Ekonomi & Bisnis
Melirik Bisnis Barang Bekas Rp 32 Triliun
Oleh: Joko Intarto
BISNIS barang bekas tak boleh dipandang sebelah mata. Sebab, perputaran dananya bisa membuat mata terbelalak: Rp 32 triliun setahun.
Siapa sangka volume jual beli barang bekas di Indonesia luar biasa besarnya. Data dari lembaga riset pemasaran menyebutkan, penjualan barang bekas melalui sebuah situs market place mencapai Rp 32 triliun per tahun.
Menurut riset kementerian perdagangan, volume transaksi jual beli online pada tahun 2016 mencapai Rp 130 triliun. Adapun enjualan tahun lalu sebesar Rp 160 triliun. Dengan volume senilai Rp 32 triliun, perdagangan barang bekas mencapai 20 persen dari total penjualan barang secara online. Luar biasa!
Barang bekas bernilai tinggi itu, antara lain, berasal dari kategori properti, otomotif, perabot rumah tangga, perhiasan, komputer dan elektronika. Pakaian bekas impor tidak termasuk dalam kelompok ini.
Besarnya volume perdagangan barang bekas, rupanya menginspirasi Pak Agung. Pria paruh baya yang energik itu kemudian membangun usaha jual beli barang bekas secara online. Aplikasi market place ‘’TokoSodara’’ diperkenalkan ke publik sejak dua pekan lalu.
Tapi ‘’TokoSodara’’ tidak head to head dengan market place yang sudah eksis lebih dulu. Meski prinsip kerjanya sama, filosofi bisnisnya sangat berbeda. ‘’TokoSodara’’ menjadi market place khusus barang bekas yang ditujukan untuk donasi, atau sumbangan sosial.
Dasar pemikiran Pak Agung sederhana: banyak orang yang memiliki barang bekas yang tak terpakai dalam kondisi berfungsi normal. Mungkin karena sudah punya barang baru yang lebih advance.
Barang tak terpakai itu mubazir karena hanya bikin penuh gudang. Sementara kalau dijual, harganya tak seberapa. Di situlah peran ‘’TokoSodara’’. Menjadi jembatan antara penjual barang bekas dengan pembeli barang bekas untuk tujuan donasi sosial.
Proses transaksinya juga simple. Pertama, penjual harus menentukan berapa persen dari harga jual barangnya yang akan didonasikan. Pilihan donasi mulai 1 persen hingga 100 persen. Selanjutnya, unggah data barangnya melalui ‘’TokoSodara’’ dengan foto dan keterangan pendukung seperlunya.
Pembeli yang tertarik dengan barang bekas yang ditawarkan akan bertransaksi melalui sistem yang disiapkan ‘’TokoSodara’’. Donasi sesuai keinginan penjual akan disalurkan melalui lembaga amil zakat nasional ‘’Lazismu’’ yang telah mendapat izin operasi resmi dari pemerintah.
Masyarakat ternyata merespon positif ide Pak Agung. ‘’TokoSodara’’ pun kebanjiran order. Untuk melayani pembeli dan penjual dengan lebih baik, Pak Agung sekarang membuka dua kantor. Satu di Bogor sebagai kantor pusat. Satu lagi di Jakarta sebagai kantor cabang.
Selain dua kantor tersebut, Pak Agung akan menambah kantor pelayanan di beberapa kota lain. Tentu saja waktunya disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan.
Anda ingin ‘’membuang’’ barang bekas dari gudang sekaligus berdonasi? Coba manfaatkan aplikasi ‘’TokoSodara’’. ***