonesia harus turun di Jakarta. Alasan Bali, sudah banyak kru WNI kapal pesiar lainnya yang turun di Benoa. Bali tidak cukup untuk karantina mereka.

Sekitar pukul 12 siang tanggal 24 April Artania merapat di Tanjung Priok Jakarta. ABK warga Indonesia yang turun sebanyak 57 orang, yang 23 masih meneruskan tugasnya di kapal Artania hingga tiba di Jerman.

Dengan beberapa mobil ambulans para ABK itu dibawa menuju Wisma Atlet, kawasan Senayan untuk menjalani rapid test. Hasilnya 8 orang dinyatakan positif covid-19. Empat orang di antaranya mereka yang pernah dirawat di RS Sir Charles Gairdner. “Katanya sekitar 3 minggu karantina,“ kata Pramono yang sempat dirawat di Perth itu. Namun ia merasa lega sudah bisa pulang ke tanah air  meski belum bisa ketemu keluarga karena harus karantina lagi 3 minggu.     

Kemarin (25/4/2020) kru Artania itu menjalani tes lanjutan, swab. Hasil pastinya sekitar 6-7 hari lagi. Mengapa sampai sepekan? Konon di Indonesia agak lama karena laboratorium untuk hasil test swab dari beberapa provinsi/kota terkonsentrasi di Jakarta. (Iswati)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *