Connect with us

Review Film

Film ‘Radioactive’ – Peraih Nobel Wanita Pertama

Published

on

JAYAKARTA NEWS  – Banyak film biopic (biography pictures) tentang tokoh dan orang-orang besar di sekitar kita. Baik yang masih hidup maupun yang sudah tiada. Baik negarawan maupun tokoh seni. Mahatma Gandhi, JFK, Lincoln dan seabreg sosok ternama pernah diangkat ke layar putih.

Dari dalam negeri juga banyak. Soekarno berkali-kali difilmkan, juga Jendral Soedirman, Bung Hatta, Buya Hamka, Soe Hok Gie. Bahkan ada yang sengaja dibuat biopic untuk tujuan politis propaganda, seperti Soeharto. Nah, kali ini biografi peraih Nobel wanita pertama di dunia (khusus bidang ilmu) diangkat ke layar putih bertajuk ‘Radioactive’.

Sutradara Marjane Satrapi memfilmkan kehidupan ilmuwan wanita bernama Marie Curie alias Maria Salomea Skodowska Curie (7 November 1867 – 4 Juli 1934). Kehidupan Paris, Perancis di tahun 1890an di zaman dulu berhasil dipindahkan ke sinema secara apik dan cantik.

Saat itu, ilmuwan wanita karena gender sangat dibatasi, pengaruhnya kalah dengan dominasi ilmuwan pria. Namun, Marie kemudian sukses mendobraknya.

Terlebih lagi, setelah ia menikah dengan Pierre Curie yang juga seorang ilmuwan, karier dan kehidupan Marie melejit. Mereka berdua, suami isteri ini berhasil menemukan elemen polonium dan radium. Paska suami wafat, Marie yang hidup sendiri memerlukan pendamping yang bisa membantu melakukan penelitian.

Perselingkuhan ini menjadi awal hantaman isu miring  tentang kewarganegaraan Marie, sehingga ada peneliti lain mengusulkan agar Marie diusir ke Polandia  negara asalnya. Padahal, Marie seorang humanis tulen.

Dalam sejarah Nobel, Marie Curie selain seorang wanita pertama yang meraih Nobel, juga peraih pertama untuk dua bidang sekaligus, Fisika tahun 1903 dan Kimia 1911. Marie Curie cemerlang dimainkan oleh aktris senior Rosamund Pike.

Gesture, tingkah hingga tatkala bekerja di laboratorium mini di ruang kerjanya, patut ditiru. Bahkan, ketika ia diterjang badai rumah tangga dan diancam agar kembali ke Polandia, diakui, seni perannya sangat jempolan.

Ditambah penemuannya tentang radioactive yang sukses digunakan di lab seluruh dunia yang bermanfaat demi bidang kesehatan dan kemanusiaan. Sayang, kemudian penemuan elemen-elemen ini di sisi lain juga berdampak pada pemusnahan umat manusia, misalnya yang terjadi di Chernobyl (kecelakaan reaktor nuklir).

Film yang diangkat dari novel grafis karya Lauren Rednies tahun 2010 ini menjadi film penutup dalam FF Toronto beberapa tahun silam. ‘Radioactive’ sukses dirilis pertama di Britania Raya 2020 dan karena pandemi, diundur peredarannya di Amerika dan Asia. Spesial di Indonesia, menjadi film penutup tahun 2021. (pik)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *