Feature
Menatap Masa Depan dari e-Sport
Jayakarta News – Manakala pelestari ikan cupang bermunculan di seantero Indonesia, terutama di Pulau Jawa, mari sejenak mengalihkan perhatian pada kegiatan lain yang juga tak kalah bergengsi. Kendati terbilang baru dan jarang teramati, namun potensinya untuk menyebar di masyarakat, cukup tinggi dan menjanjikan.
Nun di Kampung Sulam Jaya, Desa Panamping, Kecamatan Bandung, Kabupaten Serang, Banten, ada seorang pemuda kelahiran Serang, 13 Maret 2000, yang menggandrungi permainan daring Battle Royal PUBGMobile dengan cara lain. Uniknya, pemilik nama Muhammad Iqbal ini sehari-harinya bekerja sebagai seorang pelayan masyarakat dengan menjadi aparatur desa, bagian kepala tata usaha umum.
Lantaran menggemari permainan daring itu, Iqbal pun bisa mempunyai banyak kenalan teman dari pelbagai daerah hinga ke manca negara. Ia pernah mengikuti beberapa turnamen kompetitif seperti Piala Wagub Banten; Kualifikasi PINC (2019), dan Piala Kapolres Kutai sebagai pelatih; E Johanan My Ladies PUBG Mobile (2020), serta puluhan musim permainan daring lain, yang kemudian melecutnya harus terus berlatih agar bisa menjadi pemain profesional. Sampai kemudian ia bertemu seorang teman yang mempunyai tim kompetitif wanita, dan mengajaknya bekerjasama.
“Saya punya cerita menarik. Dari pertemanan itu alhasil saya dipercaya menjadi pelatih tim wanita Malaysia, yang saya kenal di PUBGM, untuk mengikuti kompetisi di Selangor dan Kuala Lumpur, Malaysia.”
Iqbal mulai ngegame sejak masih duduk di bangku kelas 3 SMP. Permainan daring pertama yang ia mainkan yaitu, Point Blank. Lalu berlanjut ke PUBGM Season 9 sedari 2019. Menurutnya, “komunitas pegiat permainan daring khusus PUBGM di Indonesia, adalah yang terbaik di tingkat dunia, karena sudah terbukti dalam beberapa kali kompetisi, dan tim yang paling ditakuti para pemain dunia di bidang ini, salah satunya ya dari sini.” Berdasar data fakta di lapangan, tim e-sport PUBGM terbaik dunia saat ini adalah Bigetron RA, yang menjadi kampiun di ajang PMWL East 2020.
Masih menurut penuturan Iqbal, “kelebihan pemain Indonesia adalah pola permainan mereka yang tidak bisa terbaca oleh lawan, hingga membuat lawan sulit melakukan perlawanan dan cenderung bertahan.”
Iqbal beruntung berada di bawah asuhan orangtua yang mengapresiasi dan selalu mendukung penuh apa pun kegiatan yang ia lakukan. Tidak seperti beberapa rekan sebayanya yang cenderung dipaksa orangtua mereka untuk mewujudkan mimpi terpendam orangtuanya yang tak kesampaian. Selaku pegiat yang tangguh, Iqbal menitipkan pesan semangat pada generasi seangkatannya yang sedang menekuni dunia e-sport.
“Untuk pemula, teruslah berlatih yang cukup. Jangan banyak mengeluh. Apa pun perangkat gawai yang dipakai, gunakan secara maksimal untuk melatih kemampuan. Kekurangan itu jangan dijadikan alasan, karena pasti sulit bertumbuh. Nanti kalau sudah bisa masuk tim besar, kan ada gaji dan bonus, belum lagi ditambah endorsement (dukungan). Lumayan…”
Semakin berkembangnya teknologi—terutama komunikasi, memaksa para generasi muda untuk belajar akan sesuatu yang baru. E-sport adalah olahraga yang mengasah tenaga dan pikiran pemainnya.
“Di sini kesempatan para pegiat permainan daring lokal yang berbakat, bisa mengembangkan diri dan sesering mungkin mengikuti ajang kompetisi tatap muka atau kompetitif, karena salah satu kebutuhan utama tim besar saat ini, mereka sedang mencari bibit unggul di derahnya sendiri,” ujar Iqbal pada Jayakartanews.com.
PUBGM masih sangat mungkin tumbuh subur, lantaran banyak disukai dan dimainkan para pecinta permainan daring dunia, apalagi sudah dibentuk e-sport per daerah bahkan setingkat negara. Sebagaimana yang juga mungkin dirasakan pemain lain, Iqbal menuturkan pandangannya terkait kondisi dunia kita sekarang.
“Hambatan dalam bidang yang saya geluti saat ini adalah, pandemi yang membuat gerak peluang untuk mengikuti turnamen kompetitif ditiadakan dan diganti menjadi daring dengan cara seleksi. Menurut saya itu tidak adil karena dengan bermain di rumah permainan masing-masing, bisa saja melakukan kecurangan dalam permainan tersebut, yang tidak diketahui oleh penyelenggara kompetisi,” demikian Iqbal. [ren]