Connect with us

Kolom

Candikala, Keindahan Berbalut Mitos

Published

on

Candikala….. foto: Gde Mahesa

Oleh Gde Mahesa

SENJAKALA atau rembang petang adalah saat waktu matahari menjelang bersembunyi di balik cakrawala. Warna kuning, jingga merah serta hitam berurutan menghias langit di ufuk barat. Indah memang, namun jika diamati bisa sedikit agak seram dan menakutkan.

Banyak orang mengatakan ini adalah Candik Kala, Candik Ala atau Candikala. Pergantian waktu menjelang malam dengan perubahan udara menjadi dingin dan lembab. Sementara udara di dalam rumah terasa hangat dan kering.

Senjakala sebenarnya berasal dari kata Sandyakala yaitu kata sandy dan kala. Sandy atau sandi berarti samar-samar. Senja hari artinya waktu yang mana penglihatan sudah mulai samar-samar, menjelang malam, saat matahari mulai tenggelam.

Mengintip matahari tenggelm di atas bukit. Foto: Gde Mahesa

Rona candikala, bisa jadi sangat indah. foto: Gde Mahesa

Kala artinya waktu atau saat. Jadi sandyakala artinya waktu atau saat suasana mulai samar-samar (antara kelihatan dan tidak) saat matahari mulai tenggelam.

Dalam bahasa Jawa yang terkadang menggampangkan pengejaan oleh para orang tua dulu sandya-kala berubah menjadi candikala yang harusnya dibaca ‘sandi-kala’, malah ada menyebut candi-kala lidah Jawa menjadi candik olo (olo berarti tidak baik).

CANDIKALA, dalam budaya Jawa wajib menghentikan segala kegiatan, mereka dianjurkan berada di dalam rumah. Saat waktu menjelang magrib seperti itulah aktivitas makhluk-makhluk gaib dimulai apalagi anak-anak kecil harus masuk ke dalam rumah agar tidak terkena Candikala (sesuatu yang buruk).

Anak-anak dilarang duduk d ipintu karena waktu yang tidak baik, banyak setan, jin, makhluk halus, lewat (mitos orang Jawa zaman dulu). Namun sebetulnya hal ini kalau ditelaah mengandung pesan kalau duduk di depan pintu sementara angin malam mulai bertiup dari luar, tentu bisa membuat orang masuk angin.

Waktu sore jelang malam, diyakini oleh pelaku budaya sebagai pergeseran kekuatan baik dan buruk. Saat siang hari penuh dengan cahaya matahari diartikan sebagai kekuatan kebaikan, sebaliknya waktu malam hari disimbolkan sebagai keburukan yaitu dimana kekuatan jahat menguasainya. Misteri pergeseran waktu beralihnya kekuatan cahaya dan kegelapan ini secara metafisika diyakini sebagai perubahan gravitasi bumi, serta pergeseran atmosfer yang bisa mengakibatkan kekuatan atau bahkan kehilangan daya.

Banyak orang pada saat matahari tenggelam asyik menikmati suasana dan keindahannya. Bakan, di Bali, sunset dijadikan objek wisata yang laris manis. Betapa tidak, pada saat itu akan pemandangan sangat elok, dengan catatan kkalau cuaca cerah.

Namun senjakala akan menjadi beda jika dilakukan dengan mata hati untuk lebih mengenal sang Pencipta. Menatap Sandyakala dengan doa mantra memohon sesuatu pada Sang Maha Kasih, bisa dibayangkan dalam menanti detik-detik matahari tenggelam. Terlebih jika itu dilakukan di atas bukit, bersamaan dengan gema adzan, panggilan untuk bersujud. Pada saat bersamaan lalu kita teriakkan keinginan sebagai akhir doa harapan yang dipanjatkan.

Tuhan Maha pengasih dan penyayang. Kapan akan menikmati serta mendoa bermantra sambil meneriakkan keinginan dan cita-cita. Semoga berhasil. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *