Connect with us

Feature

Danau Toba Taman Bumi Warisan Leluhur

Published

on

Jayakarta News – Geopark merupakan singkatan “Geological Park” yang berarti Taman Geologi atau juga Taman Bumi. Sebuah kawasan yang memiliki unsur-unsur geologi, dan masyarakat setempat diajak turut berperan melindungi dan meningkatkan fungsi warisan alam, termasuk nilai arkeologi, ekologi, dan budaya yang ada di daerah tersebut.

Kehadiran geopark untuk melindungi warisan geologi yang ada di dunia ini. Dari warisan itu pula, manusia dapat mengambil manfaat, dengan menggali dan mengembangkan. Karenanya, konsep pengelolaan geopark harus sustainable.

Geopark dibangun oleh beberapa pilar antara lain, geodiversity, biodiversity, culture yang didukung regulasi dan infrasturktur serta masyarakat lokal. Enam pilar tersebut merupakan aspek-aspek utama yang harus diatur melalui perencanaan dan pengelolaan.

Sedangkan visi pengelolaan geopark adalah mewujudkan pelestarian warisan geologi dan keragaman biologi, serta revitalisasi keragaman kebudayaan guna memberikan kesejahteraan masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan, dengan berbasis konservasi dan revitalisasi, implimentasi pembangunan berkelanjutan, kesejahteraan masyarakat, prinsip edukasi dan eksplorasi sejarah geologi.

Kemudian misi dari pengelolaan geopark ini antara lain, mewujudkan pengelolaan berkelanjutan terfokus kepada pelestarian warisan geologi, budaya, dan biodiversity sehingga jauh dari kerusakan serta memenuhi kriteria Unisco Global Geopark (UGG) sehingga dikenal secara internasional. Kemudian mewujudkan peningkatan ekonomi masyarakat dengan keterpaduan pembangunan berkelanjutan dari komponen sosial, lingkungan dan ekonomi dengan memanfaatkan kekayaan sumberdaya di Geopark Kaldera Toba (GKT) melalui geoproduk bentang alam dan lainnya.

Konsep pembangunan harus disinergikan dengan program pemerintah dan memperkuat partnership sehingga tercipta kesimbangan dan menghilangkan kesenjangan sektor pembangunan. Hal lain yang tak  bisa dikesampingkan adalah mewujudkan pendidikan dan penelitian yang inovatif dan implemantif untuk memadukan upaya pembangunan berkelanjutan dari keragaman geologi, keanekaragaman hayati dan budaya.

Terakhir, mewujudkan penguatan pengelola Geopark yang profesional dan berbasis masyarakat demi terwujudnya pembangunan Geopark sebagai destinasi pariwisata yang berdaya saing dunia dan berkelanjutan. Lalu kenapa Geopark Kaldera Toba bisa masuk Unesco? 

“Kami dari Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba (BP GKT) membentuk formulasi lima super sebagai nilai luar biasa atau outstanding value yaitu pertama Supervolcano Eruption, (Letusan Supervolkano), kedua Super Big Volcanic Lake (Danau vulkanik super besar), ketiga Super Unique Culture Heritage (Warisan Budaya Super Unik) kemudian keempat Super Beautiful Landscape (Panorama Bentangan Super Indah), dan kelima Super Unique Biodiversity (Keragaman Hayati Super Unik),” ujar GM BP GKT Dr. Ir. Wan Hidayati MSi kepada wartawan peserta Kemah Pers Indonesia beberapa hari lalu di Parapat. 

Dijelaskan Hidayati lagi, semua punya keistimewaan masing-masing. Ketika bicara super valcano mungkin dilihat geologi, ada batuan-batuan yang unik, yang sudah terjadi akibat letusan. Ada sejarah yang menarik. Ketika bicara tentang super unique culture heritage apa hubungan dengan geologi tadi, misalnya ada upaya mitigasi dari masyarakat dalam mengatasi geologi, budaya-budaya yang sudah lampau, bagaimana masyarakat Batak membuat rumah dengan mitigasi.

Selain itu juga punya super unik kebudayaan, misalnya pertama suku Batak menganut paham bahwa mereka sangat menghargai leluhurnya, bisa dilihat dari kuburan-kuburan yang dibuat adalah karena sangat menghargai leluhur. Masyarakat Batak juga sangat menghormati tahapan dalam kehidupannya. Contoh, motif ulos berbeda sejak manusia masih berbentuk janin, kelahiran, begitu seterusnya hingga saat meninggal.

“Adat Batak yang lain adalah paham Sidalihan Natolu, adalah paham keseimbangan dalam kehidupan. Keseimbangan ini yang kita lihat seperti ada kesimbangan dalam kekerabatan namun kesimbangan kekerabatan ini jika dibawa ke alam ada ekosistem yang seimbang dan juga ada Tuhan, manusia dan alam jadi semuanya ada di Sidalihan Natolu,” ungkap Hidayati.

GM BP GKT Dr. Ir Wan Hidayati MSi foto bersama Roso Daras, Erris Napitupulu, Tonijer Hutagalung, Devis Karmoy, Edi Anwar, Akmal dan Monang Sitohang di depan Mess Pora-pora, Parapat, Simalungun. (Foto: Ist)

Kemudian ada tiga filsafah hidup masyarakat Batak, antara lain Hamoraon, Hasangapon, dan Hagabeon.  Yang dimaksud Hamoraon keturunannya harus lebih mapan atau kaya dari orang tuanya, Hasangapon maksudnya kalau bisa anaknya lebih sangap atau lebih berpangkat dari orang tuanya dan Hagabeon ini kalau bisa keturunannya itu banyak, seperti ada cerita mereka punya paham kalau bisa maranak sapulu pitu marboru sapulu onom yang artinya kalau bisa anak (laki-laki) tujuh belas dan perempuan (boru) enam belas.

“Artinya ketika saya membicarakan itu di depan para assessor Unesco mereka sangat tertarik dengan beragam keunikan filosofi dan keberagaman yang ada di sekitar Danau Toba. Maka itu sangat perlu dikembangkan dan dilestarikan. Semua ini sudah berjalan, hanya kita belum mengemas menjadi sesuatu yang patron yang punya sistem. Berbeda dengan di Bali yang sudah tersistem. Inilah yang mau diusahakan dengan kelulusan GKT ini menjadi UGG Unesco,” jelas Hidayati.

Toba Kaldera Geopark dapat dikatakan sebuah Laboratorium alam yang di dalamnya dapat dipelajari fenomena eruption dan komponen geologi. Untuk mewujudkan itu, pendekatan kemitraan atau partnership yang dilakukan merupakan salah satu strategi yang menjadi penilaian dalam penilaian UGG.

“Penilaian kualitas suatu geopark tak terlepas dari nilai sejarah dan geo diversity. di GKT kita mengenal juga keragaman batuan berdasarkan jenis dan umur batuan, yakni batuan yang berumur 800, 500 dan 74.000 tahun, dan semua itu adalah ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari langsung dengan mengunjungi Geopark Kaldera Toba,” lanjut Hidayati.

Hal lain yang menjadi penilaian adalah kebanggaan Unesco terhadap suku Batak yang menempati sekitar kawasan toba. Tentu dengan memlihara kebudayaan juga mengelola dusunnya serta upaya menanamkan kebanggaan, semua ini harus dilakukan BP GKT dengan melakukan sosialisasi dan pendekatan kepada tokoh adat serta pemerintah. (Monang Sitohang)

Continue Reading
Advertisement
1 Comment

1 Comment

  1. Rahmat Sitepu

    November 20, 2019 at 12:34 pm

    Mari kita sukseskan program ini dan semoga masyarakat dapat mengambil manfaat tanpa kehilangan jati diri baik kultur serta manusianya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *