Connect with us

Kabar

Pendiri PRD: Kaum Reformis Sejak Awal Selewengkan Gerakan 1998

Published

on

JAYAKARTA NEWS— Gerakan rakyat dan mahasiswa yang menjatuhkan Orde Baru dan Soeharto tidak behasil sepenuhnya mewujudkan agenda reformasi—apalagi seperti yang dikehendaki, yakni “reformasi total”—yang akhirnya Indonesia kembali ke dalam cengkraman kapitalisme global.

Demokrasi liberal yang disepakati elit pun masih minus kiri, terlebih-lebih amandemen UUD’45 dan UU baru banyak memberikan kemudahan bagi kaum pemodal nasional dan internasional serta menghambat gerakan mahasiswa dan rakyat.

Memang, agenda gerakan tahun 1980-an sampai 1998, terutama bila ditilik dari program Partai Rakyat Demokratik, telah diabaikan dan oleh elit politik nasional yang didukung oleh barat. Hal ini diungkap oleh Danial Indrakusuma, pendiri Partai Rakyat Demokratik (PRD) kepada pers, Jumat 19 Mei 2023 menjelang peringatan 25 tahun kejatuhan Presiden Soeharto 21 Mei, 1998.

“Elit politik Amien Rais yang saat itu ditunggangi kepentingan Amerika dan barat lah yang pertama kali menyatakan gerakan mahasiswa dan rakyat sebagai gerakan reformasi. Karena kekosongan pimpinan gerakan maka cita-cita revolusi diselewengkan para elit politik menjadi hanya reformasi tanpa menghapus substansi penindasan dan penghisapan oleh Amerika dan barat atas Indonesia,” tegasnya.

Danial Indrakusuma yang masih aktif dalam geralan buruh ini menjelaskan, penyelewengan gerakan mahasiswa dan rakyat oleh kaum elit “reformis” pada saat para pimpinan PRD dipenjara dan pimpinan bawah tanah diculik aparat Orde Baru.

“Reformasi yang dilanjutkan penggantian UUD’ 45 menjadi UUD Amandemen adalah agenda Amerika dan barat bertujuan mengamankan kepentingannya yang menindas dan menghisap di Indonesia sampai saat ini. Kaum reformis sejak awal telah selewengkan gerakan 1998,” tegasnya.

Setelah 25 tahun kejatuhan Soeharto, menurutnya, barulah secara nyata disadari bahwa para elit politik sisa Orde Baru kembali berkuasa menjadi kaki tangan kepentingan Amerika dan barat secara bergantian, berkuasa dalam sistim kapitalisme tanpa bisa membawa kesejahteraan dan demokrasi yang sepenuh-penuhnya rakyat Indonesia.

Rakyat pekerja, kaum buruh, kaum tani dan kaum miskin kota menurutnya hanya menjadi pelengkap dalam setiap pemilu untuk memenangkan salah satu boneka barat dan Amerika merebut kursi di parlemen, kepresidenan dan kabinetnya.***/din

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *