Connect with us

Kabar

Waspadai Isu “Aseng” vs “Pribumi”

Published

on

Erick Thohir sebagai Ketua Tim Kampanye pasangan Jokowi – Ma’ruf Amin.

Pada gilirannya Presiden Joko Widodo, Jumat (7/9) lalu, mengumumkan Erick Thohir menjadi Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin dalam kontestasi Pilpres 2019. Pelbagai sorotan dan komentarpun menyeruak ihwal Erick, pengusaha muda WNI keturunan Cina asal Lampung itu dalam posisinya yang begitu penting dan strategis.

Pemerhati masalah sosial politik Rahman Sabon Nama, Rabu (11/9), menyoroti penempatan Erick di posisi puncak tim kampanye nasional tersebut boleh jadi dimaknai sementara pihak bahwa untuk meredam kekecewaan golongan nonmuslim dan WNI keturunan China pendukung Ahok Basuki Cahaya Purnama atas terpilihnya KH. Maruf Amin sebagai Cawapres pendamping Joko Widodo.

Rahman Sabon Nama

Namun menurut Rahman, keberadaan Erick sebagai WNI keturunan (Cina) bakal diekspolor menjadi isu pertarungan “Jokowi-Aseng” versus “Probowo-Pribumi”. “Ini bakal mencuat di sela-sela kampanye, karena UU Pemilu No. 7 Thn 2017 memberi celah pada pihak lawan Jakowi-Ma’ruf untuk mengkampanyekan isu semacam ini,” katanya.

Oleh karena itu menurut Rahman, sudut pandangnya dari wawasan ketahanan nasional Erick kurang menguntungkan bagi masa depan NKRI, maka juru kampanye tim nasional Jokowi-Ma’ruf sejak dini sudah harus menyiapkan jurus-jurus kampanye menghadapi isu politik semacam itu.

Selain isu sosok Erick, kata Rahman, isu imigran gelap dan tenaga kerja China bakal menjadi isu seksi kampanye lawan. Bahwa di periode pertama pemerintahan Jokowi, Indonesia dibanjiri imigran gelap dan tenaga kerja China, dan proyek-proyek infrastruktur juga dikuasai oleh investor dari China.

“Di situ tematik kampanyenya adalah: Kalau Jokowi kembali berkuasa pada periode berikutnya, maka dominasi aseng akan lebih dahsyat, karena ketua Timsesnya adalah pengusaha keturunan China,” kata Rahman Sabon Nama memprediksi.

Isu lain yang bakal menyeruak menurutnya adalah seputar masalah agama. Bahwa akan ada isu tentang kerukunan hidup umat beragama yang terkoyak-koyak lantaran ada Islam phobia dan kriminalisasi terhadap ulama.

Bahkan, kata Rahman, akan ada isu bahwa KH Ma’ruf Amin hanya dijadikan perisai untuk menjaring suara pemilih umat Islam. Dalih dari isu ini, bahwa pada pemerintahan Jokowi bersama Jusuf Kalla justru terjadi Islam phobia.

“Meski,” kata Rahman, “Jusuf Kalla justru merupakan seorang Nahdiyin, Nahdlatul Ulama, yang tulen dan politisi kawakan yang kerap kali mengatakan bahwa tidak ada itu yang namanya Islam phobia.”

Rahman mengatakan, isu yang merupakan kampanye hitam di alam demokrasi itu harus mampu dikelola secara arif dan mumpuni oleh tim kampanye nasional Jokowi-Ma’ruf, sehingga tidak menggerus suara dukungan umat Islam terhadap pasangan ini.

Dalam konteks isu kampanye, Alumni Lemhanas RI ini mengatakan pandangannya bahwa kebhinekaan Indonesia harus dipahami dengan benar untuk menjaga keseimbangan persaingan yang sehat dalam sebuah kontestasi politik.“Apabila kebhinekaan kita ditunggangi pihak yang tidak ingin Indonesia damai dan kuat, maka kampanye Pilpres 2019 mendatang bisa berpotensi mengobarkan pertentangan antar umat beragama maupun antar etnis yang berujung porak-poranda bahkan perang antar sesama anak bangsa. Tolong jangan sampai hal ini terjadi. Ayolah kita bangun dan rawat bangsa ini dalam kedamaian dan kesentosaan dengan asas ukhuwah wathoniyah, persaudaraan sebangsa,” ujar Ketua Umum Persatuan Pengamal Tharekat Islam Ormas kino kino pendiri Sekber Golkar ini mengingatkan.- (Leste)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *