Feature
Tentang Gaji yang tak Pasti
Jayakarta News – Ada tiga personil yang menggerakkan kehidupan YKS, Mansetus dan dua rekannya, Emanuel Soge pengelola keuangan, serta Bastian Timo si petugas mekanik. Mansetus menangani administrasi. Tugas pokoknya membangun jaringan dan membuat proposal bila ada peluang pendanaan.
Sejatinya ada gaji bulanan untuk ketiganya. Dengan anggaran Rp 3 juta, Rp 2,5 juta dan Rp 2 juta untuk masing-masing. Nilai tertinggi itu jatah Mansetus. “Tidak pasti setiap bulan kami bisa gajian, karena memang tidak ada uang. Rata-rata tiga bulan sekali YKS baru mampu mengucurkan gaji” cerita pria kelahiran 5 Januari 1973 ini.
Baca: YKS-Yayasan Kesehatan Masyarakat
Hampir tak ada kendala yang dihadapi Mansetus dalam menegakkan sekaligus mengibarkan bendera YKS. Antusias para donatur motor sangat layak ia acungi dua jempol. Namun, di awal perjalananannya YKS memiliki “pe-er” yang mesti dicari solusinya.
Tak ada pos dana untuk beaya operasional. “Setelah satu tahun berjalan, tepatnya 2003 kami membuka bengkel untuk umum,” papar Mansetus. Kegiatan itu menghasilkan dana segar. Operasional yayasan termasuk sumber gaji personil diambil dari pundi-pundi ini.
Bengkel umum itu bisa menjawab solusi pendanaan, walau tak tuntas. Gaji karyawan tetap saja tak pasti. Sementara ketiga personil itu telah memiliki keluarga. Mansetus sendiri menikah tahun 2006 dan dikaruniai seorang putri kelas satu SMP.
Enam jam waktu yang mereka alokasikan untuk YKS. Selebihnya, masing-masing menggunakan waktu untuk kepentingan pribadi, termasuk melakukan pekerjaan lain untuk menambah penghasilan. Demikian pula Mansetus.
“Sekarang ini saya sedang menanam jagung,” kata Mansetus yang mengerjakan sendiri kegiatan bertaninya. Rupanya sumber ketahanan finansial Mansetus lainnya tak hanya berasal dari lahan pertanian. Ada beberapa sumber: membuka warung kecil-kecilan dan tetap menjadi penulis lepas. “Kadangkala ada teman pers dari Jakarta yang meminta saya melaporkan sesuatu dari sini (Flores Timur),” tambahnya. Semua pos pemasukan itu, menurut Mansetus, saling melengkapi untuk menghidupi keluarga. (Ernaningtyas)