Kolom
Nasir al-Din al-Tusi: Ilmuwan Muslim yang Mengubah Sejarah Sains

JAYAKARTA NEWS – Nasir al-Din al-Tusi (1201–1274) adalah salah satu cendekiawan Muslim terbesar dalam sejarah, yang berkontribusi dalam berbagai bidang seperti astronomi, matematika, filsafat, dan kedokteran. Karya-karyanya memengaruhi peradaban Islam dan dunia Barat, termasuk pemikiran ilmuwan seperti Copernicus.
Sebagai seorang polymath, Al-Tusi mengalami masa hidup yang penuh gejolak di bawah kekuasaan Mongol. Meskipun begitu, ia mampu bertahan dan bahkan membangun Observatorium Maragha yang menjadi pusat keilmuan dunia. Artikel ini akan mengupas kehidupan, karya, dan warisan ilmiahnya yang bertahan hingga hari ini.
I. Kehidupan Awal dan Pendidikan
A. Kelahiran dan Latar Belakang Keluarga
Nasir al-Din al-Tusi lahir pada tahun 1201 di Tus, Persia (sekarang Iran). Nama lengkapnya adalah Abu Jafar Muhammad ibn Muhammad ibn al-Hasan al-Tusi. Keluarganya berasal dari kalangan terpelajar, dan ayahnya adalah seorang ahli hukum dan teologi Islam. Sejak kecil, Al-Tusi menunjukkan kecerdasan luar biasa, terutama dalam bidang matematika dan filsafat.
B. Pendidikan dan Guru-Guru Al-Tusi
Al-Tusi mendapatkan pendidikan awalnya di kota kelahirannya sebelum melanjutkan studi ke Nishapur, salah satu pusat keilmuan Islam pada masa itu. Di sana, ia belajar:
1. Matematika dari para ahli yang mengikuti tradisi Yunani dan India.
2. Filsafat dari karya-karya Aristoteles dan Ibn Sina (Avicenna).
3. Astronomi dan logika dari para cendekiawan Muslim.
Keunggulannya dalam berbagai bidang membuatnya menjadi seorang sarjana terkenal pada usia muda.
II. Masa di Bawah Kekuasaan Mongol
A. Penaklukan Persia oleh Mongol
Pada abad ke-13, Kekaisaran Mongol di bawah kepemimpinan Genghis Khan dan penerusnya mulai menguasai wilayah Persia. Kota-kota besar hancur, dan banyak ulama serta cendekiawan terbunuh atau melarikan diri. Al-Tusi mengalami masa sulit, tetapi ia mampu bertahan dengan kecerdasannya.
B. Hubungan dengan Hulagu Khan
Ketika Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan menaklukkan Alamut – markas besar sekte Ismailiyah – pada tahun 1256, Al-Tusi yang saat itu berada di sana diangkat sebagai penasihat ilmu pengetahuan oleh Hulagu. Meskipun berada di bawah kekuasaan Mongol, Al-Tusi memanfaatkan situasi ini untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.
III. Kontribusi Ilmiah
A. Observatorium Maragha
Salah satu pencapaian terbesar Al-Tusi adalah pembangunan Observatorium Maragha di Persia atas dukungan Hulagu Khan. Observatorium ini menjadi pusat penelitian astronomi terbesar pada masanya dan menyaingi observatorium di Eropa.
Di Maragha, Al-Tusi mengembangkan model astronomi baru yang mengoreksi sistem Ptolemaeus. Model ini kemudian menginspirasi ilmuwan Eropa, termasuk Copernicus.
B. Matematika dan Trigonometri
Al-Tusi adalah salah satu ilmuwan pertama yang memisahkan trigonometri dari astronomi dan mengembangkannya sebagai bidang ilmu tersendiri. Ia menulis “Kitab Syakl al-Qita”, yang berisi rumus-rumus trigonometri dasar, termasuk hukum sinus dan kosinus.
Selain itu, ia juga berkontribusi dalam:
Teori bilangan, Aljabar dan Geometri Euclidean
C. Astronomi dan Model Al-Tusi
Dalam bidang astronomi, Al-Tusi mengembangkan “Teorema Tusi”, yang menggambarkan bagaimana gerakan lingkaran kecil dalam lingkaran besar dapat menghasilkan gerakan linear. Model ini membantu menjelaskan pergerakan planet dan mengoreksi kesalahan sistem geosentris Ptolemeus.
Karya utamanya dalam bidang astronomi adalah “Zij-i Ilkhani”, sebuah tabel astronomi yang digunakan selama berabad-abad di dunia Islam dan Eropa.
D. Filsafat dan Teologi
Al-Tusi juga seorang filsuf yang mendalami pemikiran Ibn Sina dan Al-Farabi. Ia menulis “Akhlaq-i Nasiri”, sebuah buku etika yang membahas moralitas individu dan politik.
Dalam teologi, ia berusaha untuk mendamaikan pandangan rasionalis filsafat dengan ajaran Islam.
IV. Warisan dan Pengaruh
A. Pengaruh dalam Ilmu Pengetahuan
Al-Tusi dianggap sebagai salah satu ilmuwan paling berpengaruh dalam sejarah Islam dan dunia. Karyanya di bidang astronomi, matematika, dan filsafat menjadi dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa pada era Renaisans.
Copernicus bahkan menggunakan beberapa gagasan Al-Tusi dalam model heliosentrisnya, meskipun tanpa menyebut namanya.
B. Peninggalan di Dunia Islam
Observatorium Maragha menjadi model bagi pusat penelitian astronomi berikutnya, termasuk di Samarkand dan Istanbul. Selain itu, metode pengajaran dan konsep Al-Tusi terus digunakan dalam pendidikan Islam selama berabad-abad.
V. Catatan Akhir
Nasir al-Din al-Tusi adalah salah satu ilmuwan Muslim terbesar yang pernah ada. Di tengah kekacauan akibat invasi Mongol, ia mampu bertahan dan menciptakan pusat ilmu pengetahuan yang menjadi mercusuar bagi dunia Islam dan Eropa.
Kontribusinya dalam matematika, astronomi, dan filsafat tidak hanya memajukan ilmu pengetahuan pada masanya tetapi juga membentuk dasar bagi perkembangan sains modern. Namanya tetap dikenang sebagai simbol kecemerlangan intelektual dunia Islam. (Heri)