Connect with us

Feature

Mata Hitam Enam Presiden

Published

on

Jeihan: “Mata Hati Sang Pemimpin” (2014), 300 cm x 800 cm. (foto: roso daras)

JAYAKARTA NEWS – Bung Karno bermata hitam. Soeharto bermata hitam. Begitu pula presiden-presiden selanjutnya. Tentu saja mata mereka hitam pekat, tidak ada bola mata apalagi putih mata. Kita sedang berbicara tentang lukisan-lukisan presiden Republik Indonesia karya Jeihan Sukmantoro.

Lukisan-lukisan itu terpajang di Museum Kepresidenan Balai Kirti, Bogor. Di museum yang terletak di lingkungan Istana Bogor itu, Jeihan menjadi salah satu pelukis yang mendapat kehormatan melukis presiden-presiden, mulai dari Bung Karno sampai Susilo Bambang Yudhoyono.

Cukup beralasan. Jeihan adalah salah satu pelukis senior Indonesia yang namanya sudah menembus apresiasi internasional. Ciri lukisannya khas, semua objek manusia bermata hitam pekat. Pengamat atau kurator acap menyebut corak lukisan Jeihan tergolong beraliran Dadaisme. Karakter figuratif yang seolah memadukan alam mistik timur dan alam analitis barat.

Begitu pula kesan yang kita dapat jika menyaksikan goresan tangan Jeihan mengekspresikan sosok enam orang presiden: Sukarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono. Enam sosok hitam, semua berkopiah, kecuali Megawati. Kedua tangan presiden seperti tersimpan di kantong celana kiri dan kanan, kecuali Megawati yang berkain-kebaya.

Lukisan Jeihan “Mata Hati Sang Pemimpin” di ruang pamer Museum Kepresidenan Balai Kirti, Bogor. (foto: roso daras)

Sapuan kuas dengan dominasi warna hitam-putih itu, spontan mengguratkan kesan mistik. Pada lukisan berukuran 300 cm x 800 cm itu, warna Jeihan benar-benar kental. Tidak mudah memvisualisasikan tokoh-tokoh terkenal di Republik hanya dengan sapuan warna hitam ditambah mata hitam pekat pula. Akan tetapi kita sedang berbicara tentang Jeihan. Pelukis senior kelahiran Solo 26 September 1938 (81 tahun), yang memang kampiun di bidangnya.

Alhasil, Jeihan pun memberi judul “Mata Hati Sang Pemimpin” pada karya lukisnya itu. Lukisan yang dibuat tahun 2014 dengan media akrilik di atas kanvas itu diberi narasi, “Karya ini menggambarkan ketajaman mata dan hati dari 6 pemipin Republik Indonesia, sebagai simbol kekuatan menangkap aspirasi suara rakyat dalam membangun bangsa”. Terkesan “bahasa pemerintah” sekali. (rr)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *