Connect with us

Kabar

Konflik Israel – Palestina, Jalan Damai yang Berliku

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Kalau ditanya darimana konflik kekerasan terjadi antara Israel melawan HAMAS di Jalur Gaza. Jawabannya bisa pendek dan panjang.

Jawaban pendek adalah; pemicu berasal dari keputusan Makamah Agung Israel yang memenangkan pihak pemukim Yahudi terhadap beberapa rumah di Kawasan Yerusalem Timur. Rumah-rumah ini tadinya kosong sekitar tahun 1950-an kemudian ditempati warga Arab Palestina yang mengungsi dari Jaffa.

Sialnya, penguasa Tepi Barat dan Yerusalem kala itu, Yordania, tidak mengeluarkan semacam sertifikat kepemilikan rumah kepada keluarga Palestina tersebut, yang belakangan diklaim dimiliki oleh orang Yahudi. Mulai dari sini terjadi bentrokan keras di sekitar Mesjid Al-Aqsa sampai memicu pertempuran besar antara Israel melawan Hamas di Jalur Gaza.  

Jawaban panjang adalah; Status Quo sejak lebih dari 20 tahun lalu pada soal “Penyelesaian Dua Negara” atau “Two State Solution” bagi Israel dan Palestina. Proses perdamaian sempat naik turun di era tahun 1990-an dengan puncaknya penyerahan Jalur Gaza dan Kota Yerikho dan sekitarnya sepenuhnya ketangan Otoritas Palestina pada tahun 2005.

Setelah itu, dimulai perundingan penyelesaian tetap atau permanen status menuju pada solusi dua negara tersebut. Nah, mungkin sejak 2007 sampai sekarang terjadi semacam status quo dalam artian tidak ada kemajuan apa-apa. Setelah Jalur Gaza jatuh ketangan Hamas, yang secara terang-terangan menyatakan kehendak untuk menghancurkan Israel.

Sikap Palestina makin keras. Demikian juga sikap Israel, yang tercermin pada pemerinthan Benjamin Netanyahu dari Partai Likud. Perlu diingat, Perundingan damai Oslo ditandatangani di Gedung Putih, Washington, antara Yasser Arafat dan Yitzak Rabin, yang berasal dari Partai Buruh.

Sejak itu, terjadi konflik yang terus menerus anatara Hamas dengan Israel. Konflik terbesar terjadi tahun 2014 lalu dengan korban mencapai ribuan orang meninggal.

Situasi saat ini, Hamas sudah meluncurkan lebih dari 3.000 roket ke Israel. Dan Israel membalas dengan membom banyak sasaran dan gedung-gedung di Jalur Gaza. Catatan sampai 17 Mei 2021, korban di pihak Palestina mencapai 197 meningal, termasuk 58 anak-anak dan 34 perempuan. Di pihak Israel terdapat 10 warga sipil meninggal akibat hantaman roket.

Bisa dipastikan korban-korban akan terus berjatuhan. Biasanya, Mesir, Yordania, dan bahkan Arab Saudi serta Amerika akan akan dibelakang segala upaya gencatan senjata.

Perlu diingat juga bahwa Yordania adalah pengelola dan pelindung tempat-tempat suci Islam dan Kristen di Yerusalem. Karena itu, Raja Abdullah menyatakan sedang melakukan langkah-langkah cepat untuk meredakan konflik.

Kalau ditanya, bagaimana cara meredam konflik kekerasan ini. Jawabannya ada dua juga; jawaban singkat dan cepat serta mudah. Kemudian jawaban panjang dan sulit.

Jawaban singkat; mengacu pada perang Hamas lawan Israel di tahun 2014. Negara-negara perantara akan menekan Hamas dan Israel untuk menghentikan pertempuran. Setelah itu ada perundingan gencatan senjata dan setelah kesepakatan dicapai maka konflik kekerasan berhenti. Namun situasi ini sama sekali tidak permanen, karena Kembali kepada kondisi status quo. Satu saat, konflik akan pecah kembali dan siklus akan berulang.

Jawaban panjang dan sukar adalah penyelesaian permanen status dua negara di kawasan ini. Perundingan ini akan berjalan alot dan membutuhkan campur tangan internasional secara penuh. Harus ada, Amerika, menekan Israel secara kuat untuk menerima kompromi. Harus ada, Arab Saudi dan lainnnya, menekan Palestina dan Hamas tentunya untuk menerima kompromi perdamaian, apa pun kompromi itu.

Kemudian penerapan perdamaian ini juga harus disupervisi dan dijamin secara internasional, dalam hal ini PBB. Berat pajang tapi solusi ini akan berdampak panjang dan lebih permanen untuk menhindari ‘’on – off ‘’ perang kedua belah pihak. (Leo)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *