Feature
Temu Pendengar Radio Pensiunan di Surabaya, Dahlan Iskan Pun Ikut Bergoyang

JAYAKARTA NEWS – SOERABAJA kembali memanggil dan Sahabat Radio Pensiunan tumplek bleg di Makan Time Cafe & Resto Surabaya, Rabu tanggal 11 Juni 2025. Terdata 87 orang Pendengar Radio Pensiunan yang datang dari tujuh provinsi di Indonesia, mayoritas usia pensiun, menciptakan suasana riuh penuh kegembiraan. Mantan Menteri BUMN dan Dirut PLN juga dikenal sebagai tokoh pers, Dahlan Iskan, ikut bergabung bersuka ria dalam acara yang diselenggarakan oleh Studio 10 Radio Pensiunan Surabaya.
Acara di Surabaya ini merupakan kali kedua setelah sebelumnya juga pernah diselenggarakan di Restoran Michael TJ tanggal 11 November 2023. Acara pertama Surabaya ketika itu atas prakarsa pendengar Radio Pensiunan, Maharani Kahar dan Retno Wulan. Konsep acara tidak jauh berbeda dengan kali ini bahkan dengan yang di kota lainnya. Yaitu saling kenal, ngobrol, makan dan nyanyi ditambah naik bis tamasya kota.
Ribuan Pendengar Radio Pensiunan lainnya ikut monitor lewat tayangan youtube dan siaran langsung melalui radio streaming. Mereka dari berbagai daerah di Indonesia bahkan luar negeri menyaksikan dan berkomentar. Misalnya, Neneng dari Hong Kong menyampaikan ikut gembira melihat suasana temu pendengar ini.
Penanggung jawab Studio 10 Radio Pensiunan Surabaya, Ellen Pratiwi, mengaku sangat gembira karena acara yang diselenggarakannya berlangsung sukses. Pasalnya, gagasannya menyelenggarakan acara ini baru disepakati manajemen pada tanggal 6 Mei 2025.
“Mas Ray Wijaya dan Mbak Asih Teguh selaku manajemen Radio Pensiunan rapat dengan saya secara serius tanggal 2 sampai 6 Mei. Kemudian memutuskan acara di Surabaya bisa dilaksanakan. Tidak sampai sebulan persiapan dilakukan. Jadi semua puas melihat acara berlangsung sukses” cerita Ellen.
Acara di Surabaya ini permintaan pendengar di Jawa Timur yang melihat kemeriahan acara ulang tahun Radio Pensiunan kedua di Pamulang, Tangsel bulan Februari 2025. Mereka berharap diselenggarakan juga acara yang sama di Malang atau Surabaya. Setelah idul fitri bulan April pendengar di Jatim menyatakan siap hadir dan memilih Surabaya sebagai lokasi acara.
Tidak Kenal Tapi Akrab
Yang menarik dicermati dalam pertemuan Sahabat Radio Pensiunan ini adalah banyak mereka tidak pernah kenal namun akrab saat bertemu di Makan Time Cafe tersebut. Seakan sudah kenal lama, mereka saling cerita, tertawa, diselingi menyanyi dan makan bersama. Acara di Makan Time Cafe berlangsung sejak pukul 09.00 sampai 14.15 dilanjutkan menggunakan bus keliling kota Surabaya sampai sekitar jam empat sore.
Adalah Ibu Widji pensiunan dari Universitas Airlangga tiba-tiba memerintahkan pengemudi bus ke parkiran Soto Cak Har yang cukup terkenal di Surabaya. “Teman-teman, sampean semua tak traktir makan soto. Kabeh makan, ya,” kata Ibu Widji yang mendapat sambutan meriah seisi bis wisata.

Satu bus Pendengar Radio Pensiunan ditraktir makan Soto Cak Har Surabaya oleh Ibu Widji, juga pendengar asal Surabaya, usai keliling Kota Suarabaya
Pengetahuan Kesehatan Telinga
Meskipun namanya acara gembira ria, nyanyi, canda dan silaturahmi tetapi penyelenggara tetap menyisipkan pemahaman tentang kesehatan. Ellen Pratiwi mengundang dokter THT dari Rumah Sakit Islam Surabaya A.Yani, dr. Andi Roesbiantoro, SpTHT-KL dan ahli alat bantu pendengaran dari PT. ABDI, Arnold Frans Cornelius.
Menarik penjelasan Arnold yang mengaku menikmati suasana ceria bersama pendengar Radio Pensiunan. Menurutnya, banyak masyarakat Indonesia kurang peduli dengan kondisi pendengarannya, berbeda dengan kepeduliannya pada mata, gigi dan lainnya termasuk hipertensi.
“Kita, tuh, nggak sadar kalau tiba-tiba pendengaran berkurang. Kepedulian banyak orang terhadap pendengaran sendiri sangat rendah. Kami dari ABDI berusaha membantu menangani persoalan kurang dengar. Bukan hanya pada orang tua tetapi juga anak-anak. Salah satu cara yang kami lakukan membawa mobil laboratorium ke tempat-tempat acara atau sekolah atau pertemuan komunitas dan mereka bisa cek pendengaran secara gratis,” kata Arnold, Bisnis Development PT Alat Bantu Dengar Indonesia (ABDI).

Arnold Frans Cornelius menjelaskan lansia cenderung mengalami penurunan pendengaran
Masih menurut Arnold, gangguan penurunan pendengaran seseorang, umumnya, saat usianya masuk 48 tahun. Meskipun tidak terjadi pada semua orang namun usia ini saatnya melakukan chek pendengaran. Tanda pendengaran mulai menurun adalah ketika seseorang diajak bicara minta diulang lagi sambil memiringkan kepala, mengarahkan telinga ke mulut yang bicara. Itu gejala ringan tetapi banyak orang pergi ke dokter telinga hidung tenggorokan (THT) ketika sudah serius.
Selain malas periksa kondisi pendengarannya ke dokter juga banyak orang merasa malu menggunakan alat bantu dengar. Ini berbeda dengan menggunakan kacamata ketika penglihatannya terganggu atau rabun tidak malu karena dianggap sesuatu yang umum. Padahal, menurut Arnold, alat bantu dengar sekarang, seperti dari ABDI, sudah dapat disesuaikan dengan keinginan calon pemakai. Bahkan yang bentuknya kecil, masuk ke dalam telinga sehingga tidak terlihat dan tidak mengganggu penampilan sekarang sudah tersedia. Teknologi alat bantu dengar saat ini sudah cukup modern.
Menjawab pertanyaan Pendengar Radio Pensiunan yang mempertanyakan, mengapa suara alat bantu dengar yang dibeli untuk ibunya dikomplain berisik sehingga tidak mau pakai lagi. Hal itu, menurut Arnold, banyak orang main beli di pasar bebas ketika tahu orang tuanya atau dirinya merasa butuh alat bantu dengar. Padahal alat bantu dengar tidak beda dengan penggunaan kacamata tidak bisa main beli sendiri tanpa periksa terlebih dahulu.
Contoh, ketika seseorang merasa penglihatannya rabun maka pergi ke dokter atau optik memeriksakan seberapa parah penglihatannya kemudian diberi resep ukuran. Jika menggunakan alat bantu dengar tanpa konsultasi pada dokter atau ahlinya yang terjadi bukan pendengaran menjadi baik tetapi justru terganggu. Bahkan banyak orang trauma kepada alat bantu dengar karena awalnya salah beli atau salah pakai.

Berbagai macam bentuk alat dengar modern dari besar sampai yang masuk ke dalam lubang telinga
“Kita tes dulu di ruang kedap. Seberapa tingkat keparahan pendengarannya sehingga kami tahu yang dibutuhkan. Nanti bentuk alat bantu dengarnya bisa menyesuaikan dengan yang diinginkan. Kemudian tidak cukup sampai disitu tetapi kami terus memantau pengguna, berkomunikasi, apakah sudah nyaman atau belum? Dengan cara begitu seperti juga menggunakan kacamata pendengaran menjadi baik dan nyaman dipakai,” kata Arnold.
Untuk membantu mereka yang butuh konsultasi dan cek pendengaran pihak ABDI membuka perwakilan di kota-kota besar, kecuali Lampung belum ada tetapi sudah dalam rencana. Alasan ABDI belum buka di Lampung karena antara Lampung dengan Jakarta relatif dekat. “Tetapi kami punya laboratorium bergerak yang bisa menuju ke lokasi di mana ada kegiatan banyak orang membutuhkan skrining pendengaran. Komunitas melakukan kegiatan silakan hubungi kami selanjutnya ABDI akan atur kemungkinan menuju lokasi tersebut,” saran Arnold.***(melva)