Connect with us

Kabar

Semen Rembang di Prime Topic

Published

on

KASUS pro-kontra pembangunan pabrik semen di Rembang oleh perusahaan BUMN, PT (Persero) Semen Indonesia, makin transparan. Gerakan aktif aktivis yang mengatasnamakan lingkungan, mulai menampakkan praktik tricky dan tidak fair dalam mengkritisi pesoalan. Tak heran jika gerakan yang pro, tidak tinggal diam.

Tak kurang dari dedengkot aktivis Indonesia, Prof (Ris) Dr. Hermawan Sulistyo yang akrab disapa Kikiek, turun gunung. Ia berada di garis depan aktivis yang mendukung pembangunan pabrik semen Rembang. Selain dalih nasionalisme, juga dalih kemaslahatan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Rembang.

Dahulu itu….

Masyarakat Rembang terbagi ke dalam dua kelompok besar: Masyarakat pesisir sebagai nelayan, dan masyarakat pegunungan sebagai petani tandus. Kehidupan masyarakat pegunungan sangat miskin. Tanah kapur, tidak subur. Tak heran jika banyak problem sosial di sana. Gadis usia 14 tahun sudah dinikahkan. Itu contoh keterbelakangan, akibat kemiskinan.

Dengan hadirnya pabrik semen Rembang, berangsur-angsur perekonomian masyarakat membaik. Tak kurang dari 24.000 masyarakat mendapatkan manfaat langsung. Sekitar 6.000 angkatan kerja pun terserap di berbagai bidang. Ibu-ibu, menjadi produktif dengan jualan di kantin, atau penyuplai katering.

Yang punya modal, membeli truk dan mendapatkan job angkut semen yang menguntungkan. Masih banyak keuntungan lain yang mereka dapat. Karena itu, ketika SK Gubernur tentang pencabutan izin pabrik semen Rembang dilansir (atas dasar keputusan MA), masyarakat pun berontak. Bukan saja menilai pemerintah tidak “melek” terhadap kenyataan, tetapi juga menyesalkan aktivis dari luar Rembang yang mengobok-obok Rembang dan merugikan masyarakat Rembang.

Untuk itu, jaringan  radio kenamaan Sindotrijaya menggelar diskusi menarik di acara unggulan mereka, Prime Topic. Selasa besok, 24 Januari 2017, Sindotrijaya Semarang di frekuensi 89.8 FM mengadakan diskusi bertema “Dampak Penutupan Semen Rembang”. Narasumber yang tampil, Prof Hermawan Sulistyo (peneliti utama LIPI), Abdul Hafids (Bupati Rembang), Prof. Dr. Tri Marhaeni Pudji Astuti (Sosiolog Universitas Negeri Semarang), dan Dwi Joko Supriyanto (Tokoh Masyarakat Rembang). Bertindak selaku moderator Latief Siregar (RCTI).

Acara ini direlay delapan radio di Jawa Tengah. Antara lain, RDI Pandanaran (91.8 FM), R2B Rembang (98.4FM), Radio Rembang (103.5 FM), Thomson Blora (94.1 FM), Sindotrijaya (89.8 FM), Pas Pati (101 FM), Manggala Kudus (100.4 FM), dan Thomson Purwodadi (98.4FM). ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *