Connect with us

Kabar

Ucapan Puan dan Prahara Mulyadi-Mukhni

Published

on

Jayakarta News – ‘’Mulutmu harimaumu”, pepatah lama yang kemudian “menerkam” si empunya mulut: Puan Maharani. Pepatah ini sudah menjadi petuah bagi orang tua-tua kita agar berhati-hati dalam berbicara. Petuah Minang menyatakan, “Mangango sabalun mengecek.’’ Atau, bak kata peribahasa ini, ‘’Pikir itu pelita hati.’’ Maksudnya, berpikirlah dahulu sebelum mengeluarkan pendapat.

Sebab, jika salah mengeluarkan pernyataan, bisa berakibat fatal. Apalagi jika perkataan yang dikeluarkan menyinggung perasaan orang dan pihak lain. Ucapan Ketua Bidang Politik dan Keamanan PDIP yang juga Ketua DPR RI, Puan Maharani ‘’Semoga Sumatera Barat menjadi provinsi yang memang mendukung Negara Pancasila’’ telah menyinggung perasaan masyarakat Sumatera Barat.  Ucapan ini disampaikan setelah mengumumkan dukungan PDIP untuk Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar, Mulyadi dan Ali Mukhni, Rabu (2/9/2020) lalu.

Bak bola salju, pernyataan itu telah terus menggelinding. Menimbulkan pro dan kontra. Yang pro menyataan bahwa ucapan itu diawali dengan kata ‘’semoga’’ yang berarti harapan ke depan. Tidak menuding secara langsung. Bahkan dikaitkan dengan latar belakang Puan yang berdarah Minang. Namun yang kontra menuduh Puan telah menghina orang Sumbar dengan menyatakan tidak mendukung Negara Pancasila. Padahal, orang Minang sangat Pancasilais, bahkan banyak tokoh Minang yang berperan dalam membentuk Negara Republik Indonesia.

Sejauh ini belum ada pernyataan ralat atau permohonan maaf dari Puan. Hanya beberapa tokoh PDIP meluruskan pernyataan itu dan mengatakan tidak ada maksud menghina masyarakat Sumbar. Namun pernyataan itu telah membawa petaka buat pasangan Mulyadi-Ali Mukhni. Sejumlah tokoh masyarakat Minang baik di ranah maupun di rantau meminta agar pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Sumbar ini tidak mengikutkan PDIP sebagai partai pengusung. Permintaan itu diamini Mulyadi-Mukhni. Akhirnya, dukungan PDIP dikembalikan.

Prahara memang menimpa pasangan Mulyadi dan Ali Mukhi menjelang pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD). Sesudah pernyataan Puan merebak di media massa dan sosial, esoknya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menarik dukungan dari Mulyadi-Mukhni. Padahal, PKB telah menyerahkan dukungan dalam bentuk formulir B.1-KWK yang akan diserahkan ke KPUD. Menjelang tengah malam, PKB mengalihkan dukungan ke Fakhrizal-Genius Umar. PKB berkilah karena dampak dari pernyataan Puan Maharani. Padahal tujuannya adalah untuk melengkapi dukungan partai ke Fakhrizal-Genius. Sebab, dengan dukungan Partai Golkar dan Nasdem, Fakhrizal-Genius belum bisa melaju. Dengan tambahan dukungan PKB, baru perahunya bisa berlayar.

Sebenarnya, sejak awal pasangan Mulyadi-Mukhni sudah bisa maju sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar. Soalnya, Mulyadi yang anggota DPR RI dari Partai Demokrat didukung penuh oleh partainya dengan 10 kursi di DPRD Sumbar. Sedangkan Ali Mukhni yang Bupati Padang Pariaman dua periode didukung Partai Amanat Nasional (PAN) yang dipimpinnya dengan 10 kursi di DPRD Sumbar. Berarti sudah 20 kursi, padahal syarat dukungan minimal hanya 13 kursi.

Namun sepertinya Mulyadi-Mukhni ingin mendapat dukungan partai lain. Terutama partai-partai yang belum menentukan sikap dalam pencalonan Gubernur Sumbar. Partai-partai itu adalah Golkar, Nasdem, PKB dan PDIP. Sedangkan partai lain sudah berkoalisi dan memiliki calon sendiri. Gerindra yang memiliki 14 kursi mencalonkan Nasrul Abit (Wakil Gubernur sekarang) dan Indra Catri (Bupati Agam sekarang). Koalisi PKS dan PPP mengusung Mahyeldi (walikota Padang sekarang) dan Audy Joinaldy (seorang pengusaha).

Nah, Golkar dan Nasdem mendukung mantan Kapolda Sumbar Irjen Pol (Pur) Fakhrizal dan Genius Umar, Walikota Pariaman dua periode. Sebelumnya, pasangan ini telah mencoba melalui jalur independen, tapi gagal karena tidak cukup dukungan. Namun, dukungan Golkar dan Nasdem tidak cukup. Harus ditambah dengan dukungan PKB. Koalisi Golkar, Nasdem dan PKB telah terbentuk.

Eh belakangan, PKB memberikan dukungan ke pasangan Mulyadi-Mukhni. Langkah PKB ini mengejutkan semua pihak. Ada apa? Banyak yang menduga manuver politik ini dilakukan Mulyadi-Mukhni untuk menghempang jalan Fakhrizal-Genius. Sebab, dengan ditariknya PKB maka Fahrizal-Genius tidak bisa maju. Dengan demikian, calon cukup tiga pasang. Jika empat pasang, justru menguntungkan pasangan incumbent Nasrul Abit-Indra Catri.

Lalu, kenapa pasangan Fakhrizal-Genius yang dihalangi? Untuk yang ini ada hitung-hitungannya. Selain untuk mengurangi jumlah calon, tujuan lain adalah untuk membulatkan dukungan Pariaman. Dengan majunya Genius berarti ada dua orang caon dari Pariaman yakni Genius Umar dan Ali Mukhni. Jika dua orang yang maju, maka suara di basis massa besar Pariaman akan pecah. Tapi, jika Genius tidak maju, maka suara Pariaman akan bulat ke Ali Mukhni.

Mulyadi-Mukhni boleh jadi  tidak terlalu memperhatikan suara daerah lain. Sebab, untuk daerah-daerah lain di Sumbar tersebar merata. Apalagi, Mulyadi, Mahyeldi dan Indra Catri sama-sama berasal dari Bukittinggi-Agam. Diperkirakan, hanya Nasrul Abit yang bakal mendulang suara di Pesisir Selatan. Dan itu akan dapat diatasi dengan meraup suara penuh di Pariaman.

Namun skenario itu akhirnya mentah. Di injury time, PKB kembali berbalik ke koalisi dengan  mendukung Fakhrizal-Genius. Di detik-detik terakhir pula, PDIP yang diharapkan bisa menambah suara di basis-basis PDIP di Sijunjung dan Kepulauan Mentawai, bikin ulah. Pernyataan Puan Maharani menjadi blunder yang berakibat dipulangkannya dukungan tersebut.

Namun hal itu tidak mengurangi semangat Mulyadi-Mukhni untuk bertarung di Pilkada Gubernur Sumbar. Malahan membuat semangat makin menggebu-gebu dan solid dengan didukung dua partai besar Demokrat dan PAN.  Semangat itu terlihat ketika mereka kompak memakai baju biru (warna Demokrat dan PAN) pada saat mendaftar ke KPUD Sumbar. Ali Mukhni tampak sehat setelah isolasi karena positif Covid 19.

Wajar bila Mulyadi optimis maju dan menang, karena sudah tiga periode menjadi anggota DPR RI dari Sumbar.  Pada Pemilu 2019 lalu, pria kelahiran Bukittinggi, 57 tahun lalu, itu  tercatat sebagai caleg DPR RI dengan perolehan suara terbanyak dari Sumbar yakni 144.954 suara. Sedankan pasangannya, ali Mukhni sudah dua periode sebagai Bupati Padang Pariaman.

 Namun perjalanan politik Mulyadi  penuh kontroversi. Pernah diberitakan berduel setelah keluar lift DPR RI, disebut-sebut dalam kasus e-KTP dan terakhir melaporkan rivalnya dalam pencalonan Gubernur Sumbar, Indra Catri ke polisi karena dituduh melakukan pencemaran nama baik di media sosial yang berakibat ditetapkannya Indra Catri sebagai tersangka.

Memang, tak ada perjuangan tanpa dinamika dan pengorbanan. Dan pasangan Mulyadi-Mukhni sedang melalui itu. (FJ)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *