Connect with us

Astronoment

Dunia Usaha Harus Melek Isu Global

Published

on


JAYAKARTA NEWS – Meningkatnya  pemanasan global akan memengaruhi sejumllah hal seperti cuaca, tinggi permukaan laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.

Indonesia sebagai negara kepulauan berpotensi kehilangan ribuan pulau, jika semua pihak tidak memperhatikan lingkungan terkait perubahan iklim.

The Intergovernmental on Panel Climate Change (IPCC) menyebutkan akan terjadi konsekuensi kemanusiaan yang menghancurkan jika pemanasan global melebihi 1,5 derajat celcius. Sementara dua tahun terakhir tingkat pemanasan global meningkat  berkisar 2% hingga 3%.

Kenyataan itu seharusnya membuat semua pihak tergerak untuk memulai memperhatikan perilaku yang berdampak terhadap pemanasan global. Termasuk perdagangan juga diharapkan melakukan perilaku perubahan dalam menghasilkan produk yang ramah lingkungan.

Mari Elka Pangestu mantan Menteri Perdagangan yang kini menjabat President United In Diversity Foundation mengungkapkan akan banyak pihak yang mengalami kerugian dari meningkatnya pemanasan global. “Perubahan iklim akan merugikan orang miskin dan negara kepulauan seperti Indonesia. Ribuan pulau di Indonesia bisa tenggelam,” ujarnya dalam acara 5th ICC Asia Pacific CEO Forum di Jakarta Selasa (12/3).

Mari Elka Pangestu juga menyebut untuk mengubah perilaku dunia industri dalam menghasilkan produk yang sesuai standar agar tidak merusak lingkungan, harus dilakukan inovasi. Untuk itu perusahaan bisa melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi untuk menghasilkan produk inovatif yang ramah lingkungan.  Terlebih menurut Mari pada 2020 perusahaan yang terdaftar di perdagangan dunia sudah harus melaporkan produknya secara terukur sesuai ketentuan yang berlaku.

“Yang penting harus ada kebijakan pemerintah yang mendorong perilaku untuk memperhatikan lingkungan. Misalnya dunia industri jangan lagi buang limbahnya ke sungai. Harus ada peraturan yang jelas, tidak diskriminatif, transparan dan terukur untuk diterapkan para pebisnis,” ucap Mari.
Untuk itu The International Chamber of Commerce  (ICC), sebuah organisasi bisnis terbesar di dunia,menyelenggarakan Forum CEO Asia Pasifik yang ke-5 di Jakarta. Acara ini mempertemukan para CEO dan pejabat senior pemerintah untuk membahas keterkaitan antara perubahan iklim dan perdagangan.

Forum ini sekaligus membicarakan bagaimana bisnis di kawasan Asia Pasifik dapat mencapai Sasaran-sasaran Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang merupakan  Agenda PBB tahun 2030 untuk manusia, planet, dan kemakmuran.  Dalam forum di bahas pula bagaimana suatu Sistem Perdagangan Multilateral berbasis aturan yang kuat  dapat bersinergi  dengan  kerangka kerja global jangka panjang dalam menghadapi perubahan iklim.  Pada kesempatan yang sama diluncurkan pula sebuah laporan baru tentang perubahan iklim dan  perjanjian perdagangan.

“Forum CEO ICC adalah kesempatan unik, yang mempertemukan para pemimpin Asia Pasifik untuk membahas  masa depan peluang bisnis, investasi dan perdagangan yang akan dipengaruhi oleh  isu-isu yang bersifat global ,” kata Sekretaris Jenderal ICC John W.H. Denton AO.

Sementara Ilham Akbar Habibie, Presiden, ICC Indonesia mengungkapkan ICC Indonesia saat ini baru beranggotakan perbankan yang memiliki kepentingan dengan perdagangan internasional. ICC sebagai lembaga untuk mencapai perdamaian dan kesejahteraan ke depannya tidak menutup kemungkinan menerima anggota yang usahanya telah menggunakan teknologi digital. “ICC akan menerima anggota yang perlu di dukung seperti usaha yang bergerak di ekonomi digital. Dengan inovasi yang ada di ICC bisa membantu perdagangan global mencapai perdamaian dan kesejahteraan,” ujarnya. ***

Laporan; Slifien
Editor: sm
Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *