Ekonomi & Bisnis
Said Abdullah: Tahun Politik Beri Insentif Sektor Riil
JAYAKARTA NEWS— Ketua Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat Said Abdullah meyakini tahun politik akan memberikan insentif (tambahan penghasilan) pada sektor riil. Pasalnya, pemilihan umum (pemilu) akan mendorong konsumsi semua kontestan, baik kontestan pemilu presiden (pilpres) maupun pemilu legislatif (pileg).
“Saya yakin pelaksanaan pemilu 2024, yang sebagian besar tahapannya dilakukan pada tahun 2023, justru akan memberikan insentif pada sektor riil,” kata Said dalam keterangan resmi kepada media, di Jakarta, Sabtu (20/5/2023).
Keyakinan tersebut, kata dia, seiring dengan keseluruhan indikator ekonomi nasional yang menunjukkan angka positif. Kondisi perekonomian nasional menunjukkan kinerja yang terjaga dengan baik, yakni pada kuartal I-2023 tumbuh 5,03 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Kebijakan mengakhiri pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mampu menggerakkan sektor transportasi, akomodasi, restoran, dan jasa lainnya, sehingga mencatatkan kinerja pertumbuhan paling tinggi. Dari sisi pengeluaran, semua komponen menunjukkan pertumbuhan positif.
Meskipun berbagai harga komoditas ekspor andalan Indonesia tidak tinggi seperti tahun lalu, Said menyebutkan kinerja neraca perdagangan RI masih berada di angka surplus sebesar 12,19 miliar dolar AS.
Terjaganya perekonomian nasional dengan tumbuh baik dibandingkan negara negara maju pun berdampak pada terserapnya angkatan kerja, sehingga tingkat pengangguran nasional turun. Pada kuartal I 2023, tingkat pengangguran turun lebih dari 430 ribu orang dibandingkan tahun lalu atau dari 8,42 juta menjadi 7,99 juta orang.
Tekanan inflasi yang sempat membayangi perekonomian nasional, akibat kebijakan agresif Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed menaikkan suku bunga acuan mampu di tangkis dengan baik oleh Bank Indonesia (BI) dan pemerintah. Inflasi menurun dari bulan Maret 2023 yang berada di level 4,97 persen menjadi 4,3 persen pada April 2023.
Ia menambahkan, krisis perbankan yang terjadi di AS sejak jatuhnya Silicon Valley Bank dan kemungkinan secara beruntun disusul oleh First Republic Bank dan Pacwest Bancorp menjadi mimpi buruk Negeri Paman Sam. Apalagi, dengan adanya ancaman gagal bayar utang sehingga membuat investor kian ragu memegang dolar AS.
“Dampaknya terlihat penguatan rupiah terhadap dolar AS beberapa pekan ini dengan konsisten di kisaran Rp14.600 per dolar AS hingga Rp14.800 per dolar AS,” tutur Politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu.
Adapun pemerintah melalui Menteri Keuangan telah mengajukan dokumen Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal dan Asumsi Ekonomi Makro 2024 kepada DPR.
Menurut Said, asumsi pertumbuhan ekonomi tahun 2024 yang sebesar 5,3 persen sampai 5,7 persen cukup realistis, namun harus disertai dengan upaya terbaik. Dirinya pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2024 berada dalam rentang yang diusulkan pemerintah, yakni pada kisaran 5,4 persen sampai 5,5 persen. Melihat tren laju inflasi yang turun, ia turut memproyeksikan inflasi pada tahun ini mencapai level kisaran 4 persen, dengan mempertimbangkan tingkat konsumsi sektor riil yang naik karena perhelatan pemilu tahun depan. “Dengan begitu, masuk akal jika perhitungan inflasi pada tahun depan akan berada di kisaran 3 persen,” tambah Said.***/din