Feature
Dari Softdrink ke Barista Rumahan
NGOPI di cafe saat ini tengah menjadi tren. Tidak hanya di kota, tapi juga di desa-desa. Seiring dengan berkembangnya fenomena baru itu, barista pun menjadi profesi idola anak-anak muda. Setengah abad yang lalu, minuman gaya hidup modern diwakili oleh produk minuman bersoda. Dalam beberapa tahun terakhir, softdrink mulai digeser oleh kopi ala cafe. Bersantai bersama teman atau keluarga sambil minum softdrink sudah out of date. Itu masuk gaya hidup zaman old.
Gaya hidup zaman now adalah minum kopi di cafe sambil bekerja, berbisnis atau sekedar bersilaturahmi dengan teman dan kerabat. Sadar terhadap perubahan gaya hidup, sebuah perusahaan softdrink raksasa dari Amerika Serikat mulai memperkenalkan produk baru: kopi racikan barista yang bisa dibawa kemana-mana.
Kopi itu dikemas dalam cup setakaran espresso dan dijual dalam paket dus berisi 10 cup. Harganya mulai Rp 110.000 hingga Rp 150.000 per dus. Perbedaan harga bergantung varian produknya. Untuk menyajikan kopi dalam kondisi hangat atau panas, perusahaan itu menyediakan coffee maker yang mudah ditenteng bertenaga listrik 1.200 Watt. Bisa digunakan di rumah atau dibawa bepergian. Harga mesin itu Rp 3.500.000 hingga Rp 3.800.000 per unit. Bergantung jenis mesinnya. Mesin coffe latte berbeda dengan mesin kopi espresso.
Saya mengenal produk kopi model baru itu secara tidak sengaja di Smart Club, Kelapa Gading, saat menunggu jadwal travel ke Bandung, Jumat (22/12). Karena jadwal keberangkatan molor 2 jam, saya menghabiskan waktu untuk jalan-jalan di seputar konter travel. Saat itulah saya melihat konter promosi kopi tersebut.
Melihat saya tertarik dengan konternya, Vida, sales promotion girl kopi itu, segera mengundang saya menikmati kopi model baru yang diproses menggunakan coffee maker mini tersebut. “Kopi dan mesin kopi ini produk baru perusahaan sofdrink ternama dari Amerika Serikat,” kata Vida.
Rasanya oke juga. Gratis pula.
Begitulah gaya hidup. Terus berubah. Sebuah model bisnis yang saat ini sukses, beberapa waktu mendatang bisa kolapse. Bukan karena salah urus, tetapi karena perubahan gaya hidup konsumen. Kreatif dan inovatif adalah strategi agar bisa terus eksis di tengah perubahan yang begitu dinamis. Perusahaan raksasa kelas dunia pun melakukannya. Bagaimana dengan kita? ***