Connect with us

Kabar

Ini Kekuatan dan Kelemahan Covid- 19

Published

on

JAYAKARTA NEWS— Penanggulangan Covid-19 itu ibarat sebuah perang.  Tapi dalam perang  melawan Covid-19, lawannya tidak kelihatan. Lawan menyerang siapa saja. Tidak kenal usia, laki-laki dan perempuan. Anak anak maupun orang dewasa.  Maka karena yang berlaku paradigma perang, cara untuk melawannya adalah  bagaimana mengenali musuh. Termasuk sangat penting juga mengenali kemampuan diri sendiri.

“Maka  kita harus  mengenali virus ini dengan seluruh karakteristiknya. Kelebihannya apa, kelemahannya apa, kenali juga kelemahan dan kekuatan kita. Kita melihat bahwa kekuatan  virus ini dua yaitu kecepatan penularan, membahayakan. “

”Karena dia menyerang sistem pernapasan kita paru-paru bahkan beberapa  lainnya. Penyebarannya kenapa begitu cepat? Ini kadang-kadang mohon maaf belum tersosialisaikan sampai ke bawah, bayangkan dalam waktu empat bulan hampir semua negara di dunia kena,”  papar Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian dalam kunjungan kerja ke Kota Depok, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

Menurutnya, belum ada penyakit yang bisa secepat ini penyebarannya. Bahkan negara sebesar Amerika dan sehebat Eropa yang kemampuan sains-nya jauh dari Indonesia, serta berjarak  ribuan kilometer dari Wuhan, dari  tempat pertama munculnya virus, bisa kena. Apalagi dari Jakarta ke Depok yang tidak batasnya.

“Kecepatan  penyebarannya bukan main, itulah yang harus disosialisasikan betul sampai ke masyarakat paling bawah, kita tahu transmisi yang paling rawan itu adalah percikan batuk atau bersin, droplet,” katanya.

Tito juga menjelaskan soal orang tanpa gejala. Kata dia, ini yang berbahaya. Karena banyak orang terjangkit setelah  dia kontak dengan orang yang positf tapi dia tak tahu positif atau yang disebut dengan OTG (orang tanpa gejala). Orang tanpa gejala ini tak merasa kena virus arena antibodinya kuat. Jadi dia tidak ada gejala, tapi dalam tubuhnya mengandung virus.

“Ini yang kalau dia pegang mulutnya, batuknya, bersinnya, air ludahnya bersalaman dengan orang lain atau memegang barang yang ada disekitar kita, dia pegang, kemudian ada orang datang pegang alat itu kena,” kata Tito.

Kecepatan transmisi lewat OTG inilah kata Mendagri yang membuat kecepatan penyebaran dari Covid-19 sangat membahayakan.  Karena menyerang yang  ada dalam paru-paru. Menyerang bagian tubuh lainnya. Sebab ini  membahayakan, maka ada dua kelompk yang fatal.

Khususnya kelompok lansia dan orang tua di atas 60 tahun yang jarang berolahraga. Jarang  makan makanan bergizi.  Apalagi kalau punya penyait bawaan seperti  jantung, paru-paru,  diabetes, atau kancer. Ini yang akan fatal. Karena virus memperlemah  kekebalan tubuh.

“Tapi kelemahannya juga ada, dia akan mati dengan adanya ultraviolet. Kemarin Amerika menjelaskan mati dengan ultraviolet. Dua  bulan yang lalu saya baca buku tim Wuhan,  dia (virus) mati karena ultraviolet. Ultraviolet terbaik ialah sinar matahari, kemudian di dalamnya ada protein, lemak tipis. Matikan proteinnya dengan ultraviolet,” katanya.

Kemudian langkah berikutnya, lanjut Tito adalah bagaimana menghajar selaput lemak virus. Virus Covid-19 tidak kuat dengan alkohol 70 persen.  Tidak kuat dengan pelarut lemak yaitu sabun dan sejenisnya. Sabun, detergen, atau shampo, bisa menghajar virus.

“Pakai sabun lemaknya hilang. Kita menghancurkan lemaknya dengan itu. Kemudian disenfektan yamg mengandung klorin seperti pemutih yang di kolam renang supaya tidak lumutan, karbon,” tambahnya.

Tapi, lanjut Tito,   ada juga yang  membuat dia tidak bisa menular yaitu dengan jaga jarak dari percikan bersin. Karenanya  kita wajib pakai masker. “Dulu dikatakan yang sakit saja yang pakai  masker agar tidak menularkan pada lain. Tapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa masker juga untuk mmproteksi bagi yang belum terkena. Jadi kalau dua-duanya menggunakan masker lebih baik. Makanya kalau di rumah sakit menggunakan google mask, ” kata Mendagri dengan panjang lebar.

Tito pun meminta, upaya pembatasan penyebaran harus  betul-betul dikampanyekan. Selain itu, ia juga menekan pentingnya bergotong-royong membantu masyarakat. Misalnya membantu menyediakan masker.

Negara-negara yang sukses menahan Covid 19 seperti Korsel, China, Selandia Baru, Hongkong dan Taiwan,  semuanya  mewajibkan pakai masker.  Yang terbaik adalah  N95 yang bisa menahan 95 persen partikel-partikel yang masuk.

”Tapi karena jumlahnya terbatas ini untuk pahlawan kita tenaga medis yang bersentuhan langsung dengan yang positif, mereka paling riskan, lebih baik untuk mereka.  Kemudian surgical mask. Bagaimana dengan masker kain? Jauh lebih baik daripada tidak pakai masker. Pakai masker, ini betul-betul dengan segala hormat sampaikan betul kepada masyarakat, ” ujarnya.

Tito mengakui banyak yang belum paham  akan pentingnya pakai masker saat pandemik. Ini tugas dari pemerintah yang tidak hanya mesti mensosialisasikan itu,  tapi juga membantu menyediakan masker untuk masyarakat.

“Mudah-mudahan  ini cepat selesai tapi kita tidak menjamin kapan ini akan selesai. Selesai itu yang pasti kalau sudah ditemukan vaksinnya. Dan vaksinnya belum ada sampai sekarang,” kata Tito.***/ebn

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *