Ekonomi & Bisnis
Warga Tuntut Semen Rembang Beroperasi Lagi
PENUTUPAN sementara pabrik semen Indonesia di Rembang menuai protes warga sekitar pabrik. Mereka khawatir penutupan pabrik akan mengancam perekonomian mereka yang selama hadirnya pabrik semen mulai menggeliat. Guna menyikapi kondisi tersebut, sejumlah tokoh warga desa-desa seputar pabrik pun menggalang dukungan untuk mendesak pemerintah agar kembali menerbitkan izin AMDAL dan operasi pabrik semen Indonesia di Rembang.
“Hingga hari ini sudah terkumpul sekitar 4.000 photocopy KTP warga Rembang seputar pabrik,” tutur Sudarji, tokoh masyarakat Desa Tegaldowo Kec Gunem yang ikut menggagas penggalangan dukungan tersebut. Menurut Sudarji, photo copy itu bisa dipertanggung jawabkan keasliannya karena disertai dengan tanda tangan si pemilik KTP langsung.
Sementara itu, Waid, tokoh pemuda Desa Timbrangan mengaku optimis KTP yang terkumpul akan mencapai 80% dari total warga desa desa ring satu. “Kami yakin karena mayoritas warga sadar dan sudah membuktikan bahwa kehadiran pabrik semen di daerah kami memberikan manfaat yang sangat besar,” ungkapnya.
Waid menambahkan pengumpulan KTP ini juga dalam rangka memberikan keyakinan kepada pemerintah bahwa isu penolakan yang muncul di media selama ini hanya dibesar-besarkan oleh sekelompok warga yang didalangi oleh LSM-LSM dari luar Rembang. “Kami meminta pemerintah bersikap bijak dan melihat dengan obyektif persoalan pro kontra pabrik semen ini,” pungkas Waid.
Seperti diketahui, Kamis 2 Februari lalu telah diselenggarakan Rapat Komisi Penilai AMDAL untuk menilai dokumen adendum ANDAL dan RKL-RPL Rencana Kegiatan Penambangan Bahan Baku Semen dan Pembangunan serta Pengoperasian Pabrik Semen PT Semen Indonesia di Kab Rembang. Acara dilangsungkan di Kantor DLHK Provinsi Jateng. Tokoh tokoh warga desa seputar pabrik mengimbau agar warga-warga luar Rembang tidak ikut memperkeruh suasana.
Hari itu, massa pendukung pabrik semen membludak. Tidak hanya masyarakat Rembang asli, tetapi juga didukung oleh mahasiswa yang sudah datang ke lokasi, dan sadar telah terkelabui oleh info menyesatkan dari kelompok kontra selama ini. Di sudut lain, hanya belasan massa kontra yang tampak di lokasi. Itu pun, sebagian warga Pati, daerah asal penggerak mereka, Gunretno. ***