Connect with us

Kabar

Soal Empat Negara Daftarkan Kebaya ke UNESCO: Komunitas Kebaya di Indonesia Cenderung Joint 

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Komunitas  Kebaya di Indonesia, Senin kemarin (29/11) di Jakarta  berembuk  membahas  isu rencana negara-negara ASEAN (Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Thailand) yang  hendak mendaftarkan kebaya sebagai warisan budaya tak benda  ke UNESCO. Lalu bagaimana komunitas bersikap

“Respon atas isu ini tidak hanya mendapat sambutan hangat, tapi cenderung  panas. Tidak hanya dari dalam negeri tapi juga luar negeri, “ kata Atie Nitiasmoro, ketua bidang kegiatan Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI)  yang juga ketua humas dan publikasi Tim Nasional Hari Kebaya Nasional.

Perbincangan  terkait kebaya ini, belakangan memang semakin seru dan cenderung panas, ketika terlontar rencana pendaftaran kebaya dilakukan secara multi national nomination atau joint nomination. Mereka juga sudah siap dengan berkas dokumen (dossier) yang akan diajukan. Bahkan negara-negara tersebut  juga mengajak Indonesia untuk ikut bergabung.

Melihat realitas itu, gelombang penolakan-pun meluas atas nama nasionalisme, nation pride,  dan (klaim) kebaya adalah asli milik Indonesia. Karena itu banyak pihak meminta agar kebaya didaftarkan secara single nation nomination. Namun, setelah urun rembuk, kemarin, tampaknya kebanyakan komunitas pun cenderung untuk bergabung.

Diakui Atie, sejak digulirkannya pendaftaran kebaya ke UNESCO nyaris semua orang membicarakan dan membahasnya  baik di dunia nyata  maupun  dunia maya (sosial media). Berbagai kegiatan maupun parade dengan mengusung tagline Kebaya Goes to UNESCO ramai digelar berbagai kalangan, baik oleh  komunitas-komunitas pecinta kebaya, komunitas budaya bahkan oleh mereka yang selama ini nyaris tidak pernah bersinggungan dengan kebaya.

Karena itu guna menampung aspirasi  komunitas pecinta kebaya dan juga pewaris Kebaya Labuh serta Kerancang yang sudah terdaftar di WBTB Nasional, Timnas Hari Kebaya Nasional menggelarUrun Rembuk Komunitas  tersebut di Jakarta. Hadir dalam acara ini antara lain ; KetuaTimnas HKN Lana T Koentjoro, Wantimpres Putri Kuswisnu Wardhani, Kemendikbud, Kemenlu, Wakil Tetap RI di Unesco dan 23 komunitas. Beberapa diantaranya hadir secara online melalui zoom meeting.

Ramai-ramai berkebaya/foto: Kebaya Foundation

Banyak Pilih Joint

Vielga, dari  Pewaris Kebaya Kerancang, melalui link zoom menyatakan, saat ini kita mendaftarkan kebaya secara Joint Nomination bersama 4 negara ASEAN  yang sudah siap mendaftar.  Menurutnya itu pilihan terbaik. “Sebaiknya Indonesia ikut joint nomination. Jangan sampai kita tidak dapat apapun dan itu bisa lebih buruk lagi, ”ujarnya

Sementara Mellyana dari Pewaris Kebaya Labuh,  Riau menjelaskan adanya persamaan budaya dengan negara tetangga. Salah satunya ya Kebaya Labuh itu yang mirip dengan kebaya yang ada di Johor danMalaka. Karena itu dengan tegas ia mengatakan,  “ Kami, komunitas kebaya di Riau berpendapat agar Indonesia ikut Joint Nomination. Pencataan budaya ke UNESCO itu, menurutnya  bertujuan safe guarding dan melestarikan budaya. Tidak ada kaitannya dengan hak milik.       

Lia Natalia  dari Komunitas Perempuan Berkebaya (KPB) dan Rahmi Hidayati dari Perempuan Berkebaya Indonesia  (PBI)  juga berpendapat,  sebaiknya Indonesia ikut  joint nomination.  Direktur Institut Sarinah, Eva Sundari mengingatkan. “Bila Indonesia  berkeras kebaya hanya milik Indonesia, kita akan kehilangan kesempatan melestarikan warisan budaya, “ ujar Eva, lalu mengingatkan kasus Songket harus menjadi pelajaran agar tidak rugi bertubi-tubi.

Anggota Tim Riset Timnas Hari Kebaya yang juga antropog D Kumioratih menjelaskan bahwa pendaftaran kebaya ke UNESCO adalah nilai dan budaya dari kebaya, bukan kebaya sebagai benda atau artefak. Sebagai budaya, perlintasan kebaya tentu sangat luas, sampai ke negara tetangga. “Justru denga ikut  joint nomination menunjukkan jiwa besar Indonesia untuk bersama menjaga dan berbagi budaya,” tukasnya.

Sementara itu Heru Nugroho dari Kebaya Tradisi.ID yang mengawal pendaftaran Pencak Silat ke UNESCO seperti menandaskan apa yang dikatakan Komioratih.

Kata Heru, Inskripsi ke Unesco itu bukan benda atau artefak. Yang harus kita pahami dan ingat, pendaftaran ke UNESCO adalah nilai budayanya. “Ini seperti halnya Pencak Silat yang diinskripsikan ke UNESCO  adalah Pencak Silat sebagai tradisi,” paparnya.

Tidak ada pernyataan resmi yang dikeluarkan dari forum urun rembuk ini.  Dari   23 komunitas yang hadir, baik secara offline maupun online umumnya menginginkan dan mendukung Indonesia ikut bergabung mendaftarkan kebaya bersama 4 negara ASEAN lainnya (Malaysia, Singapura, Brunei Daruusalam, dan Thailand). Keinginan tersebut  disampaikan secara lisan dan juga tertulis.

Komunitas yang hadir adalah, Pewaris Kebaya Labuh, Pewaris Kebaya Kerancang, Komunitas Perempuan Berkebaya (KPB), Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI), Perempuan Indonesia Maju (PIM), Komunitas Notaris Indonesia Berkebaya (KNIB), Pecinta Sanggul  Nusantara, Pertiwi Indonesia, Cinta Budaya Nusantara (CBN), CIRI, RAMPAK SARINAH, Institut Sarinah, Himpunan Ratna Busana, Sekar Ayu Jiwanta, Kebaya Tradisi.id, Asosiasi Tradisi Lisan, Komunitas Diajeng Semarang, Komunitas Kebaya Kerancang, Warisan Melayu, . Lembaga Adat  Riau , Sanggar Lembayung, Himpunan Ratna Busana, dan Dewan Kesenian Kepri. *** iswati

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *