Connect with us

Entertainment

SAAT – Film Berdurasi 9 Menit tentang Waktu

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Selain film panjang/bioskop, film pendek marak dibuat. Banyak komunitas film di daerah membuat film pendek. Untuk ujian sarjana film, mahasiswa Jurusan Film dan Televisi IKJ tingkat akhir juga diharuskan membikin film pendek.

Ungke Kaumbur, alumni IKJ, baru saja meluncurkan dan diskusi film pendek karyanya bertajuk ‘Saat’. Film Saat tidak dikomersialkan dan tidak diputar di bioskop.  Slot penayangan hanya untuk platform nonkomersial serta diputar untuk roadshow ke sekolah-sekolah dan tempat screening lainnya.

Dikurasi untuk 13 tahun ke atas, Saat berdurasi 9 menit. “Saat bicara tentang waktu. Kita enggak tahu apa yang akan terjadi lima menit ke depan. Ada bencana atau terjadi sesuatu, kita enggak tahu. Film ini enggak ada dialog, tapi bahasa gambarnya hidup. Drama tragedi ini mengisahkan kehidupan tolong menolong,” ujar Ungke Kaumbur.

Kanan: Ungke Kaumbur (foto IKJ)

Jujur, meski berdurasi pendek, tapi inti cerita dan makna filmnya sangat dalam. Perlu dibahas, dikomtemplasikan dan direnungkan falsafahnya. Film ini hanya dibintangi tiga pemain yang aktif di dunia seni peran yaitu Yuni Yumaris, Devina Mulyawati dan Dede Setiawan.

Ketiganya malang melintang di film televisi dan berdomisili di Jawa Barat. Kisahnya tentang seorang wanita sedang mengendarai mobil dan mendadak sontak mobilnya mogok di tengah jalan yang diselimuti pepohonan hutan.

Seseorang berusaha mendekati dan tampak dari balik jendela mobilnya, ia membawa golok di pinggang. Si ibu kaget dan makin gelisah. Ternyata orang tersebut malah menolongnya.

Penasaran melihat kebaikan orang tersebut, si ibu akhirnya memutuskan melakukan kebaikan yang sama. Dijumpainya wanita penjaja makanan yang sedang hamil tua. Sang ibu menawarkan bantuan dan memberi sejumlah uang kepada wanita yang sedang hamil itu.

“Ini maknanya apa? Film pendek yang saya buat ini berkonsep sedikit mengadaptasi Cinema Pur alias Sinema Murni, sebuah gerakan film garda depan (avantgarde) yang lahir di Paris tahun 1920 dan 1930an,” papar Ungke Kaumbur.

Istilah ini diciptakan pertama kali oleh Henri Chomette untuk mendefinisikan sinema yang berfokus pada elemen murni film, seperti gerak, bentuk, komposisi visual dan ritme. Gerakan ini banyak melibatkan seniman Dada, seperti Man Ray, Dudley Murphy, Marchel Duchamp dll. (pik)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *