Connect with us

Feature

Bung Karno Juru Selamat Al-Azhar

Published

on

Jayakarta News – Pagi ini (28/4/2020), sekitar pukul 06.00 WIB, seorang sahabat, SM Iqbal membagikan video berdurasi 2:19 menit. Segera setelah saya putar, ternyata berisi cerita seorang mufti Mesir dalam wawancara televisi. Mufti adalah tokoh agama Islam yang memiliki keilmuan tinggi dan diakui serta memiliki wewenang memberikan fatwa kepada umat Islam.

Dalam penggalan video pendek itu, sang mufti bercerita tentang Bung Karno sang juru selamat bagi perguruan Al Azhar, Kairo. Kisah bermula saat Presiden Kedua Mesir, Gamal Abdul Naser (1958 – 1970) hendak mengobarkan revolusi, mengubah tatanan monarki (kerajaan) ke republik.

Naser tengah memikirkan komponen dalam suatu negara, termasuk bagaimana membangun, mengubah sistem ketatanegaraan, pemanfaatan unsur pemuda, dan lain-lain. Nah, di awal-awal pemerintahannya, Naser acap mendapat kritik tajam dari para akademisi perguruan Al Azhar.

Suatu ketika –dengan kewenangan dan kekuasaannya– dia terpikir hendak menutup Universitas Al Azhar. Barangkali Naser beranggapan, membubarkan Al-Azhar adalah cara terbaik membungkam kritik yang dinilai mengganggu jalannya revolusi. Dengan menutup Al-Azhar kemudian Naser berencana mengembangkan sesuatu yang baru.

Tersebutlah seseorang bernama Sukarno (Presiden Pertama Indonesia), yang oleh mufti tadi disebut sebagai Ahmad Sukarno. Mufti mengatakan, Sukarno terkenal sebagai seorang sosialis. Dia juga bukan seorang yang sibuk dalam poitik Islam, dan lain-lain. Dia juga bukan seorang yang mementingkan politik dan komunis.

Presiden Sukarno dan Presiden Gamal Abdul Naser. (ist)

Disebutkan, hubungan antara Abdul Naser dan Sukarno sangat erat. Keduanya adalah sahabat. Ketika mereka bertemu di Bandung, Abdul Naser mengutarakan keinginannya, “Aku mempunyai rencana untuk menghapus al-Azhar,” kata Gamal Abdul Naser kepada Sukarno.

Sukarno spontan menanggapi, “Untuk apa kau menutup Azhar? Apakah kamu mau menghilangkan Nil? Apakah kamu juga bakal menutup Piramid? Kami tidak mengenal kalian (Mesir) sama sekali kecuali dengan al-Azhar. Kami (Indonesia) dan negara-negara lain, tidak begitu menghiraukan kalian (Mesir) dari segi hubungan perekonomian maupun kebudayaan, sekalipun itu adalah tombak utama dalam perserikatan, karena yang kami kenal dari kalian (Mesir) cuma satu, yakni Al-Azhar,” tegas Ir Sukarno.

Gamal Abdul Naser terdiam. Ia tidak menyangka akan mendapatkan reaksi seperti itu dari Sukarno, sahabatnya. Begitu panjang lebar Sukarno berargumen, yang esensinya adalah, menutup Al-Azhar sama saja dengan keinginan menghilangkan Sungai Nil, atau bahkan merobohkan piramida-piramida yang ada di sana. Kalau pelawak Srimulat Asmuni biasa menyebutnya dengan hil yang mustahal….

Universitas Al Azhar, Kairo- Mesir. (ist)

Al-Azhar adalah perguruan tertua di dunia, yang berdiri tahun 970 – 972 Masehi. Sukarno bahkan menyebut Al-Azhar sebagai benteng peradaban Islam yang perannya mencerahkan umat. Sukarno memberi nasihat kepada Abul Naser, dia pun memperhatikan dan mencermati nasihat Sukarno.

Ketika Sukarno hendak memberikan nasihat tentang kenegaraan, langsung disambut baik Abdul Naser, “Nasihat penting apa yang mau kamu berikan?” Nasihat Sukarno kepada presiden Mesir, “Kamu harus mempertahankan, menyokong, dan mendukung al-Azhar.”

Peristiwa ini terjadi tahun 1959. Kemudian Abdul Naser menerbitkan Undang-undang Nomor 103 tahun 1961 yang menegaskan bahwa peranan Al Azhar adalah menjadi rujukan keislaman seluruh dunia, bukan hanya sebatas Mesir.

Nasihat Bung Karno kepada Gamal Abdul Naser tersebut terbukti sekarang ini. Al-Azhar menjadi jimat stabilitas politik dan harmoni Mesir, bahkan dunia Islam dan dunia internasional. Al-Azhar telah terbukti menyelamatkan Mesir dari perpecahan dan fitnah pasca-musim semi. Tidak hanya itu, al-Azhar terus menjadi benteng moderasi Islam yang kokoh.

Bung Karno saat berkunjung ke Mesir 1960. (ist)

Sedikit melengkapi video kiriman SM Iqbal tadi, patut kita kenang, bahwa pada hari Minggu tanggal 24 April 1960, Bung Karno resmi mendapatkan penghargaan Doctor Honoris Causa dari al-Azhar, Mesir. Adalah Grand Syaikh al-Azhar, Syaikh Mahmoud yang secara langsung memberikan penghargaan tersebut.

Bung Karno memakai baju kebesaran al-Azhar, layaknya pakaian para ulama al-Azhar. Menurut Syaikh Mahmoud Syaltut, Bung Karno adalah tokoh yang telah berjuang menyebarkan dakwah Islam, membantu kemanusiaan dan perdamaian demi mewujudkan tujuan risalah dari langit kepada agama-agama.

Anda tahu berapa jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di Al-Azhar? Tahun 2019 saja, tercatat ada 7.000 mahasiswa. Trenya naik. Belakangan, para mahasiswa Indonesia tidak hanya kuliah di jurusan-jurusan keagamaan, tetapi juga kuliah di fakultas-fakultas umum, seperti psikologi, kedokteran, dan lain-lain.

Begitu rapat dan erat pertalian persahabatan Mesir dan Indonesia, niscaya akan terajut hingga akhir zaman. Mesir pula yang tercatat sebagai negara pertama di dunia yang mengakui kemerdekaan kita. Presiden Abdul Naser bahkan menghadiahi Bung Karno dengan membangunkan gedung megah di pusat kota Kairo sebagai kantor Kedutaan Besar RI.

Negara itu juga mengabadikan nama “Ahmad Soekarno” sebagai nama jalan. Bahkan, di negara itu, Anda bisa memesan “juice Soekarno”, untuk menyebut juice mangga. Benar. Bung Karno yang membawa bibit mangga harum manis dan menanamnya di sana. Kini, mangga harum manis sangat disukai masyarakat Mesir. (roso daras)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *