Connect with us

Kabar

“Nemlikuran”, Berdamai dengan Pandemi

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Setelah “break” sepuluh bulan karena pandemi Covid-19, event tari Langen Beksan Nemlikuran, kembali dihelat Selasa (26/1/2021). Demi mentaati protokol kesehatan, acara dilangsungkan secara daring, dan hanya menyediakan sedikit kursi bagi para penonton langsung di Pendopo Bali Ndeso Resto Karanganyar, Jawa Tengah.

Tema besar “Comeback” diusung Langen Beksan Nemlikuran dalam pementasan kali ini. Richa Amalia sebagai pimpinan produksi menggatakan, tema “Comeback” dirasa paling cocok diangkat dalam penayangan virtual. Kata “Comeback” menandakan bahwa Nemlikuran sudah kembali mengisi sejarah seni pertunjukan di Kota Solo, kembali menambah wawasan seni tradisi, dan Nemlikuran siap menjaga konsistensi mengaktualisasikan seni tradisi dengan dukungan berbagai pihak.

Langen Beksan Nemlikuran edisi “Comeback” menyajikan empat beksan, masing-masing: Beksan Topeng Gunungsari oleh Nuryanto, Beksan Jemparingan oleh Adif & Eighar, Beksan Srikandhi – Bisma oleh Dr. Drayono & Quin Dorothea, dan Beksan Niwatakawaca oleh Agung Kusumo & Erma Widhia. Keseluruhan tari beksan diiringi para pengrawit siswa-siswi Jurusan Karawitan SMK 8 Solo dengan penata iringan Lumbini Tri Hasto.

Beksan Srikandi – Bisma yang sarat makna. Beksan ini merupakan salah satu sekuel pertempuran hebat Mahabharata di medan Kurusetra. (foto: richa)
Beksan Topeng Gunungsari. (foto: richa)

Owner Bali Ndeso Resto mengaku senang restonya menjadi wadah apresiasi seni tradisi, bahkan membuka bagi siapa saja yang ingin pentas di pendopo Bali Ndeso Resto. Pentas yang berlangsung sejak pukul 15.30 hingga 17.30 ini berlangsung meriah. Banyak respons positif dari para penonton, baik yang menyaksikan secara langsung maupun yang menyaksikan secara virtual.

“Mereka umumnya menyatakan senang dapat mengapresiasi Langen Beksan Nemlikuran walau dari rumah, dan meminta agar kegiatan tersebut dapat kembali rutin terlaksana,” ujar Richa.

Langen Beksan Nemlikuran merupakan acara rutin bulanan Kota Solo, setiap bulan pada tanggal “nemlikur” (26). Diawali di joglo SMK Negeri 8 (SMKI) Surakarta, Nemlikuran awalnya dibentuk untuk ajang silaturahmi dan reuni para alumni SMKI & ISI Solo. Adapun para pendiri Nemlikuran adalah Alm. Sunarno Purwolelono, Alm. Hari Subagyo, Wahyu Santoso Prabowo, Daryono, Bambang Suhendro, ST. Wiyono, dan S. Pamardi.

Sebagai kegiatan non-profit, Nemlikuran ditiadakan sejak pandemi Covid-19 melanda. Tiadanya dukungan sponsor maupun donator, membuat event Nemlikuran vakum 10 bulan lamanya.

“Menandai awal tahun baru 2021, kami comeback. Pandemi bukan untuk berhenti beraktivitas. Kita hanya perlu menyesuaikan. Harus beradaptasi dengan kebiasaan baru. Event comeback membuktikan, kami sudah bardamai dengan pandemi, dan bisa menyiasati dengan tetap berkarya,” papar Richa. (*/rr)

Para penyaji Langen Beksan Nemlikuran berfoto dengan owner Bali Ndeso Resto, Endang Sri Sedep. (foto: richa)
Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *