Connect with us

Entertainment

‘Nasionalisme dan Film’ – Webinar FFWI XII yang Seru dan Menggugah

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Film ‘Sayap Sayap Patah’ (SSP) garapan sutradara Rudi Soedjarwo termasuk bergenre drama romantis. Adegan laga (action) hanya sebagai bumbu.

“Penyerbuan menyerang teroris dalam kerusuhan di Mako Brimob adalah tragedi sebagai sejarah, meski beberapa tokohnya ada yang fiktif,” ujar produser eksekutif Denny Siregar dalam webinar seri tiga bertema ‘Nasionalisme dan Film’ oleh  Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI) XII yang dihelat secara zoom, baru-baru ini.

Denny Siregar yang dikenal sebagai aktifis sosial dan penulis ini tak terduga SSP bisa meraih 2 juta penonton. “Banyak yang memprediksi SSP gagal. Pas saat itu meledak kasus Ferdy Sambo. Hari pertama, hanya ditonton 14.000 orang. Lalu naik menjadi 46.000 orang dan terakhir mencapai 2 juta penonton.

Kenaikannya sangat fantastis,” papar Denny Siregar. Dia juga menjelaskan ketika membuat film ini sama sekali tak punya dana promosi. “Saya ingin memvisualkan orang yang berjasa kepada negara, dalam hal ini lima anggota Densus 88 yang dibunuh teroris.

Jadi bukan karena pemainnya yaitu Nicholas Saputra dan Ariel Tatum yang ternyata bisa menggiring orang ke bioskop. Jujur, kedua pemain ini bermain cemerlang,” imbuh Denny Siregar. Dalam webinar yang dipandu wartawan senior Rita Sri Hastuti, juga hadir pengajar Filsafat dari UI dan Binus, Dr Zinggara Hidayat.

Penulis buku ‘Jejak Usmar Ismail’ ini mengatakan nasionalisme jangan diartikan secara kaku dan mesti harus melawan kolonialisme atau ada keseragaman dan upacara bendera. “Zaman sudah berubah. Ada pergeseran makna bahwa nasionalisme di era terkini berkaitan dengan muatan dimensi kultural, pakaian, olahraga dan kuliner,” urai Zinggara Hidayat.

“Nasionalisme di film ‘Tiga Dara’ karya Usmar Ismail yang skenarionya ditulis Alwi Dahlan berhubungan dengan musik dan lagu, bahkan vespa yang dikendarai pemainnya sudah trending kala itu,” timpal Zinggara Hidayat.

Acara webinar yang seru dan menggugah ini akhirnya diakhiri sebagai gong puncaknya saat Ketua Pelaksana FFWI dan advokat Wina Armada Sukardi menutup diskusi. “SSP berhasil mematahkan mitos bahwa film bertema nasionalisme dan patriotisme enggak laku. SSP yang ditonton 2 juta orang sukses meraup cuan 40 miliar rupiah,” tegas Wina Armada Sukardi. (pik)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *