Connect with us

Entertainment

Van Gabriel Sang Pesulap

Published

on

BANYAK kita jumpai, keahlian akademik tidak sejalan dengan profesi yang dijalani. Salah satunya Ivan Raharto. Lelaki keren dengan nama beken Van Gabriel ini, adalah seorang sarjana desain grafis, tetapi berprofesi sebagaii pesulap.

Pria kelahiran 1985 itu, mengaku tertarik pada seni sulap sejak usia 7 tahun. Persisnya bukan karena menonton atau mengidolakan pesulap tertentu, tetapi karena melihat penjual alat sulap jalanan. Sejak itu, asal melihat penjual alat-alat sulap, ia akan merengek kepada orang tuanya untuk dibelikan barang sebuah.

Itu artinya, Gabriel boleh dibilang sebagai pesulap otodidak. Kemahiran bermain sulap yang dikuasainya, berkat kegigihan yang luar biasa. Utamanya gigih dalam mencari referensi sulap, baik dari sumber literasi atau bacaan, maupun tayangan audio-visual teknik bermain sulap. “Semua buku sulap dan video teknik sulap dari dalam dan luar negeri saya pelajari dengan sungguh-sungguh,” ujarnya, suatu hari.

Pelan tapi pasti, step by step, satu per satu…. trik demi trik sulap dikuasainya. Kini, ia bahkan sudah berani tampil di panggung untuk mempertontonkan kebolehannya bermain sulap. Lebih dari itu, Gabriel bahkan sudah membuat alat-alat sulap sendiri. “Dari beberapa alat sulap itu, awalnya ada satu dua yang bertanya dan ingin membeli. Jadi sekarang, saya pun memproduksi alat-alat sulap, dan melayani teman-teman penghobi sulap yang hendak membeli,” ujar Gabriel.

Hingga kini, Gabriel belum berhenti belajar. Ia masih terus melahap buku demi buku, video demi video. Semua dilakoni agar seni sulap yang dikuasainya senantiasa up-date. Lebih dari itu, Gabriel tak segan untuk bertanya kepada para pesulap senior. Ia rajin menggali ilmu trik sulap. Dari berguru kilat itu kemudian ia latih dan kembangkan di rumah. “Banyak yang berjasa kepada saya. Terutama saya berterima kasih kepada pak Bing Rahardjo yang selalu memberikan arahan kepada saya,” ujar Gabriel.

Pendakian kreativitas Gabriel, pernah singgah pada moment membuat karya “The Power of Sense”, gabungan sulap dan seni budaya tradisi Indonesia. Itu diproduksi tahun 2012, namun sayang belum sempat tayang di stasiun televisi, padahal, karya itu pure karya anak Indonesia, tentang budaya Indonesia, dan sulap yang menghibur dari Gabriel. “Pada saat yang tepat, siapa tahu The Power of Sense bisa tayang, dan menjadi konten televisi yang menghibur dan mendidik,” harapnya.

Sementara itu, bersama guliran sang kala, Gabriel pun terus melangkah. Ia menghibur dengan sulapnya. Ia tampil bermain dan bercanda di acara anak-anak, ia juga tampil di acara-acara seremoni, launching product, dan sebagainya. Ketika ditanya tentang identitas yang hendak dipatenkannya sebagai seorang illusion, mentalist ataupun sulap klasik, Gabriel mengelak dan tak peduli. “Biarkan mengalir saja,” ujarnya santai.

Disinggung ihwal kemampuan akademik di bidang desain grafis, Gabriel berujar, tetap bermanfaat bagi profesi yang ia geluti. Misal, Gabriel acap memainkan permainan glitter painting, atau melukis dengan media pasir. Ilmu desain grafis, sangat membantu, katanya. “Tentu itu bukan sulap, tetapi bisa menjadi bagian dari pertunukan sulap saya,” tambahnya. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *