Agribisnis
Kemenperin Tingkatkan Peluang Nira Sawit Menjadi Gula

JAYAKARTA NEWS – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus meningkatkan peluang nira sawit menjadi gula, terutama di masa peremajaan sawit rakyat. Hal ini guna meningkatkan nilai tambah dan daya saing.
Direktur Jenderal Industri Agro, Kemenperin, Putu Juli Ardika mengatakan, dalam masa replanting (peremajaan kebun), batang kelapa sawit sering menjadi barang yang tersisa.
Namun, lanjut Putu, terdapat peluang besar untuk memanfaatkan sisa barang tersebut sebagai nira.
“Nira sawit dikenal memiliki rasa manis yang dihasilkan dari kandungan gula yang tinggi, dan dapat diolah menjadi gula merah berkualitas,” ungkapnya di Jakarta, Senin (14/4/2025).
Oleh karena itu, kata Putu, di daerah penghasil kelapa sawit, seperti Kabupaten Serdang Bedagai, jumlah pengrajin nira terus meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa nira sawit dapat menjadi sumber nilai ekonomi yang signifikan bagi pekebun, terutama di masa peremajaan kebun.
“Untuk memastikan keberlangsungan usaha gula merah sawit pada skala industri kecil dan menengah (IKM), penting bagi petani untuk membangun sistem manajemen yang efisien,” tutur Putu.
Selain itu, tambah Putu, petani perlu membangun dan memperkuat sistem manajemen sumber daya manusia, produksi, dan pemasaran.
Menurut Putu, langkah tersebut akan membantu petani dalam mengelola usaha mereka secara lebih efektif. Asalkan didukung oleh pelatihan dan pendampingan dari pengrajin berpengalaman.
“Ini merupakan langkah penting untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi,” ujar Putu.
Guna meningkatkan efisiensi, menurut Putu, pola kemitraan juga dapat diterapkan dengan membentuk kelembagaan yang menghubungkan petani dengan pengrajin gula merah sawit.
“Melalui kerja sama ini, para petani dapat menyediakan bahan baku dari pohon sawit yang mereka tanam sendiri,” ujar Putu.
Putu mengungkapkan, investasi untuk memproduksi gula merah dan nira pada skala satu hektar diperkirakan mencapai Rp25 juta, yang mencakup berbagai peralatan. Proses pengolahan nira ini dilakukan secara bertahap.
“Data menunjukkan bahwa rata-rata jumlah nira yang dihasilkan mencapai 6,8 liter per batang per hari. Rincian produksi mencakup 2,7 liter di pagi hari dan 4,5 liter di sore hari, dengan masa penderesan berlangsung antara 1,5 hingga 2 bulan,” jelas Putu.
Menurut Putu, jika petani melakukan sendiri proses penderesan dan pengolahan nira, mereka dapat menghasilkan keuntungan bersih antara Rp18 juta hingga Rp 25 juta. Ini berdasarkan survei terhadap beberapa pengrajin nira.
“Inisiatif pengolahan nira dan pemanfaatan batang kelapa sawit ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal dan nasional, hingga dapat meningkatkan kesejahteraan para pekebun,” pungkas Putu. (yog)