Connect with us

Profil

Orde Baru Sebabkan Krisis Kebudayaan dan Malapetaka Musik

Published

on

Guruh Soekarnoputra

MUSISI ternama Indonesia, Guruh Soekarnoputra menuding pemerintahan orde baru yang dipimpin Presiden Soeharto tak hanya berpengaruh pada kondisi ekonomi dan politik Indonesia, tapi juga berdampak pada kondisi kebudayaan, tak terkecuali musik.

Menurut putra bungsu Presiden pertama RI, Soekarno, orde baru menjadi salah satu penyebab malapetaka bagi kebudayaan dan musik Tanah Air.

“Buat saya, zaman orba itu awal mulanya petaka. Dan itu masih berlaku bahkan buahnya itu, sampai sekarang. Saya enggak anggap Soeharto itu Presiden,” kata Guruh di peluncuran dan pameran buku ’40 Tahun Swara Maharddhika’ di Museum Mandiri. Dikatakannya, Lengsernya Soeharto di Orde Reformasi, tapi rezim Orde Baru belum runtuh.

Guruh mengatakan, akibat malapetaka musik itu, terjadilah krisis kebudayaan. “Gara-gara petaka orba itulah, buat yg mengerti, kita mengalami krisis kebudayaan. Gara-gara petaka orba itulah, buat yang mengerti, kita mengalami krisis kebudayaan,” katanya.

Guruh menuturkan, dengan masuknya modal dan pengaruh asing pada saat orde baru, hal ini membuat kondisi budaya Indonesia kian terkikis. Menurutnya, masa orde baru membuat banyak masyarakat Indonesia menjadi ke-barat-baratan. “Di bidang musik, akhirnya timbul komersialisasi musik. Itu karena betapa sudah merasuknya komersialisasi dan liberalisme,” ujar Guruh.

Meski demikian, Guruh juga mengakui bahwa saat kecil dirinya sempat tidak setuju dengan kebijakan sang ayah, Bung Karno yang begitu anti dengan musik barat. Namun belakangan dia paham, bahwa hal itu untuk tetap menjaga budaya dan juga bahasa Indonesia. Generasi milenial jangan buta politik, tegas Guruh. Awalnya, ketika Soeharto lengser dan ada keterbukaan politik, Guruh ingin dirikan partai politik Swara Maharddhika yang bersifat progresif revolusioner. Tapi apa yang terjadi? Partai makin banyak. “Yang tadinya 3 parpol akibat fusi, kini belasan partai berdiri. Saya tak setuju multi partai. Saya berpendapat cukup satu partai yang didirikan oleh negara.” terang Guruh. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *