Connect with us

Review Film

Film ‘Kartu Pos Wini’ – tentang Anak Terkena Leukemia

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Isu penyakit kanker kali ini diangkat ke layar lebar. Film ‘Kartu Pos Wini’ (KPW) produksi Sinemata yang menggandeng Yayasan Kanker Indonesia dibuat menjadi semacam literasi bagaimana menjadi keluarga, sahabat dan kerabat memperlakukan penderita dan penyintas kanker.

Aris Muda dengan poster ‘Kartu Pos Wini’ (foto:KPW)

Diadaptasi dari novela karya Ruwie Meyta, berkisah tentang Wini (diperankan oleh Keiko Ananta, 7 tahun), penderita kanker darah alias leukemia. Lewat kartu pos untuk Tuhan yang dikirimkan di Kantor Pos, ia bisa berkeluh kesah ingin sembuh dan membuat bundanya bahagia.

Ia bertemu Ruth (Denira Wiraguna) yang menjadi pengalaman tak terlupakan dalam hidup Ruth. Ruth minta teman sahabat penanya, Reza agar bisa menjadi sponsor pengobatan Wini ke Belanda.

Film yang akan tayang bertepatan dengan Hari Kanker Sedunia 4 Februari 2022 menarik karena menceritakan suka duka penyandang kanker bernama Wini, juga romansa kisah cinta Ruth dan Reza yang sahabat pena-nya. Frasa sahabat pena seakan ingin mengembalikan ingatan cerita masa lalu ihwal remaja-remaja era 1980-1990an.

Keiko Ananta (foto KPW)

Apakah Wini akan meninggal karena kankernya tak bisa diobati, sutradaranya, Tarmizi Abka membantah bahwa ‘Kartu Pos Wini’ berakhir sad ending. “Kita enggak menjual tangisan dan kesedihan. Ini film berakhir dengan happy ending,” tangkis Tarmizi Abka.

“Film ini enak ditonton dan dinikmati. Saya ingin membangkitkan semangat agar penderita kanker sembuh dan bisa hidup layak,” imbuh Tarmizi Abka dalam acara diskusi tentang kanker di Mal Margon City, Depok Baru, baru-baru ini. Dalam diskusi tersebut dihadirkan penderita dan penyintas kanker yang telah sembuh dan dokter spesial kanker dari Yayasan Kanker Indonesia.  “Penderita kanker bisa sembuh. Jangan takut kanker enggak ada obatnya,”   kata dokter Endang memberi semangat.

Produser Aris Muda menekankan bahwa ‘Kartu Pos Wini’ memberi kesadaran tentang kepedulian, empati dan berbagi menjadi pengingat ada yang lebih berharga dibandingkan memuaskan ego belaka. “Sinemata layak mengangkat cerita yang sangat humanis ini. Cerita relasi antar-manusia yang sebenarnya sederhana tapi sering kehilangan makna,” timpal Aris Muda optimistis. (pik)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *