Connect with us

Aksi Korporasi

Asian Agri dan Apical Optimis Capai Target Keberlanjutan 2030

Published

on

Director of Corporate Affairs RGE Palm Business Asian Agri Apical JohanKurniawan (kedua dari kiri)

JAYAKARTA NEWS – Asian Agri, salah satu perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia dan Apical, optimis mencapai target keberlanjutan pada 2030. Komitmen prinsip berkelanjutan yang bertanggungjawab tetap dikedepankan.

Director of Corporate Affairs RGE Palm Business Johan Kurniawan mengatakan, komitmen keberlanjutan kedua perusahaan selaras dengan pedoman Pembangunan Berkelanjutan PBB (UNSDGs) yang diimplementasikan dengan berpegang pada filosofi usaha RGE yakni 5Cs – Good for Community, Country, Climate, Customer, dan Company.

Johan mengungkapkan, nilai strategis komoditas kelapa sawit merupakan elemen kunci perekonomian nasional mulai dari kontribusi devisa hingga penyedia lapangan kerja.

Menurut Johan, keberadaan industri sawit merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kesejahteraan petani rakyat khususnya yang tergabung dalam program kemitraan dan inti plasma.

Sebagai produsen dan pengolah minyak sawit, kata Johan, Asian Agri dan Apical beroperasi dengan mengedepankan prinsip berkelanjutan yang bertanggungjawab sehingga produk yang dihasilkan mendatangkan kebermanfaatan.

“Mulai dari kebutuhan domestik rumah tangga seperti minyak goreng hingga bahan bakar, singkatnya #DariDapurSampaiAvtur,” urai Johan, Jumat (14/3/2025).

Sebagai rangkaian menuju industri sawit berkelanjutan, Asian Agri meluncurkan komitmen dan juga strategi jangka panjang yang berfokus pada empat pilar utama, yaitu Kemitraan Dengan Petani, Pertumbuhan Inklusif, Iklim Positif dan Produksi yang Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan.

“Asian Agri percaya bahwa keberadaan perusahaan memiliki tujuan memberikan nilai positif bagi petani, masyarakat, dan juga lingkungan,”ujar Johan.

Setelah dua tahun berjalan, kata Johan, Asian Agri mencatatkan perkembangan yang relatif positif, terutama pada Pilar Kemitraan dengan Petani dan Pilar Pertumbuhan Inklusif. Beberapa target pada kedua pilar ini telah berkembang dengan sangat baik sesuai dengan yang diharapkan.

Sustainability Manager Asian Agri Leonardo Yapardi mengatakan, petani kelapa sawit memegang peranan yang penting dalam keberlanjutan Asian Agri.

Untuk itu, lanjut Leo, pihaknya memiliki komitmen untuk mensertifikasi semua petani mitra dengan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) di tahun 2025.Hingga 2024, lanjut Leo, Asian Agri telah membantu 11 KUD memperoleh sertifikasi ISPO atau setara 49 persen dari target. 

“Melalui semangat #BermitraLebihBaik, Asian Agri mendorong KUD untuk memulai proses sertifikasi sesuai dengan kebijakan pemerintah tentang kewajiban ISPO di tahun 2025,” papar Leo.

Pada Pilar Pertumbuhan Inklusif Asian Agri 2030 telah menyentuh 34 persen target dalam bentuk pelatihan vokasi kepada lebih dari 1.700 orang, mendukung pembentukan UMKM di 54 desa dari total 159 desa di sekitar daerah operasional yang terletak di Sumatra Utara, Riau dan Jambi.

“Kemudian, melalui program bag-to-school, Asian Agri 2030 juga telah mendistribusikan lebih dari 1.300 paket pendidikan kepada murid-murid SD, SMP, SMA, dimana target kami adalah sebanyak 5.000 murid,” ujar Leo.

Leo menambahkan bahwa Asian Agri akan terus melakukan serangkaian program dan inisiatif dengan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait agar memastikan pencapaian target di tahun 2030. “

“Kami optimis dapat mencapai seluruh target tersebut dalam lima tahun kedepan,” kata Leo.

Memasuki tahun ketiga, Apical 2030 mencatatkan beberapa kemajuan positif atas target-targetnya, dalam Pilar Kemajuan inklusif, Apical telah menjangkau 12 desa di Aceh Singkil dan 3 desa di Kutai Timur dari target 30 desa untuk program Sustainable Living Villages (SLV) atau Desa Berkelanjutan.

Selain memberdayakan masyarakat, mengurangi kemiskinan, dan mendorong inklusi, SLV juga mendorong petani untuk memiliki pendapatan alternatif, seperti budidaya madu Trigona di Aceh Singkil dan budidaya kakao di Kutai Timur.

Sustainability Manager Apical Hendra Hosea mengatakan, melalui program SLV, pihaknya berkomitmen membantu petani swadaya dalam mewujudkan perkebunan sawit berkelanjutan.

Salah satunya, kata Hendra, melalui pelatihan cara berkebun yang sesuai dengan prinsip berkelanjutan agar petani mendapatkan Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB) dan akses fasilitas pengembangan dari pemerintah yang merupakan dasar menuju ISPO dan RSPO.

Kemajuan positif juga terlihat dari target dukungan kepada 5.000 petani swadaya untuk mendapatkan sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) pada 2030.

 “Sejauh ini, implementasi Apical2030 masih on target. Untuk Pilar Kemitraan Transformatif, di mana target kolaborasi dengan para pemasok untuk mencapai NDPE sebesar 100 persen, kini kami telah mencapai 93 persen,” jelas Hendra. 

Secara garis besar, lanjut Hendra, saat ini sudah 68 persen terealisasi, sedangkan untuk Pilar Aksi Iklim, yang mana ditargetkan untuk mengurangi 50 persen intensitas emisi gas rumah kaca (GRK) pada tahun 2030. 

“Kini kami berhasil menurunkan 21 persen GRK. Untuk Pilar Inovasi Hijau, kami memanfaatkan inovasi untuk operasi yang semakin berkelanjutan. Hingga saat ini, sekitar 87 persen sudah terealisasi dan 13 persen masih on progress,” tambah Hendra. (yer)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement