Connect with us

Feature

Andri Heryanto, Sosok Inspiratif Jabar

Published

on

ASN yang Hobi Bonsai dan Cinta Pesantren

Catatan Dani Yuliantara

Di kalangan Aparatur Sipil Negara Kementerian PUPR dan Pemprov Jawa Barat yang menangani sektor pekerjaan umum (PU), sosok Andri Heryanto, ”tos akrab pada terang”, alias sudah dikenal. Demikian pula di kalangan pencinta pohon bonsai, ”kasohor” sebagai pemerhati pohon hias yang dikerdilkan. Dan di sebagian wilayah pondok pesantren tradisional Nahdatul Ulama (NU), dia akrab dengan para kiai dan santri sebagai pembina dan pengelola pesantren. Tak ayal, Andri Heryanto adalah tokoh inspiratif Jabar.

Andri Heryanto adalah Alumni (S-1 & S-2) Teknik Sipil dari sebuah perguruan tinggi di Bandung. Lahir tanggal 16 April 1969 di kota Kembang Bandung, dan dibesarkan di daerah leluhurnya kampung Jamlang/Pasar Jamlang Cirebon.

Ada banyak alasan mengapa Andri Heryanto, yang saat ini menjabat Sekertaris Dinas Sumber Daya Air-Dinas SDA Jabar (dinas yang menangani infrastruktur air), sangat akrab di dunia Islam, khususnya di lingkungan Pondok Pesantren NU.

Keturunan Kacirebonan

Menelisik asal-usulnya, dia meruapakan “trah” atau keturunan Raja Padjadjaran, yang tercatat dalam buku silsilah “Kacirebonan”. Sebuah dinasti yang tercatat punya peran besar dalam penyebaran agama Islam di Jawa Barat, Pulau Jawa, dan di Indonesia pada umumnya.

Dinasti ini memunculkan sejumlah nama yang tak asing lagi di telinga kita. Antara lain Sunan Gunung Jati yang disebut juga dengan Syech Syarif Hidayatullah. Lalu, ada nama Ratu Rara Santang, putri Prabu Sribaduga Siliwangi, Raja Padjajaran. Serta nama kesultanan kanoman KGA Sultan Moch Saladin KGA Sultan Moch Emirudin.

Nah, Andri Heryanto merupakan keturunan ketujuhbelas dari silsilah sejarah di atas (Turunan Ketujuhbelas dari Sunan Gunung Jati/Syech Syarif Hidayatullah) dari pangeran Raja Jaenal, putra ketiga Sultan Moch Khaerudin Sultan Kanoman IV. Demikianlah silsilah waris Kacirebonan Kesultanan Kanoman yang secara garis keturunan dari dahulu sampai sekarang gigih dan mencintai ke-Islaman.

Saat dikonfirmasi ihwal silsilah di atas, Andri hanya tersenyum dan berkomentar, “Fakta sejarah harus dikenang dan dihormati. Tidak akan ada kita kalau tidak ada leluhur kita yang melahirkan dan ngayuga. Jadi saya bangga dan akan menjaga harkat dan martabat kacirebonan,” katanya.

Dan yang lebih penting, menjunung tinggi tradisi meluhurkan derajat Islam yang sudah jadi perjuangan para leluhur. “Jangan melupakan sejarah. Jasmerah. Karena orang yang melupakan sejarah sama saja melupakan peradaban. Ujungnya menjadi orang yang kurang adab,” kata Andri Heryanto yang juga pengagum Bung Karno.

Salah satu jejak sejarah Wali dan Kanoman Cirebon adalah saat Pangeran Girilaya Cirebon bersama kesultanan Demak membantu kerajaan Mataram Islam melawan penjajah. Dalam perjalanan menyerang Batavia, mereka juga menghadapi serangan balik dari pihak Belanda, dan pecahlah perang Kadongdong (Palimanan Arjawinangun).

Santri Ponpes Darul Mustofa Sukabumi. (ist)

Membina 3 Pondok Pesantren

Itu pula alasan lain mengapa Andri Heryanto sangat peduli terhadap perkembangan Islam. Salah satunya, melalui Pondok Pesantren. Sebuah tradisi pendidikan agama Islam yang telah turun-temurun dikembangkan para tokoh Islam zaman dulu.

Alhasil, jika digabungkan antara sosok Andri sebagai seorang ASN eselon III, pecinta bonsai, dan pembina pondok pesantren, maka akan terjadi sebuah perpaduan kehidupan yang lengkap. Seperti yang Andri jelaskan. Menjadi abdi negara adalah pengabdian dan ibadah lahiriah. Sedangkan, menggemari bonsai adalah kebutuhan batiniah agar tetap bergairah dan tidak bikin gerah. Sedangkan, membina dan aktif mengembangkan pondok pesantren adalah tuntutan rohaniah. Di samping tuntutan untuk ngamumule Islam dan ikut dalam gerakan mencerdaskan bangsa, terutama generasi muda.

Menurut seorang Andri Heryanto, ada perinsip yang harus digarisbawahi, mengapa dia dekat dengan pesantren dan Islam sebab, dia menyadari “Bahwa setiap insan manusia mempunyai keterbatasan dalam pemahaman maupun dalam perilaku dan setiap langkah kehidupanya, tidak luput dari segala kekurangan, tetapi setiap insan manusia menginginkan perubahan yang lebih baik, dalam kehidapan dan penghidupanya,” tegas Andri. Itulah dasar hati yang tulus dan ikhlas terjun ke pesantren.

Atas dasar batiniah, beliau mengenal “dirinya  darimana berasal dan apa yang ingin diperbuat ke depan tentu tidaklah mudah untuk meraihnya banyak ujian, cobaan godaan dan sebagainya” Andri menyatakan hal itu bisa diperdalam di pesantren ilmu dan amalannya.

Santri Ponpes Baitul Rahman Pangandaran. (ist)

Sejak 2014 Andri Haryanto mengelola membina 3 pesantren. Pertama, Ponpes Darul Mustofa Kampung Lembur Sawah desa Cibodas Kecamatan Bojong Genteng Kab. Sukabumi. Kedua, Ponpes Baitul Rohman Desa Jadi Karya Kecamatan Langkaplancar Kab. Pangandaran, dan ketiga, Ponpes Miftahulhuda Jl Bojong Nangka Kampung Lebak Nangka Desa Wanaraja Kecamatan Wanaraja Karangpawitan, Garut.

Ketiga pondok pesantren di atas, merupakan “klaster” Pondok Pesantren Nahdatul Ulama . Ketiga Ponpes yang dikelola dan dibina Andri Heryanto tergolong pesantren salafiah yang  menjadikan Kitab Kuning sebagai sumber rujukan yakni khasanah Kitab-kitab Klasik Keislaman (Turats) karya para ulama dahulu.

Baik karya ulama-ulama Timur Tengah seperti Imam Syafi’i, Imam Ibnu Hajar, Imam Nawawi, Imam Alghozali maupun ulama-ulama Nusantara seperti Syaikh Nawawi Albantani, Syaikh Ihsan Jampes, dll.

Di ketiga pasantren binaan Andri Heryanto di Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Pangandaran, dan Kabupaten Garut titik ajaran dan “atikannya” meliputi tujuh hal pokok. Pertama, Ilmu Tauhid / Ilmu Kalam / Ilmu aqidah adalah pelajaran yang berkaitan dengan pembahasan Rukun iman, sifat, Allah dan rasul serta hal-hal yang wajib diimani dan diyakini lainnya sebagai seorang muslim.

Kedua, Fiqih/ syariat adalah pelajaran yang berkaitan dengan tatacara ibadah seperti Sholat, zakat haji dll, muamalah, munakahat atau pernikahan, dll. Ketiga, Tashowwuf adalah pelajaran yang berkaitan dengan Ahlaq yang baik pada Allah dan sesama manusia. Dan tata cara berhubungan yang baik pada Allah dan sesama manusia, seperti twadhu, qona’ah, dll.

Keempat, Tafsir Alqur’an yakni ilmu yang mempelajari makna setiap ayat-ayat Alquran. Kelima, hadits Nabi baik ilmu hadits diroyah dan riwayah. Kelima, gramatikal bahasa Arab yakni Nahu dan Sorof  yang di daerah Jawa Barat disebut ilmu alat. Ilmu ini sangat istimewa di kalangan pondok-pondok pesantren karena seseorang santri tidaklah bisa mempelajari dan memaknai Kitab Kuning sebagai sumber rujukan ilmu keislaman yang di dalamnya menggunakan bahasa Arab yang fasih dengan benar tanpa bisa paham grammar bahasa arab yang pembahasannya ada dalam ilmu Nahwu dan Shorof ini.

Terakhir, ketujuh Ilmu Balaghoh yang berkaitan dengan keindahan sastra arab khususnya keindahan sastra arab di Alquran.

Santri Ponpes Miftahulhuda Garut. (ist)

Adapun penyelenggaraan pendidikan di ketiga pesantren di atas (pesantren salafiah) dengan menggunakan metode sorogan, bandungan /Bandongan, dan wetonan.

Sistem sorogan merupakan proses pembelajaran yang bersifat individual pada dunia pesantren atau pendidikan tradisional, dan sistem pembelajaran dasar dan paling sulit bagi para santri, sebab santri dituntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin diri dalam menuntut ilmu. Seringkali santri tidak menyadari bahwa mereka seharusnya mematangkan diri pada tingkat sorogan ini sebelum mengikuti sistem pembelajaran.

Selanjutnya di pesantren binaan Andri Heryanto, seorang santri yang telah mahir dalam penguasaan sorogan ini menjadi kunci dalam penguasaan ilmu agama dan menjadi seorang alim. Sedangkan sistem bandungan atau juga disebut wetonan yaitu sistem belajar kelompok dalam arahan dan bimbingan kyai yang terdiri antara 5 sampai 500 orang santri.

Menurut Andri Heryanto para santri yang dibinanya, pada bulan Ramadhan tidak ada yang berbeda  para santri, yakni: bangun untuk sahur setelah itu berjamaah sholat subuh mengaji, dll. Namun malamnya para santri para santri tarawih dan tadarus menghatamkan Alquran berkali-kali agar mendapatkan lailatul qodar yakni malam yang mana apabila kita beribadah pada malam itu maka ibadah di dalamnya lebih baik dari 1.000 bulan.

Sementara kalangan ponpes binaan mendokan pengelola dan pemibina pesantren seperti Andri Heryanto “Rohmat Salamet Bagja Gumbira, pamjang yuswa, selalu dilindungi Allah SWT. Kata mereka hirup harus dengan hurip.” Sebab tidak ada kenyataan yang melebihi dari perbuatan.

Melak cabe moal jadi bonteng” (menanam kebaikan hasilnya akan baik, menanam kejelekan hasilnya akan jelek), Melak Alpuket pasti hileudan,mun melak hileud moal alpuketan (Menanam pohon alpukat pasti ada hama uletnya, tetapi bila menanam hama ulet pasti tidak akan jadi buah alpukat) Simpul cerita, kebaikan manusia tidak akan tertukar dengan kejelekan.

Karier Andri Haryanto di Dinas PSDA Jabar, terbilang lancar. Di alangan ASN, ia dikenal  sangat welcome, cerdas, tegas dan mumpuni. Selain perhatian terhadap anak buah. Dia pun sangat dekat dengan masyarakat. (*)

*) Dani Yuliantara, wartawan senior

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *