Connect with us

Feature

Virus Corona ibarat Singa

Published

on

Jayakarta News – Ada tiga jenis manusia di sekitar kita, dalam menyikapi pandemi  Covid-19. Yang pertama adalah kelompok masyarakat yang gagah berani, bahkan sampai menantang Covid-19. Kelompok yang kedua adalah kebalikannya, yakni kelompok yang amat sangat takut, amat sangat cemas. Saking cemasnya, imunitas dalam tubuhnya turun dan menjadi rentan terpapar penyakit.

“Yang ketiga adalah kelompok pertengahan. Dia menyikapi pandem secara wajar, memakai logika dan pikiran sehat, sehingga cenderung berhati-hati dan mematuhi protokol kesehatan,” ujar Ustadz Abdul Somad, saat bertandang ke Graha BNPB, baru-baru ini.

Sebagai muslim, menurut ustadz yang akrab disapa UAS ini, harus menarik hikmah atas turunnya pandemi Covid-19. Bahwa Nabi Muhammad SAW tidak saja mengajarkan tata-cara ritual, tetapi juga mengajarkan kita bagaimana bersikap atas terjadinya wabah.

UAS mengutip hadits Nabi SAW yang diriwayatkan HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid. Rasulullah bersabda: “Tha’un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.”

Tidak hanya itu. UAS juga meriwayatkan hadits yang lain lagi. Dan itu hendaknya memperkuat sikap dan keyakinan kita terhadap wabah Covid-19. Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari secara mua’llaq dari hadits Abu Hurairah dari Nabi Muhammad bahwa beliau bersabda: “Hindarilah orang yang terkena lepra seperti halnya kalian menghindari seekor singa.”

“Itu 14 abad yang lalu. Jadi kalau diaktualisasikan, tak ubahnya sekarang datang wabah Covid-19 ini. Karenanya, UAS memilih sikap berada pada posisi di tengah. Tidak takut berlebihan, tetapi juga tidak sok-sokan berani melawan Covid-19. Justru kita gunakan momentum untuk banyak berdoa, banyak beribadah, laksanakan protokol kesehatan. Laksanakan perintah Nabi Muhammad,” ujarnya.

Sebagai pengurus Dewan Masjid, UAS juga sudah meminta segenap pengurus masjid untuk mematuhi protokol kesehatan. Boleh shalat berjamaah untuk wilayah-wilayah zona hijau atau kuning. Tentu saja dengan persyaratan menyediakan tempat cuci tangan dan sabun, menggulung karpet, dan menjaga jarak antar jemaah sholat.

Ihwal sholat jaga jarak, pusat peradaban Islam di Kairo (Al Azhar) bahkan sudah menunjukkan contoh. Bagaimana shalat dilakukan dengan menjaga shaft, menjaga jarak. Ini bukan saja menegaskan keabsahan sholat berjamaah, tetapi juga menunjukkan praktik beribadah yang benar di tengah pandemi.

Pun dalam kehidupan sehari-hari. Tidak cukup hanya kita saja yang sehat dan tidak terpapar. Sebab, jika hanya itu kepedulian kita, maka sejatinya, di luar sana masih sangat banyak orang yang berpotensi menularkan virus. Karena itu, dituntut kepedulian untuk juga saling mengingatkan satu dengan yang lain, agar senantiasa patuh dan taat terhadap protokol kesehatan.

Kenakan masker, bawa hand sanitizer, mencuci tangan memakai sabun, jaga jarak dan tidak bersalaman, dan yang lebih penting, kata UAS, tingkatkan ibadah. “Manusia dikaruniai kecerdasan. Ini yang harus kita gunakan. Kita tidak tahu sampai kapan pandemi itu berlangsung. Sebaik-baiknya sikap adalah tetap waspada dan tidak lengah. Sebab, ‘musuh’ kita tidak kelihatan. Ia bisa menyerang dan mematikan kita sewaktu-waktu,” tambah Ustadz Abdul Somad. (rr)

https://youtu.be/f_R0wH-OSCQ
Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *