Connect with us

Ekonomi Kreatif

Pandemi (Masih) Mengamuk, Pianis Rudy Octave Jual Jamu

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Masa pandemi Covid 19 masih mengamuk, bidang penunjang kesehatan masyarakat mendominasi bisnis usaha kecil menengah ini. Banyak kalangan artis musik dan film banting setir ke usaha kuliner ini.

Di antara yang digemari dan menjadi pilihan utama adalah bisnis minuman keseharian masyarakat yaitu jamu. “Saya bersama dua teman, Nawangwulan dan Andri menerjuni bisnis jamu dengan trade mark Stasiun Jamu. Modalnya kita patungan bertiga sekitar 100 juta rupiah,” kata pianis Rudy Octave kepada penulis, baru-baru ini.

Kenapa jamu? “Jamu adalah minuman tradisional masyarakat. Semua orang kenal dan pernah minum jamu. Bahan dasarnya yaitu rempah-rempah juga enggak sulit diperoleh,” urai Rudy Octave yang pernah mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pianis yang memainkan piano terlama (14 jam) di Mal Grand Indonesia, tahun 2008.

Ada lima macam jamu yang diproduksi dan dijual di gerai Stasiun Jamu miliknya: kunyit asam, jahe jeruk, rosella sereh, serta bir pletok. Masing-masing jenis jamu dijual Rp 30 ribu rupiah.

“Kami sudah diminta membuka gerai dalam pameran Jamsostek di JCC,”  ungkap Rudy Octave. Biasanya, dia sendiri yang meracik jamu di hadapan pengunjung. “Anak-anak muda milenial paling doyan minum Bir Pletok, ‘wine’ nya orang Betawi.

Sekalipun namanya bir, tapi tidak memabukkan dan halal diminum. Kata pletok dari bunyi yang jika dikonsumsi menimbulkan bunyi pletok-pletok,” cerita Rudy tertawa.

Rudy Octave (kiri), menjajakan jamu. (foto : Stasiun Jamu)

Dijelaskan, semua minuman jamu yang dijual tidak bikin mabuk, karena sudah didaftarkan di MUI dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Kemenkes. Stasiun Jamu juga tidak menjual kopi dan teh. “Kopi manfaatnya 3, mudaratnya 5. Demikian pula teh, ada yang suka ada yang enggak boleh minum teh. Ada orang diharuskan dokter wajib minum air putih seumur hidup, ini yang paling aman,” beber Rudy lagi.

“Meski saya alih profesi menjadi penjual jamu, tapi dunia musik tidak saya tinggalkan,” imbuh Rudy yang selama dua bulan pernah bermain musik di Belanda, Jerman, Prancis, Belgia dan negara-negara Uni Eropa lainnya.

Anda sudah go internasional via musik rap dan musik tradisi ke Eropa, lalu kapan mengusung jamu ke sana ?

“Ada passion ke sana, tapi belum kesampaian. Terlebih lagi, di beberapa negara Asia mulai terjangkit lagi pandemi dengan nama turunannya yang lain. Doakan saja semoga saya berhasil menembus pandemi dan mempromosikan jamu ke benua Asia dan Eropa,” timpal Rudy Octave optimistis.

“Kami coba mengubah pandangan dan kerangka berpikir kaum muda ihwal rasa jamu dengan panggilan JAMU ENAK. “Target kami, semoga kami bisa break event point tahun depan,” pungkas Rudy Octave berharap. (pik)

Stand “Stasiun Jamu”. (foto: stasiun jamu)
Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *