Connect with us

Ekonomi & Bisnis

Defisit AS Malah Melonjak, Bertentangan dengan Trump

Published

on

Defisit perdagangan Amerika dengan Tiongkok dan Uni Eropa malah melonjak, yang tertinggi dalam 5 bulan terakhir, menurut laporan statistik Departemen Perdagangan AS.

Defisit untuk barang dan jasa sudah melonjak 9,5% —-  tertinggi dalam 3 tahun terakhir — mencapai $50.1 miliar dari bulan Juni ke Juli. Angka ini membuat defisit selama tujuh bulan tahun ini, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, naik sampai $22 miliar (kenaikan 7%). Defisit total sampai Juli mencapai 337 miliar dolar, yang artinya tahun ini akan terjadi defisit tertinggi dalam waktu 10 tahun terakhir.

Sementara defisit barang dan jasa dengan Tiongkok sudah meningkat sampai 10% dan mencapai angka tertinggi $36.8 miliar. Sedangkan dengan Uni Eropa sudah mencapai 17.6 miliar — naik 50 persen — pada bulan Juli 2018. Impor Amerika naik tajam untuk produk komputer, minyak bumi, dan kendaraan.

Disisi lain, perang dagang —lebih tepatnya ancaman perang — telah meningkatkan perekonomian Amerika pada kuartal kedua (April – Juni 2018) karena banyak perusahaan melakukan pembelian barang untuk stok, seperti kedelai, sebelum tarif dan balasannya dari Tiongkok diterapkan. Karena itulah banyak ekonom memperkirakan pertumbuhan GDP akan mencapai puncaknya pada angka 4.2 persen. Beberapa, saat ini, percaya perang dagang akan merusak perekonomian Amerika dan GDP akan segera turun kembali, menurut laporan dari Bloomberg.

Trump sendiri menjuluki defisit sebagai ‘perampokan’ terhadap harta kekayaan Amerika. Namun defisit sebenarnya terjadi sebagian kerena perekonomian Amerika yang menguat sehingga negeri itu tidak mampu memproduksi barang sesuai dengan kebutuhan dalam negeri.

“Permintaan kuat dalam negeri AS telah menyerap impor. Defisit perdagangan juga akan melambat peningkatannya pada bulan-bulan berikut”, tutur ekonom dari Pantheon Economic, Ian Shepherdson, demikian laporan AP.

Perkembangan lain, pemerintahan Trump telah mengusulkan untuk mengganti North American Free Trade Agreement (NAFTA) bersama Meksiko. Sebenarnya NAFTA sendiri beranggotakan Amerika, Meksiko dan Kanada. Namun setelah perundingan antara AS dengan Kanada selama setahun terakhir buntu. Tampaknya Amerika mungkin meninggalkan Kanada atau Kanada ‘terpaksa’ mengikuti keinginan Washington sehingga tetap berada dalam NAFTA.

Sementara, perundingan AS dengan Tiongkok tidak beranjak kemana-mana. Mingu lalu, di konferensi industry di Kota Kansas, seorang pejabat Tiongkok mengatakan negaranya tidak lagi membutuhkan kedelai AS, yang saat ini dikenakan bea masuk 25% oleh Beijing.

Tiongkok sendiri, tahun lalu, membeli 60% kedelai, yang diekspor AS, sedang berupaya meningkatkan produksi dalam negeri, mencari pasar internasional lain dan mengandalkan produk alternatif, menurut pejabat tersebut.

Sedangkan petani kedelai AS mengkuatirkan perang dagang ini akan memperkecil pasar mereka, bahkan ketika perang sudah berlalu, karena konsuen mereka telah beralih ke pemasok lain dari negara lain.

 

Sumber informasi: huffingtonpost.com

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *